Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Fakta 'Keringat Darah' Kuda Nil, Bikin Tubuhnya Mengilap

ilustrasi kuda nil (pexels.com/Mehmet Turgut Kirkgoz)

Berkeringat merupakan salah satu mekanisme fisiologis pada mamalia yang berfungsi untuk mendinginkan badan. Namun, tidak seperti manusia yang dapat menghasilkan keringat saat merasa kepanasan, hewan mamalia tertentu tidak bisa berkeringat karena memang tidak memiliki kelenjar keringat. Konsekuensinya, mereka perlu melakukan cara lain demi menjaga suhu tubuh tetap dalam keadaan normal.

Salah satu hewan mamalia yang tidak bisa memproduksi keringat adalah kuda nil. Namun, satwa semiakuatik endemik Afrika yang berkerabat dekat dengan paus, lumba-lumba, dan babi ini justru dikenal dengan keunikannya dalam menghasilkan “keringat darah”. Nah, sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan “keringat darah” tersebut? Cari tahu jawabannya dalam artikel ini, ya!

1."Keringat darah" pada kuda nil adalah cairan berminyak yang diproduksi oleh kelenjar mukosa

ilustrasi seekor kuda nil yang sedang mencari makan (pexels.com/Onkel Ramirez)

Ketika mendengar istilah “keringat darah” pada kuda nil, kamu mungkin berpikir bahwa hewan ini menghasilkan keringat yang bercampur dengan darah atau cairan keringatnya memang berwarna merah. Namun, sebenarnya yang terjadi bukanlah demikian.

University of Michigan menerangkan bahwa “keringat darah” sebenarnya merupakan cairan berminyak hasil kombinasi dari zat yang disebut hipposudoric acid dan norhipposudoric acid. Cairan ini disekresikan oleh kelenjar mukosa.

Sebenarnya, cairan tersebut tidak berwarna. Namun, setelah beberapa menit terkena paparan sinar matahari, pigmen merah-oranye akan terbentuk. Nah, dari sinilah istilah “keringat darah” itu berasal.

2.Berperan sebagai tabir surya untuk lindungi kulit kuda nil yang sensitif

ilustrasi kuda nil biasa (pexels.com/Brett Bennett)

Kuda nil memang memiliki kulit yang cukup tebal, tetapi sayangnya sangat sensitif, terutama bila terpapar sinar matahari dalam kurun waktu yang lama. Kulit bisa meradang dan pecah-pecah. Oleh sebab itu, satwa tersebut lebih sering menghabiskan waktu untuk berendam di dalam sungai saat siang hari.

Namun, bila harus beraktivitas di darat pada waktu siang, hewan ini punya cara untuk melindungi kulitnya yang sensitif tersebut dengan mengeluarkan “keringat darah”. Global Biodiversity Information Facility (GBIF) melansir, hipposudoric acid atau pigmen merah dan norhipposudoric acid atau pigmen oranye memiliki profil penyerapan cahaya yang puncaknya berada pada kisaran ultraviolet, sehingga dapat berperan sebagai tabir surya alami. Hasilnya, kulit kuda nil akan menjadi lembap dan terlindungi.

3.Pigmen merah memiliki aktivitas antibiotik

ilustrasi seekor kuda nil yang sedang berendam di sungai (pexels.com/Edwin Lopez)

Sebagaimana yang telah diketahui, kuda nil hidup di alam liar yang keras. Ada beragam faktor yang dapat membuat kulitnya tergores, seperti gesekan dengan ranting atau luka yang diperoleh saat berkelahi dalam rangka mempertahankan wilayah dan memperebutkan betina. Namun, ternyata hewan yang satu ini memiliki mekanisme perlindungan kulit yang cukup mumpuni.

Pigmen yang dihasilkan oleh kelenjar mukosa tidak hanya berfungsi sebagai tabir surya alami untuk melindungi kulit yang sensitif dari sengatan sinar matahari, tetapi juga melawan beragam penyakit. Hasil studi yang dikerjakan oleh Saikawa, dkk., berjudul “The Red Sweat of Hippopotamus” dan diterbitkan dalam jurnal Nature tahun 2004 menjelaskan bahwa hipposudoric acid atau pigmen merah mempunyai aktivitas antibiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen Pseudomonas aeruginosa A3 dan Klebsiella pneumoniae. Ini memberikan proteksi yang aman bagi kuda nil untuk hidup di habitatnya.

“Keringat darah” bukanlah keringat atau pun darah, tetapi merupakan cairan berminyak yang dihasilkan oleh kelenjar mukosa. Cairan ini terbentuk dari kombinasi dua pigmen, yaitu hipposudoric acid atau pigmen merah dan norhipposudoric acid atau pigmen oranye. Keduanya bekerja sama menjalankan fungsi sebagai pelembap dan tabir surya alami, serta memiliki aktivitas antibiotik. Hasilnya, kulit kuda nil yang sensitif akan tetap terlindungi dengan baik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us