Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Kenyataan Pahit jika Hidup di Masa Romawi Kuno

Tentara pada masa peradaban Romawi Kuno. (imperiumromanum.pl)

Pernahkah kamu membayangkan bagaimana rasanya kembali ke masa lalu? Bukan hanya satu atau sepuluh tahun yang lalu, melainkan ribuan tahun yang lalu dan menjadi bagian dari masyarakat kuno. Menyenangkan, dan pasti menjadi pengalaman yang tidak terlupakan bukan?

Meski begitu, hidup di masa peradaban kuno, termasuk Romawi Kuno bukanlah sesuatu yang mudah. Bukan cuma karena tidak adanya berbagai teknologi canggih seperti yang kita gunakan hari ini, tapi juga karena budaya dan kepercayaan warga setempat juga menyulitkan, terutama bagi orang yang berasal dari kalangan bawah.

Jadi seberapa sulit hidup di masa peradaban Romawi Kuno? Dilansir Listverse, berikut enam kenyataan yang harus kamu terima jika hidup di masa peradaban Romawi Kuno!

1. Nasib seseorang sangat ditentukan oleh ayahnya

Pater familia (charliestephen6.medium.com)

Seorang ayah atau laki-laki tertua sangat berkuasa dalam keluarga Romawi Kuno. Bukan cuma karena mereka yang mencari uang, tapi karena mereka-lah yang berperan sebagai pater familia atau kepala keluarga.

Sebagai pater familia, seorang ayah dapat menerapkan aturan apa pun pada anggota keluarga atau siapa pun yang tinggal di bawah atap rumahnya, dan menghukum bahkan membunuh anggota keluarga ketika mereka melanggar aturan atau menyebabkan masalah.

Ayah juga menjadi satu-satunya anggota keluarga yang dapat memiliki tanah, dan mewakili keluarganya. Baik itu untuk urusan bisnis, hukum, maupun agama. Ketika seorang ayah meninggal, maka peran sebagai pater familia akan jatuh pada anak laki-laki tertua dalam keluarga tersebut.

2. Anak laki-laki jauh lebih dihargai ketimbang anak perempuan

Anak-anak di masa peradaban Romawi Kuno (charliestephen6.medium.com)

Saat ini, perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan yang sejajar. Tapi hal yang sama tidak akan berlaku jika kamu hidup di masa peradaban Romawi Kuno. Bagi orang Romawi, anak laki-laki adalah segalanya bagi keluarga. Salah satu alasannya karena dia akan jadi kepala keluarga atau pater familia suatu saat nanti.

Jika sebuah keluarga tidak memiliki anak laki-laki, mereka akan mengadopsi anak laki-laki untuk jadi anaknya. Di Romawi, anak laki-laki juga biasanya memiliki pendidikan lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan bekerja. Yang menyedihkan, banyak keluarga kelas bawah tidak menginginkan bayi perempuan karena kelak orang tua harus membayarkan mas kawin ketika dia menikah.

Lebih sedih lagi, banyak orang tua membuang bayi mereka di jalan hanya karena dia terlahir sebagai seorang perempuan.

3. Pernikahan dini adalah sesuatu yang biasa terjadi

ilustrasi pernikahan Romawi Kuno (zen.yandex.ru)

Pernikahan dini jelas merupakan sebuah pelanggaran hukum saat ini. Tapi di Romawi Kuno, pernikahan dini adalah sesuatu yang umum, dan selalu terjadi pada anak perempuan. Di masa itu, anak perempuan dianggap sudah dewasa secara seksual pada usia 12 tahun.

Karena alasan yang sama, banyak anak perempuan dinikahkan pada usia kurang dari 15 tahun dengan orang yang jauh lebih tua darinya. Biasanya calon suami dipilihkan oleh pater familia, dan tugas seorang anak perempuan hanya menerima pilihan tersebut. Perempuan juga tidak memiliki hak suara dalam pemilihan, dan tidak bisa memegang jabatan politik apa pun.

Dan ketika seorang perempuan tidak bisa melahirkan seorang anak, maka semua itu akan menjadi kesalahannya.

4. Lantai apartemen ditentukan oleh kekayaan penyewanya

Reruntuhan insulae atau apartemen di masa Romawi Kuno. (khanacademy.org)

Sementara orang-orang kaya Roma tinggal di sebuah rumah mewah dengan halaman luas yang disebut domus, orang dari kalangan menengah ke bawah akan tinggal di insulae atau apartemen. Uniknya, semakin lemah ekonomi seseorang, maka semakin tinggi juga lantai yang ditempatinya.

Tidak seperti sekarang, apartemen di lantai 6 atau 7 pada masa Romawi Kuno memiliki harga sewa yang jauh lebih murah, dengan risiko penyewa harus siap menaiki puluhan anak tangga setiap harinya. Dan mengingat Roma sering dilanda kebakaran, para penyewa lantai atas juga harus bersiap dengan risiko yang lebih berbahaya.

Pasalnya ketika terjadi kebakaran di apartemen, mereka akan menjadi orang yang paling kesulitan saat menyelamatkan diri karena harus berlari melewati puluhan tangga. Tidak jarang penghuni apartemen atas menjadi korban kebakaran karena tidak sempat menyelamatkan dirinya sendiri.

5. Orang tua bisa menjual anak-anaknya untuk dijadikan budak

Perdagangan manusia adalah sesuatu yang legal di masa peradaban Romawi Kuno. (brewminate.com)

Hanya karena anak perempuan menikah muda, bukan berarti anak laki-laki bisa bebas begitu saja. Di keluarga menengah ke bawah, tidak jarang seorang ayah menjual anak laki-lakinya untuk dijadikan budak sementara. Walaupun kedengarannya kejam, menjual anak sebagai budak adalah sesuatu yang legal di masa peradaban Romawi Kuno.

Meski begitu, ada aturan tertulis bahwa seorang ayah hanya boleh menjual anaknya maksimal tiga kali. Jika aturan ini dilanggar, maka orang tua akan kehilangan hak asuh anak sepenuhnya dan si anak bisa hidup bebas tanpa campur tangan orang tuanya.

6. Orang dari kalangan bawah tidak akan pernah mendapat jabatan tinggi

Orang kalangan bawah hanya bisa menjadi tentara. (imperiumromanum.pl)

Sementara anak perempuan harus menikah di bawah usia 15 tahun, anak laki-laki tidak harus memikirkan pernikahan paling tidak hingga usianya 25 tahun. Biasanya anak laki-laki akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, dan bekerja setelah lulus.

Kedengarannya mungkin mudah, tapi kenyataannya mendapat pekerjaan dengan jabatan tinggi adalah sesuatu yang sulit didapatkan oleh kebanyakan orang. Di masa itu, beberapa lowongan pekerjaan penting seperti pegawai pemerintahan, pengacara, atau guru hanya terbuka bagi mereka yang berasal dari kalangan atas, dan memiliki pendidikan yang tinggi.

Sedangkan orang menengah ke bawah biasanya melamar jadi tentara. Selain mendapatkan penghasilan tetap, para tentara juga akan dihadiahi sebidang tanah setelah mengabdi selama 25 tahun.

Romawi Kuno boleh menjadi salah satu peradaban tua paling sukses sepanjang sejarah. Meski begitu, kepercayaan dan budaya setempat juga nyatanya membuat kehidupan rakyatnya menjadi sangat sulit.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siti Marliah
EditorSiti Marliah
Follow Us