6 Fakta C-17, Pesawat Angkut Jumbo yang Handal untuk Berbagai Misi

Beberapa waktu yang lalu viral di sejumlah media sosial, sebuah pesawat terbang bertubuh besar sedang berjalan di landasan bandara udara Afghanistan dan dikejar oleh banyak orang yang hendak pergi dari negara tersebut setelah terjadinya konflik di sana. Pesawat tersebut adalah pesawat angkut berat militer C-17 Globemaster III milik angkatan udara Amerika Serikat (AS).
Namanya mungkin belum setenar pesawat angkut C-130 Hercules yang melegenda, namun kiprahnya dalam dunia militer telah mencatatkan sejumlah kisah yang layak diperhitungkan. Pesawat yang awalnya didesain dan diproduksi oleh McDonnell Douglas itu dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan transportasi cepat baik personel maupun peralatan militer dalam jumlah besar hingga di belakang "garis depan" sebuah medan pertempuran.
Ingin tahu lebih lanjut tentang pesawat C-17? Berikut ini ulasannya!
1. Mengaplikasikan teknologi aeronautika NASA dalam program pengembangannya

Diinformasikan NASA dalam situs resminya, teknologi aeronautika yang dikembangkan Badan Antariksa NASA dalam beberapa dekade terakhir telah diaplikasikan pula ke dalam rancang bangun pesawat angkut bermesin jet, salah satunya adalah C-17. Sejumlah teknologi tersebut diaplikasikan pada desain sayap, teknologi penerbangan fly-by-wire, sistem mesin pesawat dan bahan material komposit untuk struktur pesawat.
Terbang pertama kali di tahun 1991 dan masuk dinas operasional pada tahun 1995, C-17 memiliki karakteristik yang berbeda dari pesawat angkut generasi sebelumnya. Pesawat ini memiliki kemampuan terbang jarak jauh dengan membawa muatan besar, memiliki efisiensi aerodinamis yang luar biasa serta sistem bongkar muat kargo yang sangat efektif.
2. Diberi julukan "The Spirit of Berlin"

Pada tahun 1998 yang lalu, Presiden Bill Clinton mendedikasikan nama "The Spirit of Berlin" pada pesawat angkut baru C-17 milik AU AS di Templehof, Jerman. Peristiwa tersebut menandai peringatan 50 tahun peristiwa operasi angkutan udara Berlin ketika Soviet melakukan blokade darat terhadap kota Berlin di tahun 1948 hingga 1949 sehingga rakyat di kota Berlin kesulitan mendapat pasokan bahan makanan, obat-obatan, bahan bakar dan kebutuhan pokok lainnya
Ketika Soviet melakukan blokade, dibandingkan melakukan konflik terbuka, pihak AS dan sekutunya menggelar operasi angkutan udara untuk memasok kebutuhan kota Berlin. Mengutip informasi dari situs resmi Boeing, operasi udara tersebut berlangsung sukses, jutaan ton bahan makanan, bahan bakar dan kebutuhan lainnya berhasil dikirimkan melalui udara ke kota Berlin dalam kurun waktu 15 bulan hingga blokade tersebut dicabut.
3. Mampu beroperasi dari landasan pendek dan sederhana

Salah satu kelebihan C-17 sebagai pesawat angkut berat adalah kemampuannya untuk beroperasi dari landasan pendek dan dengan fasilitas seadanya. Kebanyakan pesawat angkut dengan ukuran seperti C-17 membutuhkan panjang landasan dua kali lebih panjang untuk lepas landas dan mendarat.
Sebagaimana dilansir oleh laman airforce-technology, dengan kapasitas muatan penuh, C-17 mampu lepas landas dan mendarat di landasan yang panjangnya kurang dari 1.100 meter dengan lebar kurang dari 30 meter. Aplikasi sejumlah teknologi aeronautika yang efisien memungkinkan C-17 mampu lepas landas dari landasan pendek dan mampu mendarat dengan kecepatan pendaratan yang relatif lebih rendah dibandingkan pesawat lainnya sehingga hanya membutuhkan panjang landasan yang relatif lebih pendek untuk mendarat.
4. Pesawat angkut yang handal dalam operasi tempur dan non-tempur

Dengan kapasitas muatnya yang besar hingga 75 ton, ruang kargo C-17 mampu membawa sejumlah tank dan helikopter tempur, berbagai jenis kendaraan, ratusan pasukan bersenjata lengkap, maupun muatan yang akan langsung diterjunkan dari udara. Sebagai pesawat angkut militer, C-17 dinilai efektif untuk mobilasi angkutan udara cepat ke seluruh penjuru dunia.
Selain untuk operasi militer, C-17 juga efektif untuk misi angkut bantuan kemanusiaan melalui udara. Beberapa waktu lalu, sejumlah media massa melaporkan sebuah C-17 mengangkut lebih dari 800 orang yang ingin keluar dari Afghanistan setelah terjadinya peralihan kekuasaan di sana.
5. Terlibat dalam operasi pengangkutan ikan paus bernama Keiko

Salah satu operasi non-militer tak terlupakan yang pernah dilakukan oleh C-17 adalah melakukan pengangkutan paus pembunuh (orca) bernama Keiko untuk dilepas liarkan di samudra Atlantik pada tahun 1998. Keiko adalah pemeran paus dalam film Free Willy yang hidup dalam penangkaran.
Pesawat C-17 dipilih untuk misi ini karena merupakan satu-satunya pesawat yang mampu membawa muatan begitu berat, dapat terbang non-stop dan melakukan pengisian bahan bakar di udara serta mampu mendarat di landasan pendek dan kasar.
Berat Keiko bersama tangki transport khususnya sekitar 36,5 ton dapat diterbangkan oleh C-17 dari 5th Airlift Squadron, Charleston Air Force Base selama 9 jam dari negara bagian Oregon dan mendarat di landasan sederhana kepulauan Westman Islandia untuk proses pelepasan.
6. C-17 terakhir diproduksi di tahun 2015

Mengutip informasi dari Boeing, produksi pesawat C-17 terakhir dilakukan pada tahun 2015. Boeing menandai selesainya produksi terakhir tersebut dengan menutup fasilitas perakitannya di pabrik Long Beach pada tahun tersebut. Hingga tahun 2014 pihak Boeing telah mengirimkan sekitar 260 unit C-17 kepada pemesannya, dengan rincian 223 buah untuk AU AS, dan total 37 buah yang terbagi untuk beberapa negara seperti: Kuwait, Australia, Kanada, India, Inggris, Uni Emirat Arab, dan negera-negara Sekutu NATO.
Setelah lini produksi C-17 ditutup, pihak pabrikan Boeing masih menjamin ketersediaan suku cadang, upgrade sistem dan perawatan selama siklus hidup produk sehingga C-17 masih akan cukup lama berkontribusi di dunia dirgantara militer. Belum diketahui pasti program penggantiannya dan mungkin saja bila diperlukan lini produksinya masih bisa dihidupkan kembali.
Sebuah fakta menarik bahwa pesawat angkut jumbo C-17 handal untuk berbagai misi. Kita selalu berharap bahwa kemajuan teknologi akan digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan manusia kedepannya ketimbang difungsikan untuk menanggulangi konflik dan peperangan.