[OPINI] Saatnya Pemuda Kembali ke Desa

Kehidupan kita itu sebenarnya dimulai dari desa lho

Ketika kita berbicara mengenai pembangunan sebuah desa adalah hal yang sangat menarik, karena Desa merupakan harapan kemajuan sebuah bangsa, paradigma yang selama ini terjadi, banyak orang menganggap desa dan masyarakatnya tertinggal, paradigma itulah yang selama ini terbangun d ipemahaman orang banyak.

Paradigma itu mengamini jika seolah-olah untuk sukses haruslah ke kota besar, paradigma itu harus segera ditinggalkan. Oleh karena itu membangun sebuah desa adalah harga mati yang harus segera direalisasikan.

Masa sekarang ini gerakan pemberdayaan desa semakin banyak. Gerakan-gerakan tersebut kebanyakan dimotori oleh pemuda. Kini terlihat sudah kesadaran pemuda akan pentingnya memberdayakan desa yang kita ketahui sesungguhnya memiliki banyak potensi dan kekayaan alam. Tentunya gerakan-gerakan pemuda ini adalah hal yang menggembirakan bagi kita semua.

Bentuk gerakan yang berorentasi dari desa untuk desa bermacam-macam. Ada yang fokus di bidang pendidikan dan keterampilan. Gerakan ini berupaya memberikan pendidikan kepada mereka yang tak mampu melanjutkan sekolah dan memberi bekal keterampilan tambahan, yang nantinya bisa menjadi modal membuat sebuah produk yang laku dijual.

Ada pula gerakan yang lebih fokus kepada pendampingan petani-petani di desa. Gerakan macam ke dua ini, mengorganisir petani-petani desa, bahu-membahu mencapai kesejahteraan bersama.

Selain dua contoh di atas, masih banyak lagi macam gerakan pemberdayaan desa yang digawangi para pemuda, seperti gerakan pemuda antinarkoba yang mana memberikan pemahaman terhadap pemuda agar bisa bergaul tanpa narkoba dan menjadikan pemuda yang berakhlak tanpa narkoba. Atau seperti gerakan yang mencoba menggali potensi desa, seperti memproduksi kopi khas desa tertentu, atau membuat desa pariwisata.

Sebagai orang desa, paradigma kita yang harus diubah. Membangun desa itu bukan dari kota, tapi kebalikannya “membangun kota dari desa” (jadi desa dulu yang harus kita bangun).

Desa sudah menyediakan ladang kreativitas luar biasa, kadang kita ingin “instan”. Sehingga kita terhipnotis oleh angan-angan kebahagiaan semu. Padahal, daya tarik dari kota sebenarnya adalah “penindasan”, kita adalah orang-orang tertindas. Dan kita tidak sadar meng-“amini” ketertindasan kita dengan nilai-nilai semangat juang; nilai-nilai patuh, takut, malu, menerima, siap grak membuat kita hanya sebagai robot dari para penindas.

Pemuda kebanyakan tenggelam dalam situasi yang menindas, represif, dan tidak mampu lagi menyadari keberadaan dirinya. Mereka larut dalam iklim penindasan yang masif dan tidak mempunyai partisipasi aktif dalam tiap-tiap masalah yang muncul di tengah masyarakat (desa).

Dalam mengatasi masalah-masalah tersebut pemerintah memberikan solusi dengan mengglontorkan dana desa cukup banyak, desa setiap tahunnya bisa menerima 800 juta sampai 1 Miliar lebih, diharapkan desa mempunyai pembangunan infrastruktur memadai dan pendapatan masyarakatnya meningkat.

Pada peristiwa ini, ada ketakutan Kepala Desa dan jajaranya, khususnya mengelola dana desa. Desa nampak hanya fokus dalam pembangunan infrastruktur; jalan, pasar, taman, dan sebagainya—Kepala Desa takut jika ada salah administrasi. Sehingga dana desa hanya difungsikan pada pembangunan yang sifatnya fisik semata, bukan mengedepankan pembangunan pada manusianya.

Padahal, salah satu yang membuat para pemuda desa merantau, penyebabnya adalah bukan karena jalan desa rusak dan pasarnya jelek/atau bangunan tamannya tidak bisa untuk selfi, melainkan minimnya pengetahuan mereka mengenai dunia kerja, mengenai dunia kewirausahaan, dan minimnya bimbingan/pendampingan usaha dari desa, karena desa tidak memfasilitasi demikian.

Hari ini kita sudah mengetahui permasalahan yang ada, hari ini kita sudah ketahui bahwa banyaknya potensi yang ada di desa. Namun sampai saat ini kita belum juga sadar akan semua itu, seakan-akan kita tidak tahu dan tidak mau cari tah.

Jadi, penulis mengambil kesimpulan, bahwa hari ini pemuda sangat dibutuhkan untuk membangun desa. Pemuda harus menjadi garda terdepan dalam pembangunan ataupun dalam pengembangan desa.

Jangan malu dengan sarjana kalian, karena sesungguhnya ilmu yang kita dapatkan pada bangku kuliah adalah ilmu yang memang seharusnya untuk disalurkan pada orang banyak, agar lebih berguna dan bermanfaat bagi orang banyak dan khususnya bagi desa tercinta.

Walaupun berbagai gerakan pemberdayaan desa banyak bermunculan seperti dijelaskan di awal tulisan, namun belum merata. Bahkan mungkin dari beberapa pemuda yang punya kesempatan belajar sampai tingkat universitas, setelah lulus belum banyak yang minat kembali ke desa, dan menjadi sarjana untuk desa.

Kita adalah pemuda desa, dari desa merantau ke kota untuk mencari ilmu. Maka tak ada salahnya kita kembali ke desa untuk mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang kita dapatkan.

"Jangan malu kembali ke desa, karena kita adalah pemuda desa dan desa adalah penyokong keberhasilan negara ini”

Baca Juga: [OPINI] K-Wave: Senjata Rahasia Korea Selatan

Yahya Photo Writer Yahya

Seorang manusia yang berusaha menjadi manusia yang sesungguhnya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya