Warga Mesir Kecam Acara Bukber di Kedutaan Israel di Kairo

Jakarta, IDN Times - Agenda buka puasa bersama Kedutaan Besar Israel di Mesir menuai cibiran karena digelar di tengah genosida yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza.
Dalam unggahan di halaman Facebook-nya, Kedutaan mengumumkan acara buka puasa dengan tokoh-tokoh Mesir pada Senin (17/3/2025). Mereka juga mengunggah foto lama yang menunjukkan meja panjang berisi hidangan.
Di kolom komentar, banyak warga Mesir mengkritik acara tersebut.
“Yang menghadiri pesta buka puasa ini hanyalah pengkhianat belaka,” tulis salah seorang pengguna Facebook.
“Siapakah Zionis yang menghadiri acara buka puasa seperti itu,” tulis yang lainnya.
1. Acara buka puasa diadakan sebagai bagian dari kebijakan humas
Seperti yang dilakukan misi diplomatik asing lainnya di Mesir setiap bulan Ramadan, Kedutaan Besar Israel di Kairo juga menyelenggarakan acara buka puasa bagi media lokal, komunitas bisnis dan tokoh masyarakat. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari kebijakan hubungan masyarakat (humas) dan untuk mempererat apa yang mereka sebut sebagai “persahabatan” dengan rakyat Mesir.
Para tamu yang menghadiri acara tersebut biasanya sangat berhati-hati dan menghindari tertangkap kamera, mengingat tingginya permusuhan warga Mesir terhadap Israel.
Kedutaan Besar Israel di Kairo terakhir kali mempublikasikan foto salah satu acaranya yang dihadiri warga Mesir pada 2018, yaitu saat mereka mengadakan upacara peringatan berdirinya Negara Israel. Peristiwa itu memicu kemarahan publik, dengan kritik tajam dilontarkan kepada mereka yang menghadiri acara tersebut.
2. Rakyat Mesir sulit mempercayai Israel
Mesir adalah negara Arab pertama yang menandatangani perjanjian damai dengan Israel pada 1979, setelah keduanya beberapa kali terlibat perang. Meski perjanjian tersebut mengakhiri perang antara kedua negara, hubungan Mesir dengan Israel di tingkat publik masih sangat dipengaruhi oleh konflik-konflik yang sedang terjadi.
“Rakyat Mesir selalu tidak mempercayai Israel karena penolakannya terhadap hak-hak rakyat Palestina, agresi terhadap tempat-tempat suci di wilayah Palestina yang diduduki, dan serangan berulang kali di Gaza, Tepi Barat, dan Lebanon,” ungkap Ahmed Rakha, mantan asisten menteri luar negeri Mesir, kepada The New Arab.
“Israel juga melakukan agresi terhadap Suriah dan membuktikan setiap hari bahwa mereka tidak ingin hidup damai dengan negara-negara tetangganya dengan mengabaikan resolusi PBB,” tambahnya.
3. Ketegangan meningkat setelah Israel kembali menyerang Gaza
Ketegangan antara Mesir dan Israel saat ini sangat tinggi, terutama setelah Israel kembali melanjutkan perang di Gaza pada Selasa (18/3/2025), yang telah menewaskan lebih dari 700 orang. Pasukan Israel juga melancarkan operasi darat di bagian utara dan selatan Gaza pada Kamis (20/3/2024), dilansir dari Anadolu.
Mesir, yang berusaha keras untuk menegakkan kembali gencatan senjata, khawatir bahwa operasi militer Israel saat ini di Gaza akan mengakibatkan pengungsian 2,2 juta penduduk wilayah tersebut ke Sinai.
Dalam percakapan telepon dengan emir Kuwait pada Selasa, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menyebut serangan terbaru Israel di Gaza sebagai upaya yang disengaja untuk membuat wilayah Palestina tersebut tidak layak huni dan mengusir rakyatnya dari sana.
Ia sebelumnya memperingatkan bahwa pengusiran paksa warga Gaza dari tanah mereka akan melanggar perjanjian damai antara Israel dan Mesir.
Kairo saat ini sedang menyusun rencana rekonstruksi Gaza, yang mendapat persetujuan dari negara-negara Arab dan Muslim.