5 Negara yang Berhasil Menurunkan Emisi CO2 secara Signifikan

- Swedia berhasil menurunkan emisi CO2 per kapita melalui kebijakan pajak karbon, insentif bagi industri, dan investasi energi terbarukan.
- Inggris menutup pembangkit batu bara dan mendorong investasi pada energi angin lepas pantai serta implementasi skema perdagangan emisi.
- Denmark minim ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan fokus pada energi angin, transportasi ramah lingkungan, daur ulang, dan efisiensi energi.
Perubahan iklim menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Kenaikan suhu global, cuaca ekstrem, dan kerusakan ekosistem adalah beberapa dampak nyata yang kita rasakan. Salah satu penyebab utamanya adalah emisi karbon dioksida (CO2) yang terus meningkat. Meskipun isu ini terasa sangat masif, kabar baiknya banyak negara yang telah mengambil langkah serius untuk menanggulanginya.
Menariknya, beberapa negara berhasil menunjukkan penurunan emisi CO2 per kapita secara signifikan. Langkah ini bukan hanya tentang komitmen, tetapi juga tentang inovasi teknologi, kebijakan yang tepat, dan kesadaran kolektif masyarakat. Yuk, kita lihat lima negara yang berhasil menjadi contoh inspiratif dalam upaya menurunkan jejak karbon mereka.
1. Kebijakan hijau dan pajak karbon yang inovatif di Swedia

Swedia dikenal sebagai salah satu negara terdepan dalam keberlanjutan. Negara ini berhasil mengurangi emisi CO2 per kapita secara drastis, terutama melalui kebijakan pajak karbon yang mulai diterapkan sejak tahun 1991. Pajak ini membuat perusahaan dan individu membayar lebih untuk setiap ton CO2 yang mereka hasilkan, mendorong mereka untuk beralih ke sumber energi yang lebih bersih.
Pemerintah Swedia juga menyediakan insentif besar bagi sektor industri untuk mengembangkan teknologi rendah karbon. Selain itu, Swedia juga gencar berinvestasi pada energi terbarukan seperti pembangkit listrik tenaga angin, air, dan biomassa. Hingga kini, lebih dari 50% energi yang digunakan di negara ini berasal dari sumber terbarukan. Hal ini juga didukung oleh regulasi ketat tentang efisiensi energi di berbagai sektor, mulai dari transportasi hingga bangunan.
2. Revolusi energi dan penutupan pembangkit batu bara di Inggris

Sejak menandatangani Kesepakatan Paris, Inggris menunjukkan komitmen luar biasa dalam mengurangi emisi. Salah satu langkah paling signifikan adalah penutupan bertahap pembangkit listrik tenaga batu bara. Hingga saat ini, Inggris berhasil menutup hampir semua pembangkit batu bara dan menggantinya dengan sumber energi yang lebih bersih seperti gas alam dan energi terbarukan.
Inggris juga gencar mendorong investasi pada proyek energi angin lepas pantai (offshore wind). Lokasi geografisnya yang strategis membuat negara ini memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi angin. Pemerintah juga mengimplementasikan skema perdagangan emisi (ETS) yang membatasi total emisi gas rumah kaca dari sektor-sektor utama, sehingga mendorong perusahaan untuk mengurangi jejak karbon.
3. Pengurangan ketergantungan bahan bakar fosil di Denmark

Denmark adalah salah satu pelopor dalam pengembangan energi angin. Negara kecil ini memiliki sejarah panjang dalam berinvestasi pada teknologi turbin angin, yang kini menjadi salah satu sumber energi terpenting. Lebih dari 50% kebutuhan listrik di Denmark dipenuhi oleh energi angin dan biomassa, membuat mereka sangat minim ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Selain itu, Denmark juga fokus pada pengembangan jaringan transportasi yang ramah lingkungan. Di Kopenhagen, misalnya, lebih dari separuh penduduknya menggunakan sepeda untuk bepergian. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dan masyarakat dalam mengurangi emisi dari sektor transportasi. Program daur ulang yang ekstensif dan efisiensi energi di sektor perumahan juga menjadi bagian penting dari strategi mereka.
4. Kebijakan transisi energi yang ambisius di Jerman

Sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di Eropa, Jerman meluncurkan kebijakan yang dikenal sebagai Energiewende. Kebijakan ini bertujuan untuk beralih dari energi nuklir dan bahan bakar fosil ke energi terbarukan secara bertahap. Meskipun sempat menghadapi tantangan, komitmen Jerman untuk berinvestasi besar-besaran dalam energi surya dan angin telah membuahkan hasil signifikan dalam penurunan emisi.
Pemerintah Jerman juga mendorong efisiensi energi di sektor industri dan bangunan melalui regulasi ketat dan insentif finansial. Mereka juga mendukung penelitian dan pengembangan teknologi hijau, seperti kendaraan listrik dan penyimpanan energi. Meskipun masih mengandalkan beberapa sumber energi konvensional, langkah-langkah progresif ini menunjukkan bahwa bahkan negara industri besar bisa melakukan perubahan besar.
5. Luksemburg, negara kecil dengan ambisi yang besar

Sebagai salah satu negara terkecil di Eropa, Luksemburg menunjukkan bahwa ukuran bukanlah halangan untuk beraksi. Negara ini berhasil menurunkan emisi per kapita dengan fokus pada efisiensi energi dan investasi energi terbarukan. Kebijakan pajak yang pro-lingkungan dan subsidi untuk kendaraan listrik menjadikan Luksemburg sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan kendaraan listrik tercepat di dunia.
Langkah inovatif lainnya adalah menjadikan transportasi publik gratis di seluruh wilayah. Kebijakan ini tidak hanya mengurangi emisi dari kendaraan pribadi tetapi juga meningkatkan kualitas hidup penduduk. Dengan strategi ini, Luksemburg membuktikan bahwa tindakan berani dan kebijakan progresif dapat memberikan dampak yang sangat besar, bahkan di skala nasional yang kecil.
Dari Swedia hingga Luksemburg, kelima negara ini membuktikan bahwa penurunan emisi karbon per kapita adalah hal yang realistis. Kuncinya terletak pada komitmen politik, inovasi teknologi, dan partisipasi aktif masyarakat. Mereka tidak hanya berjanji, tetapi juga mengimplementasikan kebijakan konkret seperti pajak karbon, investasi energi terbarukan, dan perubahan gaya hidup.