Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Unik Aït Benhaddou, Kota Tanah Liat di Tengah Gurun Sahara

Aït Benhaddou
Morocco, Ait benhaddou (pixabay.com/sosinda)
Intinya sih...
  • Kota Aït Benhaddou terbuat dari tanah liat dan jerami yang dikeringkan oleh panas matahari gurun.
  • Kota ini pernah menjadi jalur penting perdagangan Sahara dan menjadi pusat ekonomi serta tempat perlindungan bagi para pedagang.
  • Aït Benhaddou telah menjadi lokasi syuting berbagai film Hollywood karena arsitekturnya yang autentik dan lanskap gurun yang dramatis.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di antara hamparan gurun dan pegunungan kering Maroko, berdiri sebuah kota tua berwarna cokelat kemerahan yang seolah muncul dari pasir itu sendiri. Kota itu bernama Aït Benhaddou, salah satu warisan arsitektur paling memesona di dunia. Dinding, rumah, hingga menara kota ini terbuat seluruhnya dari tanah liat dan jerami yang dikeringkan oleh panas matahari.

Aït Benhaddou telah berdiri selama berabad-abad sebagai benteng penting di jalur perdagangan kuno antara Sahara dan Marrakech. Kini, kota ini bukan hanya tempat tinggal bagi segelintir keluarga, tetapi juga menjadi ikon budaya dan lokasi film terkenal. Keunikannya menjadikan Aït Benhaddou sebagai simbol keindahan arsitektur tradisional Maroko yang masih bertahan di tengah modernisasi gurun.

1. Kota yang terbuat sepenuhnya dari tanah liat

Aït Benhaddou
Ait ben haddou, World heritage (pixabay.com/DanielWanke)

Bangunan di Aït Benhaddou dibuat menggunakan teknik kuno bernama pisé atau rammed earth, yaitu mencampur tanah liat, jerami, dan air, lalu memadatkannya menjadi dinding tebal. Struktur ini kemudian dikeringkan langsung di bawah sinar matahari gurun yang menyengat. Hasilnya adalah bangunan berwarna merah kecoklatan yang terlihat menyatu dengan lanskap sekitarnya.

Dilansir UNESCO World Heritage Centre, teknik ini tidak hanya estetis, tetapi juga fungsional karena menjaga suhu tetap stabil di siang dan malam hari. Di wilayah gurun yang bisa mencapai suhu ekstrem, dinding tanah liat bekerja sebagai isolator alami. Hingga kini, metode pembangunan ini masih digunakan oleh penduduk setempat untuk merawat rumah-rumah bersejarah mereka.

2. Pernah menjadi jalur penting perdagangan Sahara

Aït Benhaddou
Ait Benhaddou (pixabay.com/matressa_)

Ratusan tahun lalu, Aït Benhaddou menjadi titik perhentian utama bagi para kafilah unta yang membawa garam, emas, dan rempah dari Gurun Sahara menuju utara Afrika. Letaknya di sepanjang rute kuno Trans-Saharan Trade Route membuatnya menjadi pusat ekonomi dan budaya pada masanya. Kota ini berfungsi sebagai benteng sekaligus tempat perlindungan bagi para pedagang.

Dilansir Malika-in-Morocco.com, keberadaan dinding tebal dan menara pengawas membantu melindungi para pelintas dari ancaman perampok guru. Selain itu, kota ini juga menjadi tempat pertukaran budaya antara bangsa Berber, Arab, dan suku-suku Afrika lainnya. Hingga kini, jejak sejarah perdagangan itu masih terlihat dari tata letak kota yang strategis di tepi Sungai Ounila dan rute pegunungan Tizi-n-Tichka.

3. Latar lokasi film holywood terkenal

Aït Benhaddou
Aït Benhaddou - OG Skyline (commons.wikimedia.org/Jay Sterling Austin)

Bagi penggemar film, Aït Benhaddou mungkin terasa familiar. Kota ini telah menjadi lokasi syuting berbagai film ikonik seperti Gladiator (2000), The Mummy (1999), dan film lainnya karena arsitekturnya yang autentik dan lanskap gurun yang dramatis. Lanskap dan struktur tanah liatnya membuat sutradara bisa menampilkan setting kuno tanpa terlalu banyak efek CGI.

Dilansir The National News, Keaslian visual kota ini membuat sutradara jarang memerlukan banyak modifikasi bangunan untuk kebutuhan film. Beberapa film dibangun set sementara tapi mempertahankan gaya rumah tanah liat asli agar sesuai nuansa kuno. Sekarang, Aït Benhaddou menjadi salah satu destinasi wisata perfilman paling terkenal, dikunjungi oleh turis yang ingin melihat langsung lokasi film favorit mereka dan juga dicatat dalam panduan film di situs Morocco On Tour.

4. Masih dihuni oleh segelintir penduduk asli

Aït Benhaddou
Ait Benhaddou, Unesco world heritage, Oasis image (pixabay.com/Our-World-Wiki)

Meskipun sebagian besar bangunan telah beralih fungsi menjadi situs wisata, beberapa keluarga Berber masih tinggal di dalam benteng kuno ini. Mereka hidup dengan cara tradisional, memelihara hewan, bertani di sekitar oasis, dan menjaga rumah tanah liat mereka agar tetap kokoh. Aktivitas mereka menjaga nyawa budaya Aït Benhaddou tetap hidup di tengah arus turisme.

Morocco Outings menyebut bahwa perubahan iklim dan erosi akibat hujan telah menjadi ancaman besar bagi kelestarian kota ini. Untuk mengatasinya, penduduk bekerja sama dengan pemerintahan Maroko dan UNESCO melakukan konservasi rutin. Upaya ini memastikan bahwa Aït Benhaddou tidak hanya menjadi objek wisata, tetapi juga rumah yang masih berdenyut kehidupan manusia.

5. Warisan dunia yang bertahan dari waktu dan cuaca

Aït Benhaddou
Aït Benhaddou 2011 (commons.wikimedia.org/Lars Curfs)

Sejak tahun 1987, Aït Benhaddou resmi ditetapkan sebagai warisan dunia UNESCO karena keunikan arsitektur dan sejarahnya. Kota ini menjadi contoh terbaik dari ksar, yaitu pemukiman tradisional berbenteng khas Afrika Utara. Status tersebut membantu menarik perhatian dunia untuk melindungi warisan budaya Berber yang rapuh namun luar biasa ini.

Meskipun terbuat dari bahan sederhana seperti tanah dan jerami, Aït Benhaddou telah bertahan selama lebih dari tujuh abad. Ketangguhannya menjadi simbol kekuatan manusia dalam beradaptasi dengan lingkungan ekstrem. Hingga kini, kota ini tetap menjadi saksi bisu perjalanan panjang peradaban di tepian Gurun Sahara.

Aït Benhaddou bukan sekadar kota tua di tengah gurun, tetapi cermin sejarah dan kreativitas manusia yang hidup di alam keras. Dari tanah liat, mereka membangun kota yang indah, tangguh, dan penuh cerita. Mengunjungi Aït Benhaddou berarti melangkah ke masa lalu—menyaksikan bagaimana warisan budaya bisa bertahan bahkan di tengah panas dan waktu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Bagian Hiu yang Banyak Diambil Manusia, Kamu Pernah Makan?

10 Okt 2025, 22:54 WIBScience