5 Fakta Coati Amerika Selatan, Kerabat Rakun dengan Tubuh Unik

Coati amerika selatan atau coati ekor cincin (Nasua nasua) merupakan hewan yang masih termasuk dalam keluarga rakun (famili Procyonidae). Nama mereka diambil dari kata coatimundi yang berasal dari bahasa Tupian di Brasil yang berarti "satu mantel". Sesuai dengan namanya, coati amerika selatan hanya ditemui di Amerika Selatan, tepatnya di negara dengan hutan hujan lebat, seperti Brasil, Argentina, Bolivia, Kolombia, Ekuador, Paraguay, Peru, Uruguay, Guyana, sampai Suriname
Umumnya, coati amerika selatan dewasa memiliki panjang tubuh sekitar 85—113 cm dengan bobot 2—7 kg. Warna tubuhnya cukup beragam, mulai dari abu-abu, cokelat, merah, hingga sedikit corak putih. Moncong panjangnya itu cenderung gelap dan ekornya memiliki perpaduan warna hitam kecokelatan dengan cincin berwarna kuning.
Tentunya, mamalia satu ini punya beberapa fakta menarik lain yang sayang untuk dilewatkan. Yuk, kenali fakta coati amerika selatan!
1. Pilihan makanannya sangat beragam

Soal makanan, coati amerika selatan tidak terlalu pilih-pilih. Mereka tergolong sebagai omnivor sehingga bisa memakan tanaman maupun hewan kecil lain yang ada di sekitarnya. Buah-buahan, telur hewan, serangga, sampai invertebrata kecil tak luput dari mata coati amerika selatan sebagai santapannya.
Menurut Animalia, coati amerika selatan bisa meraih makanan di mana saja, mau itu darat atau di atas pohon. Kalau makanan itu bersembunyi atau terkubur, mereka akan memanfaatkan cakarnya untuk membuka makanan itu. Cakar ini cukup kuat sampai-sampai coati amerika selatan bisa membalikkan batu atau menghancurkan batang kayu yang terjatuh di tanah.
2. Suka berada di atas pohon

Coati amerika selatan termasuk hewan diurnal sehingga mereka lebih banyak beraktivitas pada siang hari. Sebenarnya, hewan ini tidak masalah kalau harus hidup dan mencari makan di tanah. Akan tetapi, daerah pepohonan bisa dibilang jadi tempat favorit coati amerika selatan untuk beraktivitas.
Dilansir Animalia, coati amerika selatan membangun sarangnya di atas pohon. Mereka juga akan tidur di atas pohon pada malam hari. Soal mencari makan, pohon-pohon tempat mereka tinggal juga bisa menyediakan berbagai jenis makanan untuknya. Bahkan, ketika ada bahaya atau predator yang mendekat sekalipun, coati amerika selatan akan memanjat dan bersembunyi di atas pohon. Benar-benar cinta pohon, deh, pokoknya hewan yang satu ini!
3. Cara hidup yang berbeda tergantung dengan jenis kelamin dan usia

Coati amerika selatan jantan dan betina ternyata punya kehidupan yang berbeda untuk bertahan di habitatnya. Biasanya, para pejantan dewasa hidup soliter dan hanya akan bertemu dengan betina ketika musim kawin datang. Sedangkan, para betina biasanya akan hidup berkelompok.
Dilansir World Land Trust, jumlah anggota kelompok coati amerika selatan betina bisa berisi hingga 30 individu. Kelompok itu tak hanya terdiri atas betina dewasa, tetapi juga anak-anak mereka. Anak-anak berjenis kelamin betina akan menetap di dalam kelompok itu selama mungkin, sedangkan anak-anak jantan akan pergi dari kelompok ketika sudah dewasa. Ketika salah satu betina sedang hamil, mereka akan menyendiri untuk sementara waktu dan membangun sarang di tempat yang terpisah dari kelompok mereka.
4. Sistem reproduksi coati amerika selatan

Dalam bereproduksi, coati amerika selatan dikenal sebagai hewan poligini. Artinya, seekor betina akan kawin dengan beberapa ekor jantan. Biasanya, musim kawin bagi hewan ini berlangsung ketika buah-buahan sedang melimpah atau sekitar Oktober sampai Maret.
Elmwood Park Zoo mengabarkan bahwa coati amerika selatan akan mengandung anaknya selama 77 hari. Setelah itu, mereka akan melahirkan anak dalam jumlah 2—4 ekor. Selama 4—6 minggu pertama, sang induk akan menjaga anak-anaknya sendirian sebelum akhirnya diperkenalkan kepada anggota kelompoknya. Coati amerika selatan betina mencapai kematangan seksual pada usia 2 tahun, sedangkan jantannya baru mencapainya pada usia 3 tahun.
5. Populasinya cenderung stabil

Populasi coati amerika selatan di alam liar masih cukup stabil. Maka dari itu, IUCN Red List melabeli hewan ini dalam kategori Least Concern (LC). Biarpun begitu, tak dicantumkan angka individu secara pasti karena hal itu memerlukan penelitian lebih lanjut.
Sayangnya, disebutkan kalau jumlah coati amerika selatan cenderung berkurang dan makin terancam. Sama seperti kebanyakan hewan terancam lainnya, kerusakan hutan akibat aktivitas manusia jadi sumber utama berkurangnya populasi hewan ini di habitat alaminya. Kalau hal ini terus terjadi, bukan tidak mungkin coati amerika selatan akan masuk dalam kategori hewan terancam punah. Padahal, mereka punya peran penting di habitatnya untuk mengontrol populasi seranggan dan membantu menyebar benih buah-buahan.
Penampilan coati amerika selatan memang bukan favorit semua orang. Namun, penampilannya itu jelas untuk menyesuaikan diri dengan keadaan alamnya. Kemampuannya untuk beraktivitas di atas pohon dan perilaku hidup berkelompoknya itu merupakan sedikit contoh adaptasi yang dilakukan coati amerika selatan.