Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Kepulauan Cocos, Surga Tropis Melayu di Samudra Hindia

potret keindahan salah satu pulau yang ada di Kepulauan Cocos
potret keindahan salah satu pulau yang ada di Kepulauan Cocos (commons.wikimedia.org/paullymac)
Intinya sih...
  • Kepulauan Cocos (Keeling) terdiri dari 27 pulau karang di Samudra Hindia, terbentuk dari gunung laut vulkanik kuno.
  • Kepulauan ini pernah dikuasai oleh keluarga Clunies-Ross selama lebih dari satu abad dan masih dihuni oleh komunitas Melayu.
  • North Keeling Island menjadi Taman Nasional yang dilindungi dan rumah bagi ribuan burung laut, serta surga bagi para penyelam dan pencinta laut.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di tengah luasnya Samudra Hindia, terdapat gugusan atol kecil yang dikenal sebagai Kepulauan Cocos (Keeling Islands), sebuah surga kecil yang tersembunyi jauh dari keramaian. Meski masuk dalam teritori Australia, letaknya jauh lebih dekat ke Indonesia dibanding daratan utama Australia. Dikelilingi laut biru jernih dan hamparan pasir putih, kepulauan ini tetap tenang dan alami. Di antara keindahan itu, ribuan burung laut terbang bebas dan menjadikan beberapa pulau sebagai tempat bersarang.

Selain keindahan alamnya, Kepulauan Cocos (Keeling) juga memiliki sejarah dan kehidupan masyarakat yang menarik. Gugusan ini terbentuk dari proses alam yang panjang, pernah dikuasai sebagai kerajaan pribadi, dan kini dihuni oleh komunitas kecil yang tetap menjaga budaya Melayu. Untuk mengenal lebih jauh keunikan tempat ini, yuk simak lima faktanya berikut ini.

1. Gugusan atol terpencil di tengah Samudra Hindia

gugusan atol Kepulauan Cocos yang membentang di tengah Samudra Hindia
gugusan atol Kepulauan Cocos yang membentang di tengah Samudra Hindia (commons.wikimedia.org/NASA's Earth Observatory)

Kepulauan Cocos (Keeling) merupakan gugusan 27 pulau karang yang membentang di Samudra Hindia, sekitar 2.930 km barat laut Perth dan 1.270 km barat daya Jakarta. Sebagian besar pulau membentuk atol berbentuk tapal kuda mengelilingi laguna, sementara North Keeling Island, yang berada 25 km di utara gugusan utama, menjadi Taman Nasional yang dilindungi.

Atol ini terbentuk di atas gunung laut vulkanik kuno berusia sekitar 3.000–4.000 tahun. Pulau-pulau di South Atoll menampilkan pantai berpasir putih dan koral, sedangkan North Keeling memiliki daratan rendah dengan laguna di tengahnya, yang kini menjadi area aman bagi tumbuhan dan burung laut. Keunikan bentuk dan isolasi geografisnya menjadikan gugusan atol ini salah satu pulau tropis paling terpencil dan menarik di Samudra Hindia.

2. Pernah menjadi “kerajaan pribadi” selama lebih dari seabad

potret Oceania House, rumah keluarga Clunies-Ross yang pernah memerintah Kepulauan Cocos
potret Oceania House, rumah keluarga Clunies-Ross yang pernah memerintah Kepulauan Cocos (commons.wikimedia.org/David Stanley)

Selama lebih dari satu abad, Kepulauan Cocos (Keeling) pernah dikuasai oleh satu keluarga, yaitu keluarga Clunies-Ross. Kisahnya dimulai pada tahun 1827, ketika pelaut asal Skotlandia John Clunies-Ross menetap di pulau ini bersama keluarganya dan merekrut pekerja Melayu untuk mengelola perkebunan kelapa. Setelah dianeksasi oleh Kekaisaran Britania pada 1857, keluarga ini mendapat pengakuan resmi, dan pada 1886, Ratu Victoria memberikan hak kepemilikan abadi kepada mereka. Sejak itu, Clunies-Ross memerintah layaknya kerajaan kecil di tengah Samudra Hindia.

Selama kekuasaannya hingga 1978, mereka mencetak mata uang sendiri, Cocos Rupee, yang hanya berlaku di pulau tersebut. Pemerintahan keluarga ini berjalan bak “kerajaan pribadi” yang unik dan relatif damai, sebelum akhirnya Australia mengambil alih dan mengakhiri masa panjang dinasti Clunies-Ross. Hingga kini, kisah mereka tetap menjadi bagian menarik dari sejarah Kepulauan Cocos (Keeling).

3. Penduduknya berbudaya Melayu

potret masjid di Kepulauan Cocos, menegaskan nuansa budaya Melayu yang kental
potret masjid di Kepulauan Cocos, menegaskan nuansa budaya Melayu yang kental (commons.wikimedia.org/David Stanley)

Meski termasuk wilayah Australia, kehidupan di Kepulauan Cocos (Keeling) masih kental dengan nuansa Melayu. Sekitar 450 warga Cocos-Malay tinggal di Home Island, keturunan para pekerja dari kepulauan Melayu yang dibawa pada abad ke-19 untuk mengelola perkebunan kelapa keluarga Clunies-Ross. Hingga kini, mereka mempertahankan bahasa sendiri, yaitu dialek Melayu Cocos, serta tradisi dan nilai-nilai Islam yang menjadi dasar kehidupan sehari-hari.

Perayaan seperti Hari Raya dan pesta pernikahan berlangsung meriah dengan adat Melayu yang khas. Sementara itu, di West Island, sekitar 140 penduduk yang kebanyakan berasal dari Australia hidup berdampingan dengan komunitas Cocos-Malay, menciptakan perpaduan menarik antara budaya Melayu dan Australia di tengah samudra.

4. Rumah bagi ribuan burung laut

ilustrasi burung laut yang menjadi penghuni tetap Kepulauan Cocos
ilustrasi burung laut yang menjadi penghuni tetap Kepulauan Cocos (commons.wikimedia.org/Stephan Jorry)

North Keeling Island, yang terletak sekitar 25 kilometer di utara gugusan utama Kepulauan Cocos, merupakan bagian dari Pulu Keeling National Park sekaligus rumah bagi ribuan burung laut. Letaknya yang terpencil, hutannya yang masih alami, serta ketiadaan predator membuat pulau ini menjadi tempat yang aman bagi berbagai spesies burung untuk berkembang biak. Bahkan, North Keeling merupakan satu-satunya tempat dalam radius 900 kilometer di Samudra Hindia yang menjadi rumah bagi burung laut untuk bersarang.

Selama 30 tahun terakhir, tercatat 24 spesies burung hidup di kawasan ini, dan 16 di antaranya bersarang secara tetap. Seluruh burung di taman nasional ini dilindungi oleh Environment Protection and Biodiversity Conservation (EPBC) Act, menjadikan North Keeling sebagai salah satu habitat burung laut paling penting dan terlindungi di dunia.

5. Surga bagi penyelam dan pencinta laut

ilustrasi penyelam menjelajahi perairan jernih Kepulauan Cocos
ilustrasi penyelam menjelajahi perairan jernih Kepulauan Cocos (unsplash.com/NEOM)

Perairan di sekitar Pulau Cocos (Keeling) adalah surga bagi para penyelam, dengan lebih dari 20 titik selam yang masih alami dan jarang dikunjungi. Airnya jernih dengan visibilitas hingga 25 meter, terumbu karang yang sehat, serta kehidupan laut yang melimpah, termasuk penyu, manta ray, hiu ramah, dan ratusan spesies ikan tropis, menjadikan pengalaman menyelam di sini sangat mengesankan.

Semua lokasi menyelam berada dalam Cocos Keeling Islands Marine Park, sehingga ekosistem laut tetap terlindungi. Sebagian besar titik dapat dicapai dengan perahu singkat dari daratan, memungkinkan penyelam menjelajahi taman karang, drop-off curam, dan lanskap bawah laut yang menakjubkan. Dengan air hangat dan kondisi stabil sepanjang tahun, Cocos menjadi salah satu destinasi menyelam terbaik di Samudra Hindia.

Meski terpencil, Kepulauan Cocos (Keeling) benar-benar layak disebut surga kecil di Samudra Hindia. Gugusan atol yang unik ini tidak hanya menyajikan pemandangan menakjubkan, tetapi juga menunjukkan bagaimana ekosistem laut dan darat dapat berjalan secara seimbang. Menelusuri kepulauan ini mengingatkan kita akan pentingnya memahami alam, menjaga lingkungan, dan menghargai keindahan yang jarang tersentuh manusia, agar surga kecil seperti ini tetap lestari bagi generasi mendatang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Golden Pheasant, Burung Emas dari Tiongkok yang Bikin Kagum

06 Nov 2025, 21:49 WIBScience