Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Deadvlei, Lembah Mati dengan Pohon Berusia 900 Tahun

Lembah Deadvlei
potret Deadvlei dan pohon mati yang sudah berusia ratusan tahun (unsplash.com/Bernd Dittrich)
Intinya sih...
  • Pohon-pohon mati berusia 900 tahun di Deadvlei
  • Tanah liat putih bekas rawa purba
  • Pasir merah yang sebenarnya "berkarat"
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bayangkan sebuah lembah sunyi dengan tanah putih yang retak-retak, dikelilingi bukit pasir merah raksasa, dan di tengahnya berdiri pohon-pohon hitam yang sudah mati berabad-abad lalu. Itulah Deadvlei, salah satu lanskap paling ikonik sekaligus misterius di Gurun Namib, Namibia. Pemandangannya begitu asing, sampai-sampai banyak orang menyebutnya mirip permukaan planet lain.

Tapi Deadvlei bukan hanya sekadar pemandangan indah untuk difoto. Setiap detailnya menyimpan kisah tentang perubahan alam, usia gurun yang menua, hingga pohon-pohon “mumi” yang masih berdiri tegak setelah hampir seribu tahun. Ingin tahu lebih jauh rahasia di balik lembah mati ini? Yuk, simak lima fakta uniknya berikut ini.

1. Pohon-pohon yang membeku dalam waktu

Lembah Deadvlei
potret pepohonan mati di Deadvlei yang bertahan selama ratusan tahun (unsplash.com/Jean Woloszczyk)

Sekitar sembilan abad lalu, Deadvlei masih menjadi lembah yang hidup. Saat itu, air dari Sungai Tsauchab mengalir hingga ke cekungan tanah liat, membuat pohon-pohon camel thorn tumbuh subur di tengah gurun. Namun, pergeseran bukit pasir besar menutup jalur sungai dan menghentikan aliran air. Sejak saat itu, lembah mengering, dan pohon-pohon pun mati di bawah teriknya matahari Namib yang tak kenal ampun.

Menariknya, meski telah mati selama ratusan tahun, batang-batang pohon tersebut tidak pernah membusuk. Iklim gurun yang sangat kering membuat kayu mengeras dan menghitam akibat paparan matahari, tanpa sempat terurai oleh mikroorganisme. Kini, di atas tanah putih dan diapit bukit pasir merah, pohon-pohon itu berdiri kaku seolah waktu berhenti berputar di Deadvlei.

2. Tanah liat putih bekas rawa purba

Lembah Deadvlei
potret permukaan tanah liat putih di Deadvlei (commons.wikimedia.org/Sonse)

Tanah putih di Deadvlei berasal dari sisa rawa purba yang terbentuk ketika air dari Sungai Tsauchab sempat menggenangi lembah ini. Setelah airnya menguap, lumpur di dasar rawa mengering dan membentuk lapisan tanah liat yang keras dan berwarna terang. Proses pengeringan di bawah panas matahari gurun membuat permukaan tanah menjadi padat dan retak-retak.

Kini, lapisan tanah liat tersebut menjadi ciri khas utama Deadvlei. Permukaannya kering, keras, dan berwarna kontras dengan bukit pasir merah di sekitarnya serta batang-batang pohon yang telah mati selama berabad-abad. Kombinasi warna dan bentuk inilah yang menjadikan Deadvlei salah satu lanskap alam paling menarik di Namibia.

3. Pasir merah yang sebenarnya “berkarat”

Lembah Deadvlei
potret pasir merah yang mengelilingi kawasan Deadvlei (unsplash.com/Bernd Dittrich)

Pasir di sekitar Deadvlei memiliki warna merah yang khas karena mengandung unsur besi. Kawasan ini berada di dalam Sossusvlei, bagian dari Gurun Namib yang dikenal dengan bukit-bukit pasir raksasa berwarna oranye kemerahan. warna merah pada pasir di kawasan ini muncul akibat proses oksidasi, di mana butiran pasir yang mengandung besi bereaksi dengan udara dan menghasilkan warna seperti karat. Fenomena ini membuat seluruh lanskap tampak kemerahan, terutama saat terkena sinar matahari pagi atau sore hari.

Selain memberikan tampilan yang unik, warna merah tersebut juga menjadi ciri khas dari gurun Namib. Di waktu tertentu, terutama saat matahari berada di titik yang rendah, bukit-bukit pasir di sekitar Deadvlei tampak bergradasi antara oranye, merah, dan cokelat tua, menciptakan pemandangan alami yang sangat kontras dengan tanah putih di dasar lembah.

4. Bagian dari gurun tertua di dunia

Lembah Deadvlei
potret bukit pasir di Gurun Namib, salah satu gurun tertua di dunia yang telah terbentuk sejak jutaan tahun lalu (commons.wikimedia.org/Daniel Kraft)

Gurun Namib, tempat Deadvlei berada, diperkirakan sudah terbentuk sejak lebih dari 55 juta tahun lalu, menjadikannya salah satu gurun tertua di dunia. Iklim di wilayah ini tetap kering selama jutaan tahun karena curah hujan yang sangat sedikit dan pengaruh arus laut Benguela yang membawa udara dingin dari Samudra Atlantik. Kondisi ini membuat daerah tersebut hampir tidak memiliki kelembapan dan membentuk lanskap yang unik.

Karena sudah ada sejak lama, Gurun Namib memiliki bentuk alam yang stabil dan khas. Bukit pasir merah yang menjulang, tanah liat retak di Deadvlei, serta pohon-pohon tua yang telah mati menjadi bagian dari sejarah panjang gurun ini. Keunikan tersebut menjadikan Deadvlei bukan hanya pemandangan yang indah, tapi juga bagian dari proses alam yang sudah berlangsung selama puluhan juta tahun.

5. Salah satu tempat paling fotogenik di dunia

Lembah Deadvlei
potret Deadvlei, salah satu tempat paling fotogenik di dunia (pexels.com/Bernd Dittrich)

Deadvlei dikenal luas sebagai salah satu tempat paling fotogenik di dunia. Kawasan ini menjadi magnet bagi fotografer karena bentuk lanskapnya yang tidak biasa dan pencahayaan alaminya yang unik. Garis-garis bayangan dari pohon-pohon kering serta tekstur tanah liat yang retak menciptakan komposisi visual yang tampak dramatis di hasil foto. Tak heran jika banyak karya fotografi terkenal diambil dari tempat ini.

Cahaya matahari yang berubah sepanjang hari juga memberi karakter berbeda pada pemandangan ini. Di pagi hari, warna pasir terlihat hangat dan lembut, sementara sore hari menghadirkan bayangan panjang yang menambah kesan dramatis. Perpaduan cahaya, tekstur, dan warna itulah yang membuat Deadvlei dijuluki sebagai “dream location” oleh para fotografer lanskap.

Deadvlei menjadi contoh menarik bagaimana kondisi iklim ekstrem dapat membentuk lanskap yang tidak biasa. Melalui proses alami selama ribuan tahun, tempat ini memperlihatkan bagaimana air, angin, dan suhu bekerja bersama membentuk ekosistem khas gurun. Kini, Deadvlei tak hanya dikenal karena keindahannya, tapi juga karena nilai ilmiahnya dalam memahami perubahan lingkungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Black Legged Kittiwake, Membentuk Pasangan Sesama Jenis untuk Membesarkan Anak

10 Okt 2025, 21:49 WIBScience