Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hewan Khas Ashgabat, dari Kuda Emas hingga Kadal Berkumis

Hewan Khas Ashgabat
Ilustrasi hewan khas Ashgabat yang unik (flickr.com/HISTOGRAPHY by DM & DBM)
Intinya sih...
  • Kuda akhal-teke, si ‘kuda emas’
  • Agama gurun, si kadal berkumis
  • Turkmenistan eyelid gecko, tokek nokturnal
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ashgabat, ibu kota Turkmenistan, terkenal dengan gedung marmer putihnya yang megah dan futuristik. Namun, di balik kemewahan itu, alam sekitar menyimpan cerita lain, yakni tentang fauna yang mampu bertahan hidup di Gurun Karakum yang keras. Hewan-hewan ini tidak hanya unik, tetapi juga merepresentasikan identitas budaya dan sejarah masyarakat Turkmenistan.

Dari kuda yang bulunya berkilau seperti emas, kadal gurun dengan kumis pasir, hingga burung langka yang nyaris punah, fauna khas Ashgabat menghadirkan kombinasi antara keindahan, adaptasi, dan simbolisme. Mari kita jelajahi lima hewan paling ikonik yang membuat Ashgabat lebih dari sekadar kota marmer putih.

1. Kuda akhal-teke, si ‘kuda emas’

Hewan Khas Ashgabat
Ilustrasi kuda akhal-teke yang seolah berwarna keemasan ketika cahaya mengenai rambutnya (flickr.com/Read National)

Kuda akhal-teke adalah salah satu ras kuda tertua di dunia, berasal dari oasis Akhal dekat Ashgabat. Keunikan utamanya terletak pada bulu yang bisa berkilau seperti logam, terutama pada warna emas pucat. Fenomena ini disebabkan struktur rambut yang memantulkan cahaya dengan cara berbeda dibandingkan kuda biasa—dilansir dari laman resmi Mad Barn Canada.

Keindahan fisiknya berpadu dengan ketahanan luar biasa terhadap panas gurun dan kelangkaan air. Kuda ini dikenal ramping, berotot, dengan stamina tinggi sehingga dijuluki ‘kuda balap gurun.’ Akhal-teke sanggup menempuh jarak 1.000 km dalam kondisi ekstrem tanpa kehilangan vitalitas.

Lebih dari sekadar hewan, Akhal-Teke adalah simbol identitas nasional Turkmenistan. UNESCO mengakui seni pemeliharaan dan dekorasi kuda ini sebagai warisan budaya tak benda. Setiap tahun, Ashgabat bahkan merayakan Hari Kuda Akhal-Teke sebagai bukti betapa pentingnya hewan ini bagi budaya dan kebanggaan bangsa.

2. Agama gurun, si kadal berkumis

Hewan Khas Ashgabat
Ilustrasi agama gurun si kadal berkumis yang punya perilaku unik saat defensif (inaturalist.org/neymark)

Menurut Jurnal ZooKeys, agama gurun (Phrynocephalus mystaceus) adalah reptil khas Asia Tengah yang hidup di pasir lembut Karakum. Spesies ini sering disebut toad-headed agama karena bentuk kepalanya yang pipih dan aneh. Ia memiliki kemampuan luar biasa untuk beradaptasi di gurun yang gersang, termasuk bersembunyi di bawah pasir pada siang hari untuk menghindari suhu ekstrem.

Keunikan paling mencolok adalah perilaku defensifnya, yakni ketika merasa terancam, kadal ini membuka mulut lebar-lebar, memperlihatkan lipatan kulit berwarna terang yang menyerupai ‘kumis pasir’. Aksi ini sering diiringi desisan keras, sehingga predator terkecoh dan memilih mundur.

Selain itu, warna tubuhnya mampu menyatu dengan pasir, menjadikannya ahli kamuflase. Penelitian yang dipublikasikan di Journal of Zoology menyebutkan bahwa pola distribusi kadal ini bergantung pada jenis pasir, dari bukit pasir hingga dataran terbuka. Dengan strategi ini, agama gurun menjadi salah satu simbol adaptasi ekstrem khas Ashgabat.

3. Turkmenistan eyelid gecko, tokek nokturnal

Hewan Khas Ashgabat
Ilustrasi tokek nokturnal yang khas dari Turkmenistan (dok. National Geographic Photo Ark/Joel Sartore)

Tokek khas Turkmenistan ini termasuk unik karena memiliki kelopak mata yang bisa menutup, berbeda dari sebagian besar gecko lain. Spesies ini hanya ditemukan di daerah berbatu dan gurun pegunungan sekitar Ashgabat hingga ketinggian 1.000 meter. Ia dikenal sebagai reptil malam (nokturnal) yang aktif berburu serangga setelah matahari terbenam—dilansir dari Jurnal Zoology in the Middle East.

Secara biologis, Eublepharis turcmenicus ini termasuk oviparus atau bertelur, dengan jumlah telur terbatas per siklus reproduksi. Keterbatasan wilayah sebaran membuatnya dianggap spesies dengan nilai konservasi tinggi. Perlu digarisbawahi bahwa hewan ini hanya hidup di Turkmenistan dan sebagian kecil wilayah Asia Tengah, menjadikannya sangat khas secara geografis.

Selain penting secara ekologis, keberadaan gecko ini menandakan keanekaragaman hayati Ashgabat yang jarang dikenal dunia luar. Dengan karakter fisik yang lucu namun terbatas populasinya, Turkmenistan eyelid gecko menjadi salah satu simbol fauna lokal yang wajib dilindungi.

4. Saker falcon, elang pemburu gurun

Hewan Khas Ashgabat
Ilustrasi elang pemangsa dan pemburu khas Asia Tengah yang endemik dari Turkmenistan (inaturalist.org/anna-solisia)

Saker falcon adalah burung pemangsa besar yang banyak ditemukan di Asia Tengah, termasuk Turkmenistan. Burung ini dikenal memiliki kecepatan luar biasa dan sering digunakan dalam tradisi berburu oleh masyarakat nomaden. Ornis Hungarica mencatat bahwa saker falcon bisa terbang hingga 150 km/jam ketika mengejar mangsa.

Secara budaya, Falco cherrug ini punya ikatan erat dengan identitas masyarakat Asia Tengah. Di Turkmenistan, elang ini melambangkan kekuatan, kebebasan, dan keterampilan berburu. Namun, ironisnya, keberhasilan mereka dalam berburu juga menjadi alasan mengapa burung ini diburu dan diperdagangkan secara ilegal.

Status konservasi saker falcon saat ini adalah ‘terancam punah’ menurut daftar merah IUCN. Hal ini terutama disebabkan oleh perburuan dan hilangnya habitat. Fakta ini menunjukkan betapa rapuhnya keberadaan hewan yang selama berabad-abad menjadi bagian penting dari budaya Ashgabat.

5. Houbara bustard, burung steppe yang langka

Hewan Khas Ashgabat
Ilustrasi burung houbara bustard termasuk fauna steppe yang langka dan endemik Turkmenistan (commons.wikimedia.org/Len Worthington)

Houbara bustard adalah burung padang pasir berukuran sedang yang hidup di kawasan semi-gurun Asia Tengah, termasuk Turkmenistan. Burung ini terkenal karena bulu samar berwarna cokelat dan krem yang membuatnya nyaris tidak terlihat di padang pasir. Menurut IUCN Redlist, burung ini kini termasuk kategori vulnerable atau ‘rentan’.

Burung ini memiliki kebiasaan migrasi jarak jauh. Setiap tahun, populasi Houbara dari Asia Tengah bermigrasi ke wilayah selatan untuk menghindari musim dingin yang keras. Migrasi ini membuat mereka semakin rentan diburu, terutama di kawasan Timur Tengah di mana perburuan dengan elang masih populer.

Houbara bustard bukan hanya bagian dari ekosistem gurun, tetapi juga simbol bagaimana budaya berburu manusia bisa mengancam kelangsungan hidup satwa. Dengan populasi yang terus menurun, perlindungan burung ini menjadi isu penting di Turkmenistan, termasuk di sekitar Ashgabat.

Ashgabat mungkin dikenal dunia karena arsitektur marmernya yang mencolok, tetapi kehidupan liar di sekitarnya menyimpan cerita yang lebih dalam. Kuda akhal-teke yang berkilau, agama gurun yang berkumis aneh, hingga elang dan burung langka menunjukkan bahwa gurun bukanlah ruang kosong, melainkan rumah bagi makhluk dengan strategi bertahan hidup yang menakjubkan.

Keberadaan hewan-hewan khas ini juga mengingatkan kita bahwa kebanggaan budaya dan simbol nasional sering kali lahir dari hubungan manusia dengan alam. Jika tidak dijaga, maka warisan unik ini bisa lenyap hanya dalam hitungan generasi. Ashgabat bukan hanya kota, tetapi juga panggung bagi drama alam yang luar biasa—dan itu layak untuk terus dipelihara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

7 Fakta Danau Natron, Danau Alkali yang Mematikan di Tanzania

22 Sep 2025, 21:49 WIBScience