7 Hewan Buas Bak Predator yang Punya Keunikan Gila, Berani Lihat?

- Katak kayu mampu hidup setelah membeku hingga 70% cairan tubuhnya selama musim dingin.
- Ninja lanternshark memancarkan cahaya dari organ khusus bernama fotofor untuk kamuflase dan membingungkan mangsa kecil.
- Cryptotora thamicola adalah ikan gua buta dari Thailand yang bisa "berjalan" di dasar gua dan memanjat air terjun kecil dengan pola gerak menyerupai salamander.
Kalau bicara hewan buas, yang terlintas biasanya singa, harimau, atau hiu putih. Namun, dunia liar menyimpan predator dan makhluk unik lain yang tak kalah buas, hanya saja jarang mendapat sorotan media populer. Mereka bukan hanya sekadar menakutkan, tetapi juga punya strategi hidup ekstrem—dari membekukan tubuh, memuntahkan organ, hingga bersinar di kedalaman laut.
Kali ini, mari kita telusuri tujuh hewan yang kombinasi antara “aneh” dan “buas” ini. Mereka bukan sekadar tontonan sains, tapi juga bukti bahwa evolusi bisa melahirkan strategi bertahan hidup yang sulit dipercaya—antara mitos dan sains yang nyata.
1. Wood frog, katak kayu yang hidup setelah membeku

Berdasarkan temuan dari Journal of Experimental Biology, katak kayu (Rana sylvatica) dari Alaska dan Kanada mampu membekukan hingga 70% cairan tubuhnya selama musim dingin. Saat itu, jantungnya berhenti berdetak dan paru-parunya tidak bernapas sama sekali. Namun begitu musim semi tiba, mereka “hidup kembali” dan beraktivitas normal.
Penelitian lebih lanjut mengenai katak kayu ini, dielaborasi berdasarkan kemampuan ekstrem tersebut. Ternyata kemampuan ekstrem itu dimungkinkan karena kadar glukosa dan urea yang sangat tinggi di jaringan tubuhnya, berfungsi sebagai “antifreeze” alami. Mekanisme ini mencegah terbentuknya kristal es tajam yang biasanya merusak sel organisme lain.
Adaptasi ini bukan sekadar bertahan hidup, tapi juga “kemenangan biologis” melawan musim dingin. Katak ini menjadi predator kecil yang bangkit dari kematian, sebuah simbol bahwa buas tidak selalu terlihat dari taring atau racun.
2. Ninja lanternshark, predator laut dalam yang menyala

Berdasarkan laporan dari Journal of The Ocean Science Foundation, pada kedalaman Samudra Pasifik telah ditemukan Etmopterus benchleyi alias ninja lanternshark. Hiu mini hitam legam dengan panjang hanya sekitar 50 cm. Uniknya, tubuhnya memancarkan cahaya dari organ khusus bernama fotofor—terutama di kepala, bukan di perut seperti jenis hiu yang bercahaya lainnya.
Sedangkan dari Biology Letters menguraikan bahwa, cahaya dari fotofor si ninja lanternshark tersebut kemungkinan digunakan untuk kamuflase atau komunikasi di laut dalam yang gelap total. Namun, keberadaannya juga berfungsi sebagai senjata untuk membingungkan mangsa kecil, dari ikan hingga krustasea, sebelum ditelan dalam sekali sergap.
Jarang terlihat manusia, ninja lanternshark adalah bukti bahwa predator tak selalu berwujud raksasa ganas. Terkadang, predator paling buas justru tersembunyi dalam tubuh mungil bercahaya.
3. Cryptotora thamicola, ikan gua yang bisa “berjalan”

Cryptotora thamicola adalah ikan gua buta dari Thailand yang punya kemampuan luar biasa: berjalan di dasar gua bahkan memanjat air terjun kecil dengan pola gerak menyerupai salamander. Rahasianya ada pada struktur panggulnya yang unik, terhubung langsung dengan tulang belakang—sesuatu yang jarang ditemukan pada ikan serta telah dilaporkan oleh Scientific Reports hampir satu dekade lalu.
Sedangkan, CT-scan dari ikan ini dari publikasi ilmiah yang sama menunjukkan penggunaan “gait diagonal,” gerakan bergantian seperti hewan berkaki empat. Evolusi konvergen ini membuatnya seolah sedang berada di perbatasan antara ikan dan amfibi darat.
Keunikan ini menjadikan Cryptotora sebagai predator kecil yang bisa menjangkau mangsa di medan sulit. Ia membuktikan bahwa “berjalan” bukan monopoli hewan darat.
4. Hydra, tubuh cair yang bisa jadi mulut

Berdasarkan publikasi ilmiah dari Science, Hydra vulgaris adalah predator air tawar berukuran kecil, tapi kemampuannya sungguh aneh. Ia bisa merobek tubuhnya dan mengubah bagian apa pun menjadi mulut lengkap dengan tentakel yang dilapisi sel penyengat nematosis.
Lebih mengerikan lagi, setelah merusak tubuhnya sendiri, hydra bisa meregenerasi dengan cepat seolah tidak terjadi apa-apa. Ini membuatnya nyaris abadi secara biologis, karena terus-menerus memperbarui sel-selnya—dikutip dari Jurnal Star Protocols.
Meski ukurannya kecil, hydra adalah predator mikro yang kejam—menelan larva serangga dan zooplankton dengan mulut yang bisa muncul dari mana saja.
5. Kelelawar vampir, predator sosial yang berbagi darah

Kelelawar vampir (Desmodus rotundus) dikenal karena kemampuannya mengisap darah mamalia lain. Tapi penelitian dari Proceedings of The Royal Society B menunjukkan sisi mengejutkan, bahwa spesies kelelawar ini sering berbagi darah dengan individu lain yang gagal berburu, bahkan jika tidak ada hubungan keluarga dekat.
Tindakan ini bukan kebetulan—kelelawar vampir menjalin ikatan sosial melalui grooming (saling membersihkan tubuh) dan berbagi makanan. Mereka lebih cenderung membantu individu yang sebelumnya pernah menolong, sebuah bentuk “persahabatan” di dunia predator.
Dengan perut penuh darah, mereka rela memuntahkannya sedikit demi sedikit ke mulut sesamanya. Siapa sangka predator berdarah dingin bisa punya solidaritas hangat?
6. Katak tebu, predator yang memuntahkan perutnya

Katak tebu (Rhinella marina) adalah spesies besar dan beracun dari Amerika Selatan yang dikenal rakus memangsa serangga hingga reptil kecil. Namun, adaptasi uniknya adalah kemampuannya “muntah total” saat menelan sesuatu yang beracun. Ia memuntahkan seluruh perutnya keluar, membersihkannya dengan kaki, lalu memasukkannya kembali—dikutip dari publikasi ilmiah Comparative Biochemistry and Physiology Part A: Physiology.
Fenomena ini adalah strategi detoks yang ekstrem di dunia hewan. Alih-alih mati keracunan, katak ini melakukan reset instan pada sistem pencernaannya.
Meski metode ini tampak konyol, kemampuan “gastrik eversi” membuat katak tebu tetap bertahan hidup di lingkungan penuh ancaman racun dari mangsanya.
7. Gurita, predator tiga jantung yang mudah lelah

Gurita bukan sekadar predator laut dengan tentakel penuh hisapan. Ia memiliki tiga jantung dengan dua jantung yang memompa darah ke insang, serta yang satunya ke seluruh tubuh. Namun, yang paling aneh, jantung utamanya berhenti berdetak ketika gurita berenang. Artinya, berenang adalah aktivitas melelahkan karena sirkulasi tubuh terhenti sebagian—berdasarkan perilisan dari laman digital Science ABC.
Tak heran gurita lebih suka merayap di dasar laut dengan tentakelnya ketimbang berenang lama-lama. Akan tetapi, dengan tiga jantung ini, gurita bisa bertahan sebagai predator puncak laut dalam. Mereka menyerang dengan kecepatan kilat, menutupi mangsa dengan tubuhnya, dan menggunakan paruh tajam untuk melumpuhkan.
Ketujuh hewan ini adalah bukti betapa buas tidak selalu berarti garang dalam ukuran. Ada yang menyala di kegelapan, ada yang hidup kembali dari kebekuan, bahkan ada yang rela berbagi darah dengan kawannya. Keanehan mereka justru membuat mereka jadi predator unik yang menantang logika kita tentang “alam liar.”
Pada akhirnya, alam selalu menyimpan kejutan. Semakin kita menggali, semakin jelas bahwa dunia buas bukan sekadar tentang siapa yang lebih kuat, tapi siapa yang punya trik bertahan paling luar biasa—meski caranya bikin merinding.