Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

15 Fenomena Langit Spektakuler yang Menyapa Bumi Sepanjang 2024

ilustrasi langit malam (unsplash.com/Nathan Anderson)
Intinya sih...
  • Hujan meteor Quadrantid mencapai puncaknya pada 3-4 Januari dengan intensitas 60-200 meteor per jam.
  • Pada 12 Januari, Merkurius mencapai elongasi barat maksimumnya, memberikan peluang sempurna bagi pengamat langit untuk melihat planet terkecil di tata surya.
  • Gerhana matahari total pada 8 April menyaksikan korona Matahari dan dimanfaatkan oleh para ilmuwan untuk penelitian. Sekitar 50 juta orang menyaksikannya.

Tak terasa tahun 2024 akan segera berakhir. Tahun ini menjadi saksi serangkaian fenomena langit yang luar biasa yang menghadirkan keindahan alam semesta yang tak terlupakan.

Dari gerhana matahari total yang memukau jutaan pasang mata hingga komet langka, momen-momen ini berhasil menggugah rasa takjub di hati siapa saja yang menyaksikannya. 

Sebagai penutup tahun, mari kita kilas balik 15 fenomena langit paling menarik sepanjang 2024. 

1. Hujan meteor Quadrantids (3-4 Januari)

ilustrasi hujan meteor (pexels.com/Felipe Helfstein)

Dilansir laman Earth Sky, hujan meteor Quadrantid mencapai puncaknya pada tanggal 3 sampai 4 Januari. Walaupun kebanyakan puncak meteor terjadi dalam dua hari, puncak hujan meteor Quadrantid hanya terjadi beberapa jam saja.

Intensitas meteor Quadrantid umumnya mencapai 60 sampai 200 meteor per jam. Quadrantid juga dikenal karena meteornya memiliki api yang sangat terang. 

2. Elongasi Barat maksimum Merkurius (12 Januari)

Pada tanggal 12 Januari, Merkurius mencapai elongasi barat maksimumnya, yaitu posisi terjauh dari Matahari yang terlihat dari Bumi di waktu fajar.

Fenomena ini memberikan peluang sempurna bagi pengamat langit untuk menyaksikan planet terkecil di tata surya kita bersinar terang di langit timur sebelum matahari terbit. Ini adalah salah satu momen terbaik untuk melihat Merkurius dengan mata telanjang atau teleskop kecil.

3. Gerhana bulan penumbra (25 Maret)

ilustrasi gerhana bulan (pexels.com/SebastianVoortman)

Pada malam 25 Maret, Bulan melewati bayangan penumbra Bumi yang menciptakan fenomena gerhana bulan penumbra. Peristiwa ini ditandai dengan redupnya cahaya bulan secara halus, tanpa menghilang sepenuhnya seperti pada gerhana total.

Meski perubahan ini sulit diamati dengan mata telanjang, fenomena ini tetap menarik bagi pengamat langit yang menggunakan peralatan optik. 

Melansir laman Time and Date, gerhana penumbra terjadi pada 11.53 dan berakhir pada jam 16.32. Sayangnya, Bulan berada di bawah ufuk pada saat itu, sehingga tidak bisa dilihat di Jakarta dan sekitarnya. 

4. Gerhana matahari total (8 April)

ilustrasi gerhana matahari (pexels.com/Israel Torres)

Gerhana matahari total pada 8 April menjadi salah satu fenomena langit paling dinanti sepanjang 2024. Jalur totalitas membentang dari Meksiko, melalui beberapa negara bagian di Amerika Serikat, hingga Kanada bagian timur.

Selama beberapa menit, Matahari sepenuhnya tertutupi oleh Bulan, menciptakan pemandangan mahkota matahari atau korona yang memukau. Selain menjadi momen spektakuler untuk para pengamat, fenomena ini juga dimanfaatkan oleh para ilmuwan untuk mempelajari korona Matahari dan interaksi atmosfernya dengan ruang angkasa.

Diperkirakan ada sekitar 50 juta orang menyaksikan gerhana matahari total. Sementara itu, sekitar 652 juta orang menyaksikan gerhana matahari parsial. 

5. Hujan meteor Eta Aquariids (6-7 Mei)

Pada malam 6 hingga 7 Mei, langit dihiasi oleh hujan meteor Eta Aquariids, yang berasal dari sisa debu Komet Halley. Fenomena ini dikenal karena meteor-meteor cepatnya yang meninggalkan jejak bercahaya di langit malam.

Di puncaknya, pengamat langit dapat menyaksikan hingga 50 meteor per jam di lokasi dengan kondisi langit gelap dan minim polusi cahaya. Hujan meteor ini paling baik dilihat menjelang fajar, terutama di belahan Bumi selatan, meski pengamat di belahan utara tetap bisa menikmatinya.

6. Titik balik matahari Juni (21 Juni)

ilustrasi cahaya matahari (pexels.com/Gareth Davies)

Titik balik matahari pada 21 Juni menandai awal musim panas di belahan Bumi utara dan musim dingin di belahan selatan. Pada hari ini, Matahari mencapai posisi tertinggi di langit bagi pengamat di utara Khatulistiwa. Ini menghasilkan siang terpanjang dan malam terpendek sepanjang tahun.

Fenomena ini juga dikenal sebagai summer solstice dan sering dirayakan di berbagai budaya sebagai simbol peralihan musim. Titik balik matahari adalah salah satu momen astronomi yang mengingatkan kita akan siklus tahunan Bumi mengelilingi Matahari.

7. Hujan meteor Delta Aquriids (28-29 Juli)

Hujan meteor Delta Aquariids mencapai puncaknya pada malam 28 hingga 29 Juli, menawarkan pertunjukan spektakuler bagi para pengamat langit. Fenomena ini disebabkan oleh partikel debu yang ditinggalkan oleh komet Marsden dan Kracht. 

Hujan meteor ini bisa menghasilkan sekitar 20 meteor per jam pada puncaknya. Cahaya bulan yang tidak terlalu terang pada periode ini membuat pengamatan meteor lebih optimal, terutama di lokasi dengan langit gelap dan bebas polusi cahaya. 

8. Hujan meteor Perseids (12-13 Agustus)

ilustrasi hujan meteor (pexels.com/Osman Özavcı)

Hujan meteor Perseids, yang mencapai puncaknya pada malam 12 hingga 13 Agustus, adalah salah satu fenomena langit paling populer setiap tahunnya. Dikenal karena intensitasnya yang tinggi, pengamat bisa menyaksikan hingga 100 meteor per jam di lokasi dengan kondisi langit yang gelap.

Fenomena ini berasal dari sisa debu Komet Swift-Tuttle, yang membakar atmosfer Bumi dan menciptakan jejak cahaya terang.

Pada 2024, langit malam yang gelap tanpa gangguan cahaya bulan membuat Perseids menjadi peristiwa yang ideal untuk diamati. 

9. Bulan purnama dan bulan biru (19 Agustus)

Pada 19 Agustus, langit malam dihiasi oleh Bulan Purnama yang sekaligus menjadi Bulan Biru. Istilah "Bulan Biru" tidak merujuk pada warna bulan, tetapi pada fakta bahwa ini adalah bulan purnama kedua dalam satu bulan kalender atau ketiga dalam satu musim yang memiliki empat bulan purnama.

Fenomena ini cukup langka yang menjadikannya momen spesial bagi para pengamat langit. Dengan cuaca cerah dan lokasi yang tepat, keindahan bulan purnama ini bisa dinikmati sepenuhnya. 

10. Gerhana bulan sebagian (18 September)

ilustrasi bulan (pexels.com/Doğan Alpaslan Demir)

Pada malam 18 September, Bulan memasuki sebagian bayangan inti Bumi yang menciptakan gerhana bulan sebagian. Fenomena ini menampilkan pemandangan unik di mana sebagian permukaan Bulan tampak gelap sementara sisanya tetap bercahaya.

Gerhana bulan sebagian ini terlihat di banyak wilayah dunia, termasuk Asia, Afrika, dan Eropa. Peristiwa ini menjadi peluang menarik bagi para astronom amatir dan profesional untuk mengamati dinamika gerhana. 

11. Gerhana matahari cincin (2 Oktober)

ilustrasi gerhana matahari cincin (pixabay.com/ELG21)

Pada 2 Oktober, langit di beberapa wilayah menjadi saksi gerhana matahari cincin. Ini merupakan sebuah fenomena di mana Bulan berada terlalu jauh dari Bumi untuk sepenuhnya menutupi Matahari.

Akibatnya, Matahari tampak seperti cincin cahaya yang dikenal sebagai "cincin api." Jalur cincin ini terlihat jelas di bagian Amerika Selatan, sedangkan wilayah lain hanya mengalami gerhana parsial. Fenomena ini menjadi momen langka yang menarik perhatian pengamat langit di seluruh dunia. 

12. Hujan meteor Draconid (Oktober 7)

Pada malam 7 Oktober, hujan meteor Draconid mencapai puncaknya. Berbeda dengan kebanyakan hujan meteor lainnya, Draconid paling baik diamati pada awal malam, ketika rasi Draco berada di posisi tertinggi di langit.

Meskipun intensitasnya cenderung lebih rendah dibandingkan hujan meteor besar lainnya, Draconid tetap menarik untuk dinikmati. Hujan meteor ini berasal dari partikel debu komet 21P/Giacobini-Zinner yang terbakar di atmosfer Bumi.

13. Hujan meteor Leonids (17-18 November)

ilustrasi hujan meteor (unsplash.com/Daniil Silantev)

Hujan meteor Leonids mencapai puncaknya pada malam 17 hingga 18 November yang menampilkan kilatan cahaya spektakuler di langit malam.

Fenomena ini berasal dari sisa-sisa debu komet Tempel-Tuttle yang memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi dan akhirnya menciptakan meteor-meteor terang. Dalam kondisi optimal, pengamat dapat melihat hingga 15 meteor per jam.

Leonids terkenal karena sejarahnya yang kadang-kadang menghadirkan "badai meteor," meskipun pada tahun 2024, intensitasnya diperkirakan lebih moderat.

14. Titik balik matahari Desember (21 Desember)

Titik balik matahari pada 21 Desember menandai awal musim dingin di belahan Bumi utara dan musim panas di belahan selatan.

Fenomena ini, yang juga dikenal sebagai winter solstice, terjadi ketika Matahari mencapai titik terendah di langit untuk pengamat di utara Khatulistiwa. Ini menghasilkan malam terpanjang dan siang terpendek dalam setahun.

Peristiwa ini memiliki makna budaya dan spiritual di berbagai tradisi, yang sering merayakan datangnya perubahan musim. 

15. Hujan meteor Ursids (21-22 desember)

ilustrasi hujan meteor (unsplash.com/Daniil Silantev)

Menutup kalender fenomena langit 2024, hujan meteor Ursids mencapai puncaknya pada malam 21 hingga 22 Desember. Hujan meteor ini berasal dari debu komet 8P/Tuttle, dengan intensitas rata-rata sekitar 5 hingga 10 meteor per jam.

Meski lebih kecil dibandingkan hujan meteor lainnya, Ursids tetap menarik karena bertepatan dengan langit malam musim dingin yang sering kali cerah di belahan Bumi utara.

Rasi Ursa Minor, tempat asal hujan meteor ini, menjadi panduan bagi pengamat untuk menikmati kilauan meteor yang muncul dari arah utara langit.

 

Fenomena langit yang terjadi sepanjang 2024 tidak hanya menawarkan keindahan visual, tetapi juga mengingatkan kita pada harmoni alam semesta yang luar biasa. Dari gerhana hingga hujan meteor, setiap peristiwa mengajarkan kita tentang siklus kosmik yang tak henti-hentinya berjalan. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
Rifki Wuda Sudirman
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us