5 Fakta Unik Ghadames, Kota Putih di Tengah Sahara

- Ghadames, kota putih di tengah Sahara, memiliki arsitektur cerdas untuk menjaga suhu
- Dikenal sebagai "Mutiara Sahara", Ghadames berperan penting dalam sejarah perdagangan trans-Sahara
- Ghadames adalah salah satu kota tertua di dunia yang masih dihuni, tanpa teknologi modern namun tetap bertahan
Bayangkan sebuah kota putih yang berkilau di tengah padang pasir terpanas di dunia. Itulah Ghadames, kota kuno di Libya yang dijuluki "Mutiara Sahara" karena keindahan dan kecerdasannya menghadapi panas ekstrem gurun. Kota ini bukan hanya indah, tapi juga menyimpan sejarah panjang dan arsitektur menakjubkan yang masih dihuni hingga kini.
Meski terlihat seperti labirin putih dari kejauhan, Ghadames sebenarnya dirancang dengan sistem cerdas yang sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Setiap lorong, atap, dan temboknya punya fungsi menjaga suhu agar tetap sejuk meski suhu luar bisa mencapai 50°C. Tak heran kalau UNESCO menetapkan kota ini sebagai warisan dunia pada tahun 1986. Nah, yuk kita simak 5 fakta unik kota Ghadames ini!
1. Rumah putih dan dinding yang memantulkan panas

Ghadames dibangun dengan rumah-rumah berbahan batu lumpur dan dicat putih dengan limewash yang memantulkan sebagian besar panas agar tidak diserap ke dalam bangungan. Dilansir BBC, lorong-lorong sempit (zinqas) dan atap berat membantu mengurangi paparan sinar matahari langsung dan meningkatkan sirkulasi udara alami. Di malam hari, dinding tebal itu melepaskan panas yang tertahan sehingga suhu dalam rumah tetap nyaman meski siang hari sangat panas.
Desain bangunan ini menunjukkan bagaimana warga Ghadames memahami iklim ekstrem gurun sejak lama. Dilansir Green Prophet, tanah liat lokal dan bata lumpur dipadukan dengan kayu dan jerami sebagai bahan isolator alami. Semua elemen ini dirancang untuk menjaga suhu dalam bangunan tetap lebih sejuk daripada lingkungan luar secara signifikan.
2. Dikenal sebagai mutiara sahara

Julukan "Mutiara Sahara" muncul karena Ghadames tampak bersinar putih terang di tengah hamparan pasir emas. Kota ini menjadi oase yang memukau bagi para kafilah yang melintasi jalur perdagangan kuno Afrika Utara. Dari kejauhan, dinding putih dan pohon kurmanya tampak seperti ilusi air di padang pasir.
Selain keindahan fisiknya, Ghadames juga berperan penting dalam sejarah perdagangan trans-Sahara. Kota ini pernah menjadi pusat pertemuan antara pedagang dari Afrika Barat, Mediterania, dan Timur Tengah. Keberadaannya menunjukkan betapa vitalnya oase bagi peradaban kuno di wilayah tandus.
3. Kota dengan sistem sosial tertutup namun teratur

Ghadames memiliki sistem sosial yang sangat khas, di mana aktivitas laki-laki dan perempuan diatur dalam jalur yang terpisah. Jalan-jalan di tingkat bawah digunakan oleh laki-laki untuk bekerja dan bersosialisasi. Sementara itu, perempuan berpindah dari satu rumah ke rumah lain melalui jalur di atas atap, tanpa harus turun ke jalan.
Dilansir UNESCO World Heritage Convention, kebiasaan ini lahir dari kebutuhan akan privasi dan perlindungan dari panas ekstrem gurun. Dengan sistem ini, setiap kelompok bisa beraktivitas bebas tanpa melanggar ruang satu sama lain. Pola sosial ini menjadi warisan budaya yang masih bertahan dan membedakan Ghadames dari kota gurun lainnya.
4. Oase kehidupan di tengah gurun sahara

Ghadames berdiri di sekitar oase alami yang menjadi sumber kehidupan utama bagi warganya selama ribuan tahun. Oase ini menyediakan air untuk minum, irigasi, dan membantu menjaga kelembapan udara di wilayah yang sangat kering. Kondisi ini membuat Ghadames dijuluki "Mutiara Sahara" karena mampu menopang kehidupan di tengah padang pasir luas.
UNESCO mencatat bahwa keberadaan oase ini adalah faktor penting yang memungkinkan Ghadames berkembang sejak masa Romawi. Penduduknya mengatur distribusi air secara kolektif untuk memastikan semua warga mendapat bagian yang adil. Berkat sumber air inilah, Ghadames bertahan sebagai kota bersejarah yang terus dihuni hingga sekarang.
5. Salah satu kota tertua di dunia yang masih dihuni

Ghadames dipercaya telah dihuni sejak lebih dari 5.000 tahun lalu, menjadikannya salah satu kota tertua di dunia yang masih hidup hingga kini. Sisa-sisa sejarahnya menunjukkan perpaduan pengaruh Romawi, Berber, dan Arab dalam arsitektur maupun kehidupan sosial. Struktur dasarnya nyaris tak berubah sejak ribuan tahun lalu.
Yang menarik, kota ini bertahan tanpa teknologi modern—hanya dengan kebijaksanaan arsitektur tradisional dan manajemen air oase yang cerdas. Ini bukti bahwa masyarakat kuno sudah memahami cara hidup berkelanjutan jauh sebelum istilah itu populer. Ghadames mengajarkan bahwa harmoni dengan alam bisa jadi kunci umur panjang sebuah kota.
Ghadames bukan hanya kota di tengah pasir, tapi saksi bisu kecerdasan manusia menghadapi alam ekstrem. Dari arsitektur putihnya yang sejuk hingga tradisi yang terus hidup, kota ini adalah permata sejarah yang nyaris tak tersentuh zaman. Di tengah gurun yang sunyi, Ghadames tetap bersinar—membuktikan bahwa keindahan sejati bisa lahir dari ketahanan dan harmoni dengan alam.