6 Mitos tentang Bajak Laut yang Ternyata Berbeda dari Film

Apa benar semua bajak laut itu laki-laki?

Sejak Robert Louis Stevenson menulis Treasure Island pada 1883, bajak laut jadi disukai banyak orang hampir di seluruh dunia. Dari seri film Pirates of the Caribbean hingga serial televisi Black Sails, bajak laut mendominasi dunia fantasi kita.

Sayang, sebagian besar hal yang kamu pikir benar tentang bajak laut ternyata hanyalah fiksi. Yuk, kita cek fakta tentang bajak laut yang ternyata berbeda dari film melalui artikel berikut ini.

1. Mitos: semua bajak laut adalah laki-laki 

6 Mitos tentang Bajak Laut yang Ternyata Berbeda dari Filmilustrasi lukisan Anne Bonny dan Mary Read (commons.wikimedia.org/Benjamin Cole)

Laura Sook Duncombe menentang persepsi umum bahwa perompak adalah profesi untuk laki-laki dalam bukunya yang berjudul Pirate Women: The Princesses, Prostitutes, and Privateers Who Ruled the Seven Seas.

Memang, kebanyakan bajak laut yang dikenal dalam sejarah adalah laki-laki, seperti Kapten Kidd, Calico Jack, dan Blackbeard, tetapi sedikit yang tahu bahwa ada ratu bajak laut Maroko pada abad ke-16, yakni Sayyida al-Hurra atau Lady Mary Killigrew, di masa Ratu Elizabeth I. Selain itu, ada juga bajak laut perempuan terkenal lainnya, seperti Anne Bonny dan Mary Read yang sama kejamnya dengan bajak laut laki-laki.

Ada juga yang mengatakan bahwa bajak laut perempuan harus menyamar menjadi laki-laki agar diizinkan menjarah. Beberapa perempuan memang harus menyembunyikan identitas mereka, tetapi banyak perempuan yang tidak mau melakukan penyamaran itu.

2. Mitos: semua bajak laut berkulit putih

6 Mitos tentang Bajak Laut yang Ternyata Berbeda dari FilmBajak laut dalam film Clothes Make the Pirate (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Hampir semua penggambaran bajak laut yang kita lihat di film adalah laki-laki berkulit putih, tapi benarkah demikian? Menurut Kenneth Kinkor, seorang ahli bajak laut terkemuka, awak bajak laut itu sebenarnya multietnis dan lebih dari sepertiganya adalah kulit hitam. Dilansir The Los Angeles Times, sebagian besar dari mereka adalah budak yang dibebaskan, sehingga memiliki hak yang sama untuk menjarah, pemungutan suara, dan menjadi kapten.

Warna kulit atau ras sebenarnya tidak terlalu dipermasalahkan. Yang terpenting adalah kemampuan dan keahliannya, serta seberapa berguna dia menjadi awak kapal bajak laut. Budak di perkebunan juga ditawari untuk bergabung dengan awak bajak laut dengan iming-iming kebebasan, senjata, dan minuman keras.

Meskipun prasangka rasial yang mendarah daging tidak hilang begitu saja, tetapi kapal bajak laut adalah salah satu tempat terbaik untuk orang kulit hitam di masa perbudakan yang merajalela.

3. Mitos: semua bajak laut memiliki simbol bendera yang sama

6 Mitos tentang Bajak Laut yang Ternyata Berbeda dari Filmkapal bajak laut di festival Bajak Laut di Vallejo (commons.wikimedia.org/Kiddo27)

Bajak laut identik dengan bendera bergambar tengkorak dan tulang bersilang berlatar belakang hitam. Namun, bendera ini sebenarnya tidak dikibarkan oleh bajak laut di seluruh dunia.

Nyatanya, hampir tidak ada bajak laut yang mengibarkan bendera ini, yang berarti, bendera ini hanyalah fiktif. Menurut buku The Golden Age of Piracy: The Truth Behind Pirate Myths, bajak laut yang mengibarkan bendera tengkorak dan tulang bersilang adalah mitos.

Henry Every tidak pernah mengibarkan bendera hitam bergambar tengkorak dan tulang bersilang. Selain itu, juga tidak ada bukti jika Thomas Tew mengibarkan bendera hitam dengan tangan menghunus pedang. Begitu pula Kapten Kidd, ia malah memilih warna bendera Inggris atau merah tua.

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Shanks Adalah Bajak Laut Terkuat saat Ini

4. Mitos: bajak laut tidak memiliki aturan dan standar hukum

6 Mitos tentang Bajak Laut yang Ternyata Berbeda dari Filmilustrasi bajak laut (commons.wikimedia.org/Pac-Kups Inc)

Kapal bajak laut sering digambarkan sebagai tempat yang sembrono dan tidak memiliki aturan. Dengan begitu, para awak kapal bisa mabuk sepuasnya dan juga sering terjadi pemberontakan. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kapal perompak sebenarnya terorganisasi dengan baik dan canggih.

Awak kapal bajak laut itu beragam, terdiri dari budak dan sukarelawan yang dibebaskan yang memiliki hubungan baik satu sama lain di luar pekerjaan. Dikutip The New Yorker, kapal perompak diatur oleh konstitusi sederhana yang menjabarkan hak dan kewajiban awak kapal, penanganan perselisihan, dan pembayaran insentif serta asuransi untuk memberikan hak awak kapal yang terlibat dalam pertempuran.

Bajak laut tertarik dengan pemerintahan yang demokratis, seperti berlayar di bawah pemerintahan otokratis Angkatan Laut Kerajaan. Kapten dan quartermaster dipilih dan posisi mereka tidak dijamin. Rampasan akan dibagi-bagikan secara merata, seperti yang telah disepakati secara tertulis, dan ada hakim juga yang bertugas untuk menghukum tindak kejahatan.

Meskipun begitu, bajak laut bukanlah orang yang paling baik. Seperti yang dikatakan ahli bajak laut, Kenneth Kinkor, "Mereka adalah orang-orang yang jahat, brutal, dan kejam. Tapi mereka hidup di zaman yang luar biasa jahat, brutal, dan kejam."

5. Mitos: bajak laut suka menyembunyikan harta karun 

6 Mitos tentang Bajak Laut yang Ternyata Berbeda dari Filmilustrasi bajak laut (unsplash.com/Sergey Semin)

Satu hal yang kita tahu bahwa bajak laut itu pandai mengubur harta karun dan membuat peta untuk menemukannya. Tanda X menjadi tanda di mana harta karunnya disembunyikan. Yap, seperti yang kita lihat di film-film.

Ternyata, perompak justru tidak suka mengubur harta karun. Faktanya, hanya ada beberapa kasus yang tercatat di mana seorang bajak laut mengubur barang rampasan mereka.

Pertama adalah Francis Drake, ia mengubur lebih dari beberapa ton emas dan perak Spanyol di sepanjang Pantai Panama. Kemudian, ada Kapten Kidd yang diduga mengubur barang bernilai jutaan dolar di Pulau Gardiners. Sayang, Kidd digantung sebelum bisa kembali ke sana.

Gagasan bahwa bajak laut mengubur harta karun berasal dari novel Treasure Island tahun 1883 karya Robert Louis Stevenson. Mengubur barang berharga sebenarnya tidak menguntungkan. Para perompak jauh lebih tertarik untuk membelanjakannya daripada menyembunyikannya. Kebanyakan perompak juga akan menghamburkan uang mereka untuk wanita, rum, dan perjudian setelah mereka kembali ke pelabuhan.

6. Mitos: bajak laut suka memaksa tahanannya berjalan di atas papan

6 Mitos tentang Bajak Laut yang Ternyata Berbeda dari FilmIlustrasi tahanan bajak laut yang dipaksa berjalan di papan. (commons.wikimedia.org/Howard Pyle/Harper's Magazine)

Seperti yang kita lihat di film, bajak laut biasanya akan memaksa tahanan atau pemberontak untuk berjalan di atas papan yang menuju langsung ke laut. Namun, kepercayaan populer itu tidaklah benar.

Jika perompak ingin menenggelamkan seseorang, mereka pastinya akan langsung melemparnya ke laut, karena menyuruh seseorang berjalan di papan hanya ada dalam drama. Adegan ini pertama kali muncul dalam Treasure Island karya Robert Louis Stevenson. Akan tetapi, Daniel Defoe yang memulai idenya, lalu penulis Charles Ellms dan Howard Pyle ikut mengembangkan ceritanya.

Melalui fakta di atas, ternyata tidak semua hal yang kita tonton dalam film bajak laut itu benar adanya. Kebanyakan dari penggambaran itu hanyalah fiktif dan mitos semata.

Baca Juga: 5 Fakta Tradisi Bajak Laut yang Mungkin Tak Kamu Ketahui

Amelia Solekha Photo Verified Writer Amelia Solekha

Write to communicate. https://linktr.ee/ameliasolekha

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya