Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Hewan yang Ternyata Bisa Merasakan Trauma, Jangan Sakiti!

ilustrasi gajah (pexels.com/magda)
ilustrasi gajah (pexels.com/magda)
Intinya sih...
  • Kucing, anjing, kuda, gajah, dan lumba-lumba mampu merasakan trauma akibat pengalaman buruk.
  • Hewan-hewan tersebut menunjukkan tanda-tanda trauma seperti ketakutan, perilaku defensif, atau perubahan emosional yang drastis.
  • Proses pemulihan memerlukan waktu dan lingkungan yang stabil agar hewan-hewan tersebut dapat pulih dari trauma yang mereka alami.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak yang mengira bahwa rasa trauma hanya dapat dialami manusia, padahal beberapa hewan juga memiliki kemampuan untuk merasakan ketakutan mendalam akibat pengalaman buruk. Trauma pada hewan biasanya muncul karena kejadian yang meninggalkan memori kuat, seperti kekerasan, kehilangan, kecelakaan, atau lingkungan yang penuh tekanan.

Perilaku hewan yang mengalami trauma sering kali berubah drastis. Mereka bisa menjadi lebih agresif, pendiam, sulit percaya, atau menghindari situasi tertentu yang mengingatkan pada pengalaman buruk. Berikut lima hewan yang telah terbukti secara ilmiah mampu merasakan trauma secara mendalam dilansir dari cats.com:

1. Kucing

ilustrasi kucing (freepik.com/freepik)
ilustrasi kucing (freepik.com/freepik)

Kucing merupakan hewan domestik yang sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya. Pengalaman buruk seperti ditinggalkan, disakiti, atau terjebak dalam kondisi berbahaya dapat meninggalkan trauma yang bertahan lama. Beberapa kucing menjadi sangat takut terhadap suara keras, gerakan tiba-tiba, atau orang asing. Respons ini sering muncul sebagai bentuk perlindungan diri dari kemungkinan bahaya yang sebelumnya pernah dirasakan.

Kucing memiliki kemampuan mengingat jangka panjang yang membuat kenangan traumatis tersimpan kuat dalam benaknya. Hewan ini dapat menghubungkan situasi tertentu dengan pengalaman buruk, sehingga terlihat lebih waspada atau gelisah ketika kondisi serupa terjadi. Proses pemulihan biasanya membutuhkan waktu cukup lama dan memerlukan lingkungan yang stabil serta aman.

2. Anjing

ilustrasi seekor anjing (pexels.com/garfield)
ilustrasi seekor anjing (pexels.com/garfield)

Anjing mungkin menjadi hewan yang paling sering dilaporkan mengalami trauma emosional. Ikatan kuat dengan manusia membuat anjing sangat peka terhadap perubahan situasi dan perlakuan buruk. Anjing yang pernah hidup di jalanan atau mengalami kekerasan biasanya menunjukkan tanda-tanda trauma seperti menggigil, menjauh dari sentuhan, atau ketakutan ketika mendengar suara tertentu.

Anjing juga mudah mengembangkan ketakutan ekstrem terhadap situasi tertentu, seperti petir, keramaian, atau kendaraan besar. Pengalaman buruk yang pernah dialami membuat memori emosional anjing bekerja sangat kuat. Anjing sering kali membutuhkan waktu rehabilitasi agar bisa kembali percaya kepada manusia.

3. Kuda

Hewan yang Ternyata Bisa Merasakan Trauma
ilustrasi hewan kuda (freepik.com/bear

Kuda merupakan hewan yang memiliki ingatan tajam serta kepekaan tinggi terhadap lingkungan dan perlakuan manusia. Banyak kuda yang menunjukkan trauma akibat pelatihan keras, perlombaan yang melelahkan, atau perlakuan kasar. Trauma pada kuda sering terlihat dari perilaku seperti menolak didekati, panik ketika dipasangi perlengkapan, atau merasa terancam saat melihat benda tertentu yang mengingatkan pada pengalaman buruk.

Kuda secara alami memiliki naluri bertahan hidup yang kuat sehingga setiap pengalaman menegangkan mudah terekam dalam ingatannya. Ketika trauma tidak diatasi, perilaku kuda dapat semakin sulit dikendalikan dan berdampak pada keselamatan manusia. Namun dengan pendekatan perlahan, kuda dapat kembali merasa aman.

4. Gajah

ilustrasi gajah (pexels.com/magda)
ilustrasi gajah (pexels.com/magda)

Gajah dikenal sebagai hewan dengan kecerdasan tinggi dan memori jangka panjang yang sangat kuat. Struktur sosialnya yang kompleks membuat gajah dapat merasakan kesedihan mendalam, terutama ketika kehilangan anggota kelompok atau mengalami perlakuan kejam. Banyak penelitian menunjukkan bahwa gajah yang pernah disiksa, dipisahkan dari keluarganya, atau hidup dalam kondisi tekanan tinggi dapat mengalami trauma emosional yang bertahan bertahun-tahun.

Gajah memiliki empati tinggi sehingga mampu merasakan kesedihan dari kelompoknya sendiri. Jika pernah menyaksikan kerabatnya terluka atau dibunuh, gajah bisa mengalami gangguan emosional yang membuatnya sulit beradaptasi kembali. Beberapa gajah yang diselamatkan dari sirkus atau industri pariwisata menunjukkan perubahan positif setelah ditempatkan di suaka yang aman.

5. Lumba-lumba

Hewan yang Ternyata Bisa Merasakan Trauma
ilustrasi hewan lumba-lumba (freepik.com/bear

Lumba-lumba merupakan mamalia laut yang memiliki kecerdasan tinggi serta kemampuan berkomunikasi kompleks. Karena kepekaan emosional ini, lumba-lumba dapat mengalami trauma akibat kebisingan ekstrem, terperangkap jaring, atau kehilangan pasangan kelompok. Banyak kejadian menunjukkan lumba-lumba menjadi depresi, kehilangan nafsu makan, atau menjauhi kelompok setelah mengalami kejadian traumatis.

Lumba-lumba yang hidup di penangkaran sering menunjukkan tanda stres kronis, terutama ketika ruang geraknya terbatas. Tekanan hidup di lingkungan buatan dapat memicu perilaku tidak normal seperti agresi atau kehilangan minat bermain. Namun, lumba-lumba yang dipindahkan ke tempat rehabilitasi biasanya menunjukkan kondisi emosional yang lebih baik.

Kemampuan merasakan trauma bukan hanya milik manusia. Banyak hewan memiliki struktur otak dan kepekaan emosional yang membuat mereka mampu merespons pengalaman buruk dengan sangat kuat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us

Latest in Science

See More

Bagaimana Terbentuknya Cincin Saturnus yang Ikonik?

27 Des 2025, 10:50 WIBScience