Mengubah tubuh bukanlah hal yang aneh. Kita bisa melihat praktik operasi plastik yang sering dilakukan orang-orang demi mempercantik tubuhnya atau bagaimana para transgender berusaha mengubah alat kelaminnya.
Namun dari semuanya, terdapat beberapa praktik pengubahan bentuk tubuh yang aneh dan terbilang ekstrem, dan menariknya itu dilakukan atas dasar budaya serta tradisi. Berikut ini adalah praktik-praktik yang dimaksud.
Perempuan suku Kayan Lahwi di Myanmar memiliki budaya praktik memperpanjang leher. Caranya dengan memberikan kalung pir di sekitar lehernya. Membuka kalung itu bisa membunuh si perempuan mengingat tulang lehernya menjadi rapuh akibat kalung itu.
Praktik budaya ini sering dilakukan di Afrika yang mana membuat para perempuan sukunya dipasangkan cakram di bibir bagian bawahnya. Ukurannya lubangnya bisa mencapai diameter 20cm.
Jepang pernah melakukan praktik sebagai suatu standar kecantikan, namun sekarang tidak lagi. Suku Bagobo dari Filipina-lah yang masih menerapkannya. Tak hanya menghitamkan, mereka juga menajamkan gigi mereka.
Bagi orang Indonesia, sunat bukanlah hal yang aneh mengingat di sini praktik ini dilandasi atas perhatian kepada kesehatan. Namun bagi beberapa negara lain, sunat masih menjadi sesuatu yang aneh.
Skarifikasi serupa dengan menato, yaitu memberikan lambang pada tubuh. Perbedaannya terletak pada praktiknya.
Skarifikasi memberikan lambang di badan lewat sayatan serta berbagai luka yang memberikan bekas, bukan lewat tinta. Skarifikasi masih cukup umum ditemui di Afrika.
Praktik budaya tubuh ini paling terkenal di Indonesia, tepatnya oleh suku yang ada di Irian, yaitu suku Dani. Mengamputasi jari dilakukan oleh perempuan suku tersebut yang mana tiap anggota keluarga yang dicintainya meninggal, maka dia harus memotong satu jarinya.
Ini adalah tradisi yang terkenal pernah dilakukan orang Tiongkok di masa lalu. Pada dasarnya, mengikat kaki bertujuan agar kaki para perempuan dapat masuk ke suatu sepatu kecil yang populer kala itu bernama sepatu teratai sebagai standar kecantikan yang harus dipenuhi.
Praktik mengubah bentuk tengkorak pernah dilakukan orang-orang Prancis di abad 19 dengan cara mengikat erat kepala bayi dan membiarkannya selama dua hingga empat bulan. Lebih dari itu, membentuk tengkorak juga sudah dilakukan bahkan sebelum masehi.
Jika dicermati lebih lanjut, praktik pengubahan bentuk tubuh ternyata sering diberlakukan kepada perempuan dan rata-rata atas dasar standarisasi kecantikan. Menurut kalian, apakah hal ini masih diperlukan untuk saat ini? Ataukah kita perlu menghapuskan seluruh budaya ini?