5 Masalah yang Akan Dihadapi Bila Manusia Tinggal di Bulan, Tak Aman!

Perlu dipahami bahwa setiap gravitasi yang dimiliki planet atau bintang bisa berbeda-beda, termasuk antara bumi dan bulan. Keduanya memiliki perbedaan gravitasi yang cukup signifikan dan hal ini pulalah yang bisa menyebabkan masalah.

Melansir Planetarium, gravitasi yang dimiliki bulan hanya sekitar 1/6 m/s kuadrat atau bisa dikatakan lebih lemah dibandingkan dengan gravitasi bumi. Dampak hal ini adalah sulitnya manusia untuk berjalan secara normal layaknya di bumi. Ada kemungkinan bagi manusia untuk turut melayang di udara, sehingga memerlukan pemberat.

Bulan tidak seperti bumi yang secara alami memiliki lapisan atmosfernya tersendiri. Bulan justru tampak kosong sebab tak memiliki lapisan atmosfer yang dapat melindunginya dari hantaman benda langit, seperti meteorid.

Mengutip Smart News, Madiedo pernah mengemukakan bahwa bulan memiliki frekuensi kemungkinan untuk terkena hantaman meteor sekitar 2-3 bulan sekali. Biasanya hantaman yang dimaksud juga tak terlalu besar, namun dampaknya bisa tetap berbahaya, sebab ketiadaan atmosfer yang dapat melindungi bulan. Maka bisa dibayangkan bila manusia memaksakan hidup di bulan, maka setiap harinya akan dikhawatirkan dengan risiko hantaman meteor yang mungkin terjadi.

Bulan tidaklah seperti bumi yang memiliki suhu stabil dan dapat ditinggali manusia dengan aman. Nyatanya kondisi bulan justru cenderung ekstrem dengan suhunya yang jelas berbahaya dan dapat memberikan efek tersendiri.

Disebutkan bahwa bulan mengalami 14 hari periode siang hari dengan suhu 120 derajat selisus, serta periode malam hari selama 14 hari dengan suhu -130 derajat selsius, seperti dilansir NASA. Pada bagian kutub bulan justru biasanya akan jauh lebih dingin. Dari suhunya saja sudah dapat dipastikan bahwa manusia sulit tinggal secara natural di sana, sehingga tentu memerlukan pakaian khusus untuk menyesuaikan suhunya.

Salah satu cara manusia untuk bertahan hidup adalah dengan bercocok dan berburu. Namun, jelas saja berburu tidak akan bisa dilakukan di bulan, sehingga satu-satunya cara adalah dengan bercocok tanam. Meski demikian, kenyataannya bercocok tanam di bulan jelas tidak semudah seperti di bumi.

Mengingat durasi siang hari di bulan yang jika dikonversikan pada waktu bumi bisa mencapai 30 hari, maka rasanya akan sulit untuk tanaman dapat tumbuh di sana, seperti dikutip Green Upside. Satu-satu hal yang bisa dipikirkan ilmuan dalam mengatasinya adalah dengan mengakali kondisi tempat bercocok tanam, sehingga tanaman tak terus menerus menerima paparan sinar matahari yang bisa menyulitkannya untuk tumbuh.

Seperti yang diketahui bahwa bulan tak seperti bumi yang memiliki lapisan atmosfer. Fungsi dari lapisan atmosfer sebenarnya bukan semata-mata untuk menghindari hantaman meteor, melainkan juga sebagai pencegah masuknya paparan radiasi akibat sinar matahari.

Melansir Space, nyatanya para astronot yang menjelajahi bulan ternyata harus siap menghadapi paparan radiasi matahari lebih dari 60 microsieverts radiasi perjamnya, berdasarkan jurnal terbaru. Angka tersebut bahkan jauh lebih tinggi dari apa yang dialami manusia di bumi, sehingga risiko terhadap kesehatan jelas akan jauh lebih berbahaya.

Membayangkan tinggal di luar angkasa memang rasanya sangat sulit untuk dianggap nyata, khususnya di bulan. Dengan segala kondisi dan keterbatasan manusia, rasanya hampir tak mungkin untuk menemukan tempat lain dengan kondisi geografis dan iklim yang komplit layaknya bumi tercinta. Berminat menetap di bulan?