4 Perbedaan Bom Atom dan Bom Hidrogen, Lebih Berbahaya Mana?

- Bom atom memecah inti atom, bom hidrogen menggabungkan inti
- Bom hidrogen jauh lebih kuat daripada bom atom
- Bom hidrogen lebih rumit pembuatannya
Senjata nuklir adalah salah satu penemuan paling mengerikan dalam sejarah umat manusia. Dari semua jenis senjata pemusnah massal, dua yang paling terkenal adalah bom atom dan bom hidrogen. Keduanya sering disamakan, padahal secara teknis memiiki cara kerja, kekuatan, dan dampak yang sangat berbeda.
Bom atom sendiri pernah digunakan dalam perang, yaitu saat Amerika Serikat menjatuhkan bom yang diberi nama Little Boy dan Fat Man di dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, pada akhir Perang Dunia II tahun 1945. Akibat serangan itu, ratusan ribu orang tewas, baik secara langsung maupun karena efek radiasi. Tragedi ini menjadi momen bersejarah yang menunjukkan betapa dahsyat dan mengerikannya kekuatan bom.
Dan beberapa tahun setelah itu, ilmuwan mengembangkan versi yang lebih canggih dan jauh lebih kuat, bom hidrogen. Bom ini bahkan mampu melepaskan daya ledak ribuan kali lipat dari bom atom biasa.
Jadi, apa sebenarnya perbedaan antara bom atom dan bom hidrogen? Kenapa bom hidrogen dianggap lebih berbahaya? Langsung saja kita bahas bareng-bareng di bawah ini!
1. Bom atom memecah inti atom, sedangkan bom hidrogen menggabungkan inti

Perbedaan paling dasar antara bom atom dan bom hidrogen adalah cara mereka menghasilkan energi. Bom atom bekerja dengan reaksi fisi, yaitu memecah inti atom yang berat seperti uranium-235 dan plutonium-239, sebagaimana dijelaskan Atomic Heritage Foundation. Ketika inti atom ini dipecah, ia melepaskan energi yang sangat besar dalam waktu sangat singkat dan menciptakan ledakan dahsyat. Reaksi ini juga melepaskan neutron yang bisa memecah inti atom lain di sekitarnya hingga menyebabkan reaksi berantai.
Sementara itu, bom hidrogen bekerja dengan reaksi fusi, yaitu menggabungkan dua inti atom ringan, biasanya isotop hidrogen seperti deuterium dan tritium menjadi satu inti yang lebih berat. Untuk memulai fusi, dibutuhkan suhu dan tekanan yang sangat tinggi, yang biasanya diperoleh dari ledakan awal bom atom. Karena itu, bom hidrogen terdiri dua tahap, pertama reaksi fisi sebagai pemicu, kedua reaksi fusi yang menghasilkan ledakan utama.
2. Bom hidrogen jauh lebih kuat daripada bom atom

Karena menggunakan dua reaksi sekaligus (fisi dan fusi), bom hidrogen menghasilkan energi yang jauh lebih besar dibandingkan bom atom. Sebagai gambaran, bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima pada tahun 1945 menghasilkan kekuatan setara dengan 15 kiloton TNT atau 15.000 ton dinamit. Bom itu menghancurkan kota dan menewaskan ratusan ribu orang dalam waktu singkat. Ini saja sudah dianggap sebagai salah satu tragedi kemanusiaan terbesar dalam sejarah.
Kekuatan bom hidrogen bisa mencapai ribuan kali lebih besar. Dikutip Sandboxx, ICBM terbaru Rusia, RS-28 Sarmat II, dikatakan memiliki daya ledak sebesar 50 megaton. Lima puluh megaton setara dengan 50 ribu kiloton, atau 50 juta ton TNT. Dengan kata lain, senjata ini memiliki kekuatan penghancur sekitar 3.300 kali lebih besar daripada bom yang dijatuhkan di Hiroshima.
3. Bom hidrogen lebih rumit pembuatannya

Bom atom, meskipun sangat berbahaya, sebenarnya lebih sederhana secara teknis dibandingkan bom hidrogen. Cukup dengan mengatur jumlah bahan fisi yang cukup banyak dan memicu reaksi berantai, bom atom bisa meledak dengan dahsyat. Itulah mengapa bom atom bisa lebih dulu dikembangkan dan digunakan pada masa Perang Dunia II.
Berbeda dengan itu, bom hidrogen sangat kompleks. Selain bahan fisi seperti plutonium, bom ini juga membutuhkan bahan fusi seperti deuterium dan tritium, yang jauh lebih sulit disimpan dan ditangani. Selain itu, reaksi fusi tidak bisa terjadi begitu saja, dibutuhkan suhu dan tekanan ekstrem yang hanya bisa dicapai dengan meledakkan bom atom kecil terlebih dahulu. Jadi, bom hidrogen biasanya memiliki dua atau bahkan tiga tahap dalam satu perangkat. Karena kerumitannya ini, hanya negara-negara tertentu yang mampu mengembangkan dan memiliki bom hidrogen.
4. Bom atom sudah pernah digunakan dalam perang, bom hidrogen belum

Sepanjang sejarah, satu-satunya jenis senjata nuklir yang pernah digunakan dalam perang adalah bom atom. Pada Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhan dua bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, sebagai akhir dari Perang Dunia II. Peristiwa ini menyebabkan kematian massal, luka bakar parah, serta dampak radiasi yang masih dirasakan bertahun-tahun kemudian. Ini menjadi contoh nyata berapa mengerikannya senjata nuklir.
Sedangkan bom hidrogen belum pernah digunakan dalam peperangan langsung. Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Rusia, Tiongkok, dan Korea Utara memang telah melakukan uji coba bom hidrogen, tapi senjata ini belum pernah dijatuhkan pada target militer atau sipil. Hal ini mungkin karena kekuatan bom hidrogen yang terlalu besar, sehingga penggunaannya bisa menyebabkan kehancuran global.
Bom atom dan bom hidrogen sama-sama sangat mematikan, tapi bom hidrogen jauh lebih kuat dan kompleks. Dari segi kekuatan ledak, bom hidrogen bisa menghancurkan wilayah yang jauh lebih luas dan punya dampak yang lebih besar. Namun, dari sisi sejarah, bom atom yang sudah pernah digunakan dalam perang justru menjadi peringatan nyata bagi dunia.
Apa pun jenisnya, senjata nuklir membawa risiko besar bagi umat manusia. Perbedaan ini bukan untuk membandingkan mana yang lebih baik atau buruk, tapi untuk mengingatkan kita semua bahwa perdamaian jauh lebih berharga daripada kekuatan menghancurkan.