[OPINI] Nujood Ali: Representasi Perlawanan terhadap Budaya Patriarki

Sambil tersenyum, aku duduk lagi di mejaku. Aku melirik sekeliling, dan mau tak mau mendesah lega keras-keras. Dalam seragam hijau-putihku, aku hanya satu dari lima puluh murid dalam kelas ini. Aku murid kelas dua sekolah dasar. Aku baru mulai sekolah lagi, seperti ribuan gadis Yaman lainnya … Hari ini akhirnya aku menjadi gadis kecil lagi. Gadis kecil yang normal. Seperti sebelumnya. Aku hanyalah aku.
Begitulah penggalan teks dari buku autobiografi Nujood Ali yang ditulis bersama Delphine Minoui dengan judul I’am Nujood, Age 10 and Divorced atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Saya Nujood, Usia 10 dan Janda. Siapa pun yang membaca penggalan teks tersebut barangkali langsung membayangkan sosok gadis kecil yang berhasil mendapatkan kembali haknya. Sebab, penggalan teks tersebut merepresentasikan tentang kebebasan, kemerdekaan, serta perjuangan.