5 Fakta Menarik Seneca, Pemikir Stoik yang Membawa Kedamaian

Seneca adalah salah satu filsuf besar dari Roma yang dikenal sebagai tokoh Stoisisme. Dalam dunia yang penuh intrik politik dan kekuasaan pada zamannya, Seneca tetap setia pada ajaran Stoa, sebuah filosofi yang menekankan ketabahan, disiplin, dan pengendalian diri.
Seneca menghabiskan hidupnya dalam berbagai peran, mulai dari seorang penulis dan filsuf hingga penasihat politik yang sangat berpengaruh. Seneca memiliki perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan, seperti menjadi guru bagi Kaisar Nero hingga dibuang ke pengasingan. Pada ulasan ini, terdapat lima fakta menarik tentang Seneca.
1. Dibesarkan dalam keluarga yang menghargai pendidikan

Seneca tumbuh di lingkungan keluarga yang sangat menghargai pendidikan, terutama berkat ayahnya, yaitu Seneca the Elder, yang meraupakan seorang penulis terkenal. Ayahnya menekankan betapa pentingnya pendidikan bagi kehidupan, terutama dalam bidang retorika dan filsafat, sebagai bekal untuk memahami kehidupan.
Pendidikan awal Seneca meliputi pelatihan pada literatur Yunani dan Latin, serta filsafat Stoa, yang menjadi dasar atas pemikiran filosofisnya. Di bawah bimbingan keluarganya, Seneca memiliki akses ke sumber daya intelektual yang memungkinkan dirinya berkembang sebagai tokoh pemikir yang andal.
2. Salah satu filsuf Stoa yang paling berpengaruh

Sebagai filsuf Stoa, Seneca memberi kontribusi yang besar pada Stoisisme di masa Kekaisaran Romawi. Melansir dari ofmindandbody, tulisannya, seperti On the Shortness of Life dan Letters to Lucilius, memuat ajaran tentang etika dan pengembangan diri. Melalui tulisannya, Seneca berhasil menyederhanakan prinsip Stoisisme, sehingga mudah dipahami oleh banyak orang.
Seneca memiliki komitmen untuk menyebarkan konsep Stoa seperti kebajikan, nalar, dan pengendalian diri, yang menjadi panduan hidup bagi banyak orang pada masanya hingga saat ini. Ia percaya bahwa filsafat bukan hanya teori, tetapi juga praktik yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dibuang ke Korsika oleh Kaisar Claudius

Seneca diasingkan untuk pertama kalinya pada tahun 41 Masehi, ketika Kaisar Claudius mengirimnya ke Korsika atas tuduhan skandal. Tuduhan ini diduga muncul dari intrik politik yang dimainkan oleh Messalina, istri Claudius, yang ingin menyingkirkan Seneca. Di Korsika, ia menjalani kehidupan yang sederhana, namun tetap produktif.
Pengasingan ini menjadi titik penting dalam kehidupan Seneca, karena di sinilah ia memperdalam pemahaman tentang ketabahan dan penerimaan. Bagi seorang Stoik, penderitaan dan keterasingan adalah bagian dari kehidupan yang harus dihadapi dengan ketenangan. Selama di Korsika, Seneca berhasil menemukan kedamaian dalam keterbatasan.
4. Menjadi guru dan penasihat Kaisar Nero

Setelah lama berada di pengasingan, Seneca dipanggil kembali untuk menjadi guru bagi calon kaisar muda, Nero, atas permintaan Agrippina, yang merupakan ibu Nero. Dalam peran ini, Seneca memiliki upaya untuk mengajarkan nilai-nilai Stoa kepada Nero, termasuk konsep kebajikan dan pemerintahan yang baik.
Selama masa awal kekuasaan Nero, Seneca bersama Prefek Praetorian Burrus berperan besar dalam menstabilkan pemerintahan dan mempromosikan pengampunan. Namun, seiring waktu, pengaruh Seneca pada Nero mulai memudar, terutama saat Nero semakin terseret dalam gaya hidup hedonistik.
Meskipun Seneca sudah melakukan yang terbaik, ia akhirnya terjebak dalam situasi politik yang sulit dan harus menghadapi konsekuensi yang tragis. Keputusannya untuk bunuh diri dianggap sebagai bentuk integritas terakhirnya, menunjukkan kesetiaan pada prinsip Stoik yang ia anut.
5. Karyanya memengaruhi para pemikir Renaisans

Karya-karya Seneca ternyata memiliki pengaruh besar pada para pemikir Renaisans seperti Michel de Montaigne dan Petrarch. Montaigne, misalnya, merujuk pada Seneca lebih dari 300 kali dalam esai-esainya, hal tersebut menunjukkan betapa kuatnya pengaruh ide-ide Stoa dalam tulisannya tentang etika dan kehidupan.
Sementara itu, Petrarch, seorang penyair Italia, juga terinspirasi oleh surat-surat Seneca, yang ia anggap sebagai refleksi mendalam tentang kehidupan manusia. Seneca menjadi jembatan antara filsafat klasik dan pemikiran modern, membuka jalan bagi Renaisans untuk menghidupkan kembali konsep kebajikan dan etika Stoik.
Seneca adalah sosok Stoik yang memberi pengaruh besar dalam dunia filsafat dan politik Romawi, terutama melalui pemikirannya yang kuat tentang ketabahan dan kedamaian batin. Meski hidup dalam lingkungan politik yang penuh intrik, ia tetap setia pada ajaran Stoa.