Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Dampak Buruk Brain Drain, ketika Profesional Terdidik Pergi 

ilustrasi ilmuwan (pexels.com/ThisIsEngineering)
ilustrasi ilmuwan (pexels.com/ThisIsEngineering)
Intinya sih...
  • Kepergian para ahli menciptakan kekurangan tenaga kerja berpendidikan tinggi
  • Pendapatan perkapita, upah, dan migrasi menjadi faktor pendorong fenomena brain drain
  • Brain drain menggerogoti layanan publik, inovasi, reputasi bangsa, dan potensi inovasi yang berguna

Brain drain merupakan fenomena yang dapat dijumpai di negara-negara dunia, termasuk Indonesia. Di Indonesia, fenomena brain drain bukan merupakan suatu hal asing. Brain drain atau yang juga dikenal sebagai human capital flight adalah fenomena ketika kaum intelektual, ilmuwan, ataupun cendikiawan dari negeri sendiri pergi untuk menetap di luar negeri.

Ada berbagai macam faktor yang melatarbelakangi kondisi tersebut, misal faktor politik, ekonomi, sosial, maupun budaya. Di sisi buruknya, kepergian para ahli memengaruhi perkembangan negara yang terangkum dalam lima dampak brain drain paling signifikan yang perlu kamu ketahui berikut!

1.Berkurangnya tenaga ahli

ilustrasi orang bekerja (pexels.com/Chevanon Photography)
ilustrasi orang bekerja (pexels.com/Chevanon Photography)

Kepergian para ahli di berbagai bidang yang penting dapat menciptakan rongga dalam angkatan kerja. Kondisi tersebut juga berpengaruh negatif terhadap pembangunan nasional. Jika brain drain terus terjadi di Indonesia, negara ini akan kekurangan tenaga kerja berpendidikan tinggi.

Coba kamu bayangkan sebuah negara tanpa profesi-profesi krusial seperti dokter, insinyur, atau peneliti terampil. Lebih buruknya lagi, kekurangan tenaga ahli tidak hanya berdampak pada sektor-sektor primer, tetapi juga pada kehidupan masyarakat sosial. Situasi ini diproyeksi bakal membuat ada begitu banyak antrian di rumah sakit karena kekurangan dokter atau infrastruktur yang lumpuh karena minimnya insinyur.

2.Mengancam keberlangsungan perekonomian negara

ilustrasi dokter (pexels.com/Karolina Kaboompics)
ilustrasi dokter (pexels.com/Karolina Kaboompics)

Dalam artikel berjudul Brain Drain Indonesia dan Dampaknya bagi Indonesia yang ditulis oleh Fivien Muslihatinningsih, dkk. menyatakan bahwa pendapatan perkapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap brain drain di Indonesia. Salah satu penyebab brain drain adalah adanya perbedaan upah antara negara asal dengan negara tujuan. Fenomena inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong banyaknya penduduk Indonesia bermigrasi ke Taiwan pada 2012 silam.

Mereka tergiur akan pendapatan yang lebih tinggi di negara tujuan. Jika banyak penduduk melakukan migrasi ke luar negeri, hal tersebut dapat mengancam keberlangsungan perekonomian negara. Kurangnya tenaga ahli menghambat inovasi, menurunkan produktivitas, serta pertumbuhan ekonomi nasional.

3.Memburuknya layanan publik

ilustrasi kasir (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi kasir (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Tidak hanya menjadi benalu bagi sektor ekonomi, brain drain juga menggerogoti layanan publik. Apa hubungannya dengan layanan publik? Minimnya tenaga medis, guru berkualitas, serta tenaga ahli lainnya akan berakibat fatal pada kualitas layanan publik bagi masyarakat.

Pelayanan publik akan menjadi buruk. Efeknya lantas tidak hanya dirasakan oleh masyarakat secara individu, tetapi juga oleh bangsa secara keseluruhan. Dalam konteks ini, rakyat di sebuah negara dapat menjadi korban utama.

4.Hilangnya pengetahuan maupun inovasi

ilustrasi orang bekerja (pexels.com/Antoni Shkraba)
ilustrasi orang bekerja (pexels.com/Antoni Shkraba)

Ketika tenaga ahli meninggalkan negaranya, mereka membawa pengetahuan dan keahlian yang berharga. Kondisi ini lantas tidak hanya merugikan negara asal, tetapi juga menghambat kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi secara universal. Negara bisa kehilangan pengetahuan serta inovasi yang berguna. Salah satu faktor pendorong brain drain adalah kurangnya fasilitas dan prasarana penelitian.

Coba kamu bayangkan peneliti terkemuka yang sedang mengembangkan obat suatu penyakit pergi karena faktor tersebut. Atau, hilangnya insinyur jenius yang sedang merancang teknologi ramah lingkungan. Kepergian mereka tentunya menghambat kemajuan negara dan menenggelamkan pontensi inovasi yang akan sangat bermanfaat.

5.Rusaknya reputasi bangsa

ilustrasi orang bekerja (pexels.com/Visual Tag Mx)
ilustrasi orang bekerja (pexels.com/Visual Tag Mx)

Fenomena brain drain tidak hanya bisa merugikan negara secara intern, tetapi juga bisa merusak reputasi bangsa di mata internasional. Di era globalisasi seperti sekarang, reputasi bangsa amat penting guna menarik investasi serta menjalin kerja sama internasional. Negara harus bisa menjaga reputasinya dan membuatnya semakin kokoh.

Brain drain, jika tidak diatasi dengan segera, berpotensi merusak reputasi ini. Ketidaksanggupan negara untuk mempertahankan talenta terbaiknya bisa melahirkan persepsi negatif bagi negara lain. Sebuah negara bisa saja dipandang kurang maju dan tidak menjanjikan masa depan yang cerah.

Brain drain membuat negara kehilangan (sumber daya manusia) SDM yang berkualitas. Maka, penting untuk mengatasi brain drain. Upaya mengatasi ini membutuhkan kerja sama dari berbagai macam pihak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us