Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Varian COVID Baru Lebih Ganas, Brasil Minta Perempuan Tunda Kehamilan

Pemakaman massal warga Brasil yang meninggal akibat COVID-19 (ANTARA FOTO/REUTERS/Ricardo Moraes)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Brasil mengimbau agar perempuan menunda kehamilan sampai pandemik COVID-19, yang saat ini memasuki fase mengkhwatirkan, berlalu. Otoritas kesehatan menginformasikan bahwa virus corona P1 varian Brasil lebih agresif pada perempuan hamil.
 
Sebagai informasi, sejak Maret lalu kasus kematian di Brasil berada pada rata-rata dua ribu kasus per hari. Rekor kematian terjadi pada 6 April 2021 dengan 4.211 orang meninggal dalam sehari.Total orang terinfeksi SARS-CoV-2 mencapai 13.900.134 kasus dengan akumulasi kematian mencapai 371.889 kasus. 
 
"Jika memungkinkan, (para perempuan harus) menunda kehamilan sedikit ke waktu yang lebih baik sehingga (mereka) dapat memiliki kehamilan yang lebih damai," kata Sekretaris Perawatan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan Brasil, Raphael Camara, sebagaimana dilaporkan CNN pada Sabtu (17/4/2021).
 
 "Kami tidak bisa mengatakan ini kepada mereka yang berusia 42 atau 43 tahun, tetapi bagi seorang perempuan muda yang bisa (menunda), hal terbaik adalah menunggu sebentar," tambah Camara.

1. Pemerintah sedang mengerjakan studi untuk mendukung penundaan kehamilan

ilustrasi ibu hamil (IDN Times/Arief Rahmat)

Camara menambahkan, saat ini kementerian sedang mengerjakan studi tentang masalah kehamilan. Namun demikian, pandangan klinis para ahli menunjukkan bahwa varian baru tersebut lebih agresif pada ibu hamil.
 
“Saat ini belum ada studi nasional atau internasional, tapi pandangan klinis para ahli menunjukkan bahwa varian baru tersebut memiliki tindakan yang lebih agresif pada ibu hamil,” ujar Camara.
 
"Sebelumnya, (dampak buruk virus) dikaitkan dengan akhir kehamilan, tapi sekarang (mereka) melihat evolusi yang lebih serius di trimester kedua dan bahkan di trimester pertama."  

2. Penanganan pandemik di Brasil sangat buruk

Presiden Brasil, Jair Boslonaro (ANTARA FOTO/REUTERS/Adriano Machado)

Pandemik di Brasil merupakan cerminan dari ketidakpatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan sekaligus upaya penanganan yang sangat lamban dan buruk. Situasi tersebut diperburuk dengan pernyataan kontroversial Presiden Jair Bolsonaro, seperti penyebaran hoaks seputar efek samping vaksin.
 
"Di Brasil, tanggapan federal telah menjadi kombinasi berbahaya dari kelambanan dan kesalahan, termasuk promosi chloroquine sebagai pengobatan meskipun kurangnya bukti," terang tim pakar kesehatan yang yang dipimpin oleh Marcia Castro dari Harvard TH Chan School of Public Health dalam laporan jurnal Science.  
 
Para peneliti berpendapat bahwa tanggapan yang cepat dan merata dari pemerintah federal dapat membantu menahan wabah dan melindungi yang paling rentan, tetapi para pemimpin telah gagal dan masih gagal untuk melakukannya.
 
Di kota Manaus misalnya, lonjakan kasus yang berimbas pada kekurangan oksigen menyebabkan kelumpuhan fasilitas kesehatan.
 
"Tanpa tindakan segera, ini bisa menjadi pratinjau dari apa yang belum terjadi di tempat lain di Brasil. Kecuali jika pemerintah mengambil tindakan segera dan meningkatkan vaksinasi," tim memperingatkan.

3. Perempuan hamil di Inggris bisa mendapat suntikan

default-image.png
Default Image IDN

Sementara, penasihat vaksin Inggris menyampaikan, perempuan hamil dari segala usia di negara tersebut diizinkan untuk disuntuk vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna.
 
Kendati uji klinis penggunaan vaksin COVID-19 selama kehamilan belum menunjukkan perkembangan, tetapi data yang tersedia tidak menunjukkan adanya bahaya pada kehamilan
 
"Oleh karena itu, JCVI [Komite Bersama Vaksinasi dan Imunisasi] telah menyarankan bahwa perempuan yang sedang hamil harus diberi vaksinasi pada waktu yang sama dengan perempuan yang tidak hamil, berdasarkan usia dan kelompok risiko klinis mereka," demikian tertuang dalam pedoman vaksinasi Inggris.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
Hana Adi Perdana
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us