Apa yang Akan Terjadi jika Semua Es di Antarktika Mencair?

- Mencairnya es di Antartika akan menyebabkan kenaikan permukaan air laut dan mengancam kota-kota pesisir, seperti New York, Jakarta, serta London.
- Mencairnya es Antartika juga berdampak pada kehidupan hewan, seperti penguin, anjing laut, dan paus.
- Selain itu, fenomena ini juga dapat melepaskan mikrob berbahaya yang tersembunyi selama ribuan tahun lamanya.
Semakin jauh kita masuk ke dalam skema besar dunia, saat perubahan iklim masih menjadi bahan perdebatan dan upaya untuk mengurangi emisi secara global masih sangat minim, bersiaplah menghadapi fenomena mencairnya seluruh es di Antarktika. Ini bukan perihal waktunya, melainkan dampaknya bagi Bumi dan umat manusia. Apakah hal ini memengaruhi kehidupan kita?
Menurut National Snow and Ice Data Center (NSIDC), lapisan es di Antarktika luasnya mencakup sekitar 14 juta kilometer persegi. Lalu, kedalaman esnya sekitar 30 juta kilometer kubik (7,2 juta mil kubik) es. Nah, semua es tersebut membutuhkan waktu ribuan tahun untuk terbentuk.
Perkiraannya, emisi yang semakin meningkat akibat industri global akan mengakibatkan es Antarktika mencair besar-besaran pada 2060. Dengan demikian, semua es di Antarktika akan mencair tidak lama lagi. Tentu saja hal ini memiliki dampak buruk bagi Bumi dan manusia. Yuk, kita cari tahu apa saja dampak buruknya! Simak sampai akhir agar wawasanmu terkait isu lingkungan ini semakin kaya.
1. Gravitasi akan mengalami pergeseran

Es yang mencair di Antarktika otomatis akan memenuhi lautan. Akibatnya, permukaan air laut akan mengalami kenaikan. Namun, hal ini ternyata tidak sesederhana itu. Profesor bidang ilmu matematika terapan Universitas Massey, Robert McLachlan, mengatakan bahwa jika es di Antarktika menghilang, gravitasi akan mengalami pergeseran. Adanya perubahan besar terhadap pusat gravitasi tersebut akan membuat permukaan air laut naik di beberapa wilayah.
Pada 1875, seorang ilmuwan bernama James Croll menyimpulkan bahwa permukaan air laut di sekitar Antarktika justru hanya mengalami kenaikan air laut sepertiga lebih kecil dari rata-rata kenaikan air laut secara global. Sementara, perbedaan tersebut akan terjadi di belahan Bumi utara. Pasalnya, di belahan Bumi utara, permukaan air laut akan naik sepertiga di atas rata-rata global. Hal yang sama juga berlaku sebaliknya di Greenland. Jika es di Greenland mencair, gravitasi juga akan mengalami pergeseran. Adapun, kenaikan permukaan air laut di bagian utara akan lebih rendah ketimbang kenaikan permukaan air laut di bagian selatan.
2. Pergeseran poros Bumi

Antara 1899 sampai 2018, poros Bumi bergeser sekitar 10 meter. Ini menandakan bahwa kutub utara dan selatan mengalami pergeseran sejauh itu. Hal ini terjadi karena es di kutub mencair sangat cepat sehingga Bumi mengalami pergerakan. Para peneliti dari Jet Propulsion Laboratory memperkirakan bahwa sekitar dua pertiga dari pergeseran tersebut disebabkan oleh hilangnya es dan pergeseran gravitasi.
Mencairnya es dan perubahan poros Bumi telah tercatat sejak lama. Namun, para peneliti belum mengetahui secara pasti seberapa besar pergerakan kutub yang disebabkan oleh mencairnya es. Ada faktor-faktor lain, seperti pergerakan mantel mirip lava yang berada jauh di dalam Bumi. Ahli paleoklimatologi dari University of Wisconsin mengatakan bahwa hal ini mirip seperti efek bola salju. Semakin jauh planet ini bergerak, semakin banyak kutub yang terkena pergeseran arus air hangat dan es akan semakin cepat mencair.
3. Durasi hari yang semakin lama

Jerry Mitrovica adalah profesor dari Universitas Harvard. Dia menjelaskan bahwa saat lapisan es Antarktika mencair, kenaikan permukaan air laut akan menggerakkan sumbu rotasi Bumi, atau kutub utara, dengan kecepatan kurang dari 1 sentimeter per tahun. Mitrovica mengatakan bahwa fenomena ini sudah terjadi. Akibat mencairnya es dan pergeseran kutub ini, durasi 1 hari meningkat sekitar 20 detik selama abad ke-20.
4. Beberapa negara dan kota populer akan tenggelam

Es di Antarktika dan Greenland adalah es terbesar. Jadi, saat kedua tempat tersebut mencair, beberapa kehidupan di Bumi akan menghilang. Dikutip National Geographic, kota-kota pesisir, seperti New York, New Orleans, Buenos Aires, Kairo, London, Venesia, Shanghai, Bangladesh, bahkan Jakarta, akan tenggelam, begitu juga dengan beberapa wilayah penting lainnya.
Empat perlima penduduk Australia tinggal di sepanjang pantai dan seluruh wilayah tersebut akan berada di bawah air. Selain itu, beberapa wilayah Tiongkok juga mengalami hal serupa. Denmark dan Belanda juga diprediksi akan tenggelam bersamaan dengan sebagian besar Pantai Timur AS, Florida, Delta Mississippi, hampir seluruh Paraguay, dan sebagian besar Amerika Tengah. Beberapa tempat besar akan berubah menjadi lautan, seperti San Francisco dan Kamboja.
Bagaimana dengan Afrika? Meski benua ini selamat dari ancaman tenggelam, peningkatan suhu yang terjadi seiring dengan mencairnya es akan membuat sebagian besar wilayah Afrika tidak dapat dihuni. Ahli glasiologi University of California Irvine, Mathieu Morlighem, memperkirakan bahwa sekitar 40 persen populasi dunia hidup di zona bahaya, yang berarti Afrika juga termasuk.
5. Sejumlah besar spesies akan punah

Antarktika mungkin terlihat dingin dan terpencil. Namun, tempat ini adalah rumah bagi berbagai macam kehidupan hewan, mulai dari burung laut, penguin, anjing laut, paus, dan makhluk laut lainnya. Kebanyakan dari mereka pun sekarat mengingat habitat mereka yang semakin terancam.
Columbia Climate School melansir bahwa perubahan iklim akan berdampak buruk bagi sebagian besar spesies yang hidup di Antarktika. Penguin, termasuk jenis penguin kaisar dan Adélie, mengalami penurunan jumlah yang sangat besar pada 2015 karena mencairnya es di Antarktika. Situasi yang sama juga terjadi pada anjing laut dan paus. Di sisi lain, spesies yang bergantung pada es, seperti anjing laut ross dan paus minke, akan punah jika es mencair sepenuhnya.
Di samping itu, makhluk hidup lain, seperti kril (spesies udang) dan fitoplankton yang berada di urutan terbawah rantai makanan, ternyata juga bergantung pada es di laut. Jika rantai makanan di tingkat terbawah rusak atau hancur, dampaknya akan sangat menyeramkan. Pasalnya, hal ini akan memicu reaksi berantai yang dialami seluruh ekosistem.
6. Air minum bersih akan terkontaminasi air asin

Mungkin sebagian orang tidak mengalami dampak kenaikan permukaan air laut akibat mencairnya es di Antarktika. Namun, ahli glasiologi University of California Irvine, Mathieu Morlighem, mengatakan bahwa ada masalah besar lain yang harus dihadapi oleh banyak orang, yaitu hilangnya sumber air bersih.
Morlighem mengatakan, "Jika permukaan laut naik, akan terjadi infiltrasi air asin di cadangan air tanah yang terletak jauh di daratan. Jadi, meski kamu berpikir bahwa kamu aman karena berada di ketinggian lebih dari 250 meter di atas permukaan laut, sumurmu tetap akan terkontaminasi air asin."
NASA menyampaikan bahwa pada 2020, sumber air minum dunia yang terkena dampak air asin bukan saja karena mencairnya lapisan es di Antarktika dan Greenland. Namun, ini juga karena gletser dan es yang mencair di wilayah Arktik Rusia serta Andes.
7. Ratusan jenis mikrob yang punya ketahanan super akan terlepas jika es Antarktika mencair

Jika es di Antarktika mencair sepenuhnya, fenomena ini juga akan melepaskan makhluk hidup lain yang bersembunyi di bawah es selama jutaan tahun. Pasalnya, pada 2011, tim peneliti Chili mengamati jenis mikrob yang hidup di es Antarktika. Mereka menemukan beberapa hal yang menakutkan.
Studi mereka diterbitkan dalam Nature dengan judul "Antarctic microbes live life to the extreme" (2011). Mereka menemukan bahwa mikrob beradaptasi dengan baik untuk bertahan hidup pada cuaca yang sangat dingin. Mikrob ini juga mampu bertahan hidup di lingkungan yang memiliki konsentrasi garam yang sangat tinggi, asam, basa, dan bertahan pada suhu sekitar 93 derajat celsius. Salah satu dari jenis mikrob ini, yang hidup sejauh 15 meter di bawah permukaan es, mampu menahan tingkat radiasi hingga 5 ribu kali lebih tinggi daripada apa pun yang pernah terpapar radiasi di muka Bumi ini.
Ada banyak kontroversi mengenai temuan ini, tapi temuan tersebut didukung oleh banyak sampel yang diambil dari danau lain. Yang satu ini terkubur di bawah setengah mil es di lapisan es Antarktika Barat. Penemuan ini membuktikan bahwa kehidupan bisa ditemukan dalam kondisi yang paling mustahil sekalipun. Apa yang akan terjadi, ya, jika mereka terlepas ke dunia luar akibat mencairnya es di Antarktika?
8. Bakteri pembawa penyakit yang akan menjangkiti manusia

Scientific American menjelaskan bahwa mikrob kecil yang terkurung di lapisan es Antarktika belum pernah melihat cahaya Matahari selama 750 ribu tahun. Itu berarti, mereka sudah ada sebelum munculnya kehidupan manusia. Manusia pun bisa terancam jika makhluk kecil ini keluar dari lapisan es tersebut.
Di samping itu, para ilmuwan menyebut Antarktika sebagai "gudangnya gen". Menurut sebuah makalah yang diterbitkan oleh para peneliti dari Universitas Kairo berjudul "Future threat from the past" (2020), mencairnya es dan bangkitnya bakteri serta virus akan menimbulkan konsekuensi yang tidak terduga. Penelitian mereka ini merujuk pada sejenis bakteri yang ditemukan di Antarktika. Bakteri ini berusia 8 juta tahun dan menjadikannya salah satu makhluk hidup tertua di planet ini.
Para ilmuwan pun tahu betul bahwa bakteri yang lepas karena mencairnya es di Antarktika ini bisa mematikan. Sebagai contoh, penyakit cacar, penyakit pes, dan antraks masih ada hingga saat ini. Penyakit-penyakit ini muncul karena mencairnya es. Antraks sendiri telah menginfeksi dan membunuh warga Siberia pada wabah 2016.
9. Antarktika akan semakin hijau

Ahli glasiologi dari Universitas Waterloo dan Universitas Tasmania mengatakan bahwa para peneliti sangat terbantu dengan hadirnya teknologi yang semakin maju sehingga mereka dapat memetakan daratan yang ada di bawah lapisan es tebal. Para peneliti ini menemukan beberapa hal yang sangat luar biasa, seperti menemukan lebih dari 400 danau (yang berisi air, bukan es), termasuk danau terbesar keenam di dunia, Danau Vostok. Ada juga aliran sungai yang sangat luas dan jaringan ngarai yang mengalahkan Grand Canyon. Ajaibnya, sebagian wilayahnya berwarna hijau karena tumbuhnya lumut dan kemungkinan besar akan semakin hijau.
10. Perubahan cuaca, hujan, dan memanasnya lautan

Pada 2021, para peneliti dari UK Met Office dan University of Exeter merilis temuan studi mereka terkait perubahan cuaca jika es di Antarktika mencair. Mereka menemukan bahwa dengan mencairnya es, akan terjadi perubahan besar dalam pola angin secara global. Hal ini menyebabkan curah hujan meningkat. Itu mengapa musim hujan akan lebih sering terjadi. Selain itu, suhu laut akan meningkat juga.
Di sisi lain, meski es memantulkan hingga 80 persen sinar Matahari yang menerpa Bumi, Antarktika akan menyerap cahaya dan panas tersebut. Tentu saja hal ini juga akan memanaskan lautan di sekitarnya, yang mempercepat proses perubahan iklim global. Para peneliti juga menemukan bukti bahwa hal itu pernah terjadi sebelumnya, yakni pada periode Miosen Tengah. Ini berarti bahwa titik kritis dari situasi pencairan es di Antarktika sudah sangat mengkhawatirkan.
11. Dimulainya zaman es

Columbia Climate School menjelaskan bahwa gunung es dari jutaan tahun yang lalu telah terlepas dari lapisan es Antarktika dan hanyut ke lautan di sekitarnya sebelum akhirnya mencair. Hal tersebut menimbulkan semacam efek domino, yaitu gunung es membuang air dalam jumlah besar ke suatu wilayah dan mengganggu keseimbangan air asin serta air tawar dalam skala global. Meski mengurangi gas rumah kaca dan mengurangi pemanasan global, suhu ini membuat Bumi semakin dingin.
Temuan tersebut menyatakan bahwa hal semacam ini pernah terjadi sebelumnya, yang ditemukan dan berasal dari analisis inti sedimen laut dalam yang digali sekitar 800 kilometer di lepas pantai Afrika bagian selatan. Temuan ini mencakup catatan sedimen berusia 1,6 juta tahun. Para peneliti tersebut mengatakan bahwa setiap terjadinya zaman es, ada tanda-tanda mencairnya es seperti di Antarktika.
Jadi, ada banyak hal yang akan terjadi jika semua es di Antarktika mencair, antara lain hilangnya kehidupan dan habitat hewan; ketidakseimbangan alam semesta, mulai dari pola cuaca dan arus laut hingga angin serta curah hujan; dan memanasnya perairan secara global. Belum lagi, manusia hanya memiliki sedikit waktu untuk memperbaiki masalah pemanasan global ini. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik, kita sebagai manusia akan menuai skenario buruk pada masa mendatang.
Setelah membaca penjelasan di atas, apa pendapatmu tentang fenomena ini? Apa yang bisa kita lakukan sebagai individu? Tuliskan di kolom komentar, ya!