5 Fakta Appalachian Cottontail, Kelinci Gunung Langka dari Appalachian

- Appalachian cottontail diakui sebagai spesies baru pada tahun 1992 setelah penelitian mendalam.
- Kelinci ini hidup terbatas di dataran tinggi pegunungan Appalachian, rentan terhadap perubahan habitat.
- Sulit dibedakan dengan eastern cottontail, hidup soliter tapi punya hierarki sosial dalam perkawinan.
Pegunungan Appalachian dikenal sebagai salah satu rangkaian pegunungan tertua di dunia yang membentang dari New York hingga Alabama. Dengan lanskap hutan lebat, lembah berkabut, dan udara pegunungan yang sejuk, kawasan ini menjadi rumah bagi berbagai spesies unik yang tak bisa ditemukan di tempat lain. Di balik keindahan alamnya, tersimpan kehidupan liar yang menarik untuk dikenal lebih dekat.
Salah satu penghuni khas pegunungan ini adalah Appalachian cottontail, sejenis kelinci liar yang hidup di area hutan tinggi. Sekilas, hewan bernama ilmiah Sylvilagus obscurus ini tampak mirip dengan kerabatnya, eastern cottontail. Namun, kalau diperhatikan lebih dalam, ada banyak keunikan yang membuatnya berbeda dan menarik untuk dibahas. Yuk, simak fakta-fakta menarik tentang kelinci gunung yang satu ini!
1. Baru diakui sebagai spesies pada tahun 1992

Siapa sangka, appalachian cottontail baru diakui secara resmi sebagai spesies terpisah di tahun 1992. Sebelumnya, kelinci ini dianggap sama dengan new england cottontail karena memang penampilannya sangat mirip. Setelah para ilmuwan meneliti lebih dalam lewat jumlah kromosom, morfologi tulang tengkorak, hingga data genetika, akhirnya mereka menemukan perbedaan signifikan.
Fakta ini menunjukkan betapa sulitnya membedakan kelinci liar hanya dari penampilan luar, apalagi beberapa spesies memang punya ciri fisik yang hampir identik.
Jadi, appalachian cottontail bukanlah spesies baru ditemukan, melainkan spesies lama yang akhirnya berhasil diidentifikasi dengan benar.
2. Hidup terbatas di dataran tinggi pegunungan

Appalachian cottontail punya habitat khusus yang bikin keberadaannya cukup langka. Mereka hanya bisa ditemukan di hutan pegunungan bagian timur Amerika Serikat, mulai dari Pennsylvania bagian tengah sampai Alabama utara. Melansir Animal Diversity Web, di negara bagian Carolina Utara, kelinci ini hanya ada di wilayah pegunungan barat dengan ketinggian lebih dari 2.500 kaki (sekitar 760 meter) di atas permukaan laut.
Lokasi favorit mereka biasanya berupa hutan lebat, semak, hingga area bekas tebangan hutan berusia 5 sampai 10 tahun. Karena distribusinya sangat terbatas dan terisolasi di dataran tinggi, populasi mereka rentan terhadap perubahan habitat. Jika hutan di pegunungan terganggu, kelinci ini bisa kesulitan mencari tempat tinggal baru.
3. Sulit dibedakan dengan eastern cottontail

Appalachian cottontail sangat mirip dengan kerabat dekatnya, yaitu eastern cottontail yang jauh lebih umum dan tersebar luas di Amerika. Secara fisik, appalachian cottontail memang sedikit lebih kecil, punya telinga lebih pendek, serta sering terdapat bintik hitam di antara telinga. Sementara eastern cottontail umumnya punya bintik putih di dahi, yang tidak ada pada appalachian cottontail .
Melansir North Carolina Wildlife Resources Commision, cara paling akurat membedakan keduanya adalah dengan melihat tengkorak atau melakukan tes genetika. Jika tengkorak appalachian cottontail dilihat dari atas, garis sambungan tulang hidungnya tampak bergerigi dan tidak rata. Sedangkan pada eastern cottontail, garisnya halus dan teratur.
4. Hidup soliter tapi punya hierarki sosial

Berbeda dengan hewan lain yang suka berkelompok, appalachian cottontail hidup soliter alias menyendiri. Mereka paling aktif saat fajar dan senja, sementara siang hari biasanya bersembunyi di balik batang kayu atau liang untuk menghindari predator.
Menariknya, meskipun cenderung soliter, penelitian menunjukkan ada hierarki sosial dalam spesies ini, terutama terkait urusan perkawinan. Melansir Animalia, para pejantan akan bertarung untuk menunjukkan dominasi, dan yang menang biasanya punya prioritas lebih tinggi untuk kawin.
Selain itu, kelinci ini punya indera penciuman, pendengaran, dan penglihatan yang sangat tajam. Hal ini membantu mereka mendeteksi predator sejak jauh, sekaligus menemukan pasangan ketika musim kawin tiba. Sang induk betina bahkan bisa mengeluarkan suara dengusan rendah untuk memberi sinyal bahaya pada anak-anaknya.
5. Reproduksi cepat, tapi berumur pendek

Seperti kebanyakan kelinci, appalachian cottontail punya strategi reproduksi yang luar biasa. Mereka bisa berkembang biak dari Februari hingga September, dengan betina mampu menghasilkan beberapa kali kelahiran per tahun. Rata-rata, satu kali kelahiran menghasilkan 3 sampai 4 anak, bahkan bisa sampai 8 ekor!
Pertumbuhan anak-anak mereka sangat cepat. Mengutip North Carolina Wildlife Resources Commission, dalam waktu dua minggu, berat tubuhnya bisa meningkat hingga 400 persen, dan dalam empat minggu sudah mandiri. Menariknya, anak yang lahir di awal musim bisa langsung bereproduksi di tahun yang sama.
Namun, di balik kemampuan reproduksi tinggi ini, usia hidup appalachian cottontail tergolong singkat. Rata-rata mereka hanya bisa bertahan kurang dari satu tahun di alam liar. Hal ini disebabkan oleh banyaknya predator alami seperti rubah, burung pemangsa, hingga ular.
Inilah mengapa perlindungan ekosistem pegunungan dan kesadaran manusia sangat penting agar spesies langka seperti Appalachian cottontail bisa terus ada di alam.