Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Era Stelliferous di Alam Semesta? Ini 4 Faktanya!

bintang-bintang di Oeschinensee, Swiss (commons.wikimedia.org/Giles Laurent)
bintang-bintang di Oeschinensee, Swiss (commons.wikimedia.org/Giles Laurent)

Windows 95 menjadi akses pertama ketika manusia bisa menggunakan internet dengan kabel, koneksi dial-up, dan modem. Nah, sejak saat itu, seberapa banyak dunia telah berubah dalam waktu 25 tahun? Di sisi lain, lampu listrik pertama ditemukan pada 1802 oleh Humphry Davy. Kemudian, sekitar 1.300 tahun sebelumnya, Kekaisaran Romawi Barat jatuh pada 476 Masehi.

Bukti tulisan manusia pertama, aksara parsial, muncul di Sumeria kuno sekitar 3.400 SM. Homo Sapiens mulai menggumamkan awal mula bahasa lisan sekitar 200.000 tahun yang lalu. Hominid pertama muncul di Afrika sekitar 2.000.000 tahun yang lalu, sebagaimana yang dijelaskan Smithsonian Magazine.

Lalu, bagaimana dengan sejarah alam semesta itu sendiri? Yap, alam semesta berusia 13,8 miliar tahun. Bumi berusia sekitar 4,5 miliar tahun. Semua bintang, planet, bahkan molekul, suatu hari nanti akan punah. Bintang, dan kehidupan seperti yang terjadi hari ini, rupanya hanya bisa nikmati sekarang, yaitu selama Era Stelliferous atau Era Berbintang. Nah, apa yang dimaksud dengan Era Stelliferous?

1. Era Stelliferous tidak abadi

Bintang-bintang di atas Gunung Elbrus, gunung tertinggi di Kaukasus (commons.wikimedia.org/oliwok)
Bintang-bintang di atas Gunung Elbrus, gunung tertinggi di Kaukasus (commons.wikimedia.org/oliwok)

Istilah Era Stelliferous atau Era Bintang berasal dari kata yang sudah dikenal, yaitu stellar, yang tentu saja berhubungan dengan bintang. Bintang ternyata berusia miliaran tahun dan banyak di antaranya yang berada sangat jauh dari Bumi. Namun suatu hari nanti, cahaya kosmos akan padam, tidak akan ada lagi bintang baru, tidak ada lagi materi, dan tidak ada sedikit pun energi. Bahkan partikel subatomik yang menyusunnya, seperti kuark, akan lenyap.

Ternyata, bintang yang kita lihat saat ini, hanya ada di era sekarang. Oleh karena itu, era ini disebut Era Stelliferous (Era Berbintang), atau dekade kosmologis 6—14, seperti yang dijelaskan oleh Universitas Michigan. Di samping itu, alam semesta itu sendiri, seperti bintang, planet, flora, dan fauna, memiliki siklus kehidupan. 

Bagaimana manusia mengetahui hal ini? Alam semesta sudah ada cukup lama, dimulai dengan Epoch Planck (periode paling awal dalam sejarah alam semesta) yang berlangsung 10—44 detik, untuk membentuk bintang. Namun karena alam semesta terus mengembang, pada akhirnya, bintang, galaksi, dan semuanya, akan mengalami tabrakan. Bintang-bintang akan punah, dan lubang hitam akan menelan seluruh realitas.

2. Kita berada di era kedua (Era Stelliferous) dari lima periode alam semesta

visualisasi skematis sejarah alam semesta dari Big Bang hingga saat ini (commons.wikimedia.org/Woudloper)
visualisasi skematis sejarah alam semesta dari Big Bang hingga saat ini (commons.wikimedia.org/Woudloper)

Alam semesta itu sendiri ada dalam lima era, yaitu Era Primordial, Stelliferous (Era Berbintang yang terjadi sekarang), Era Degenerasi, Era Lubang Hitam, dan Era Gelap, sebagaimana yang diuraikan oleh Big Think. Era Primordial terjadi tepat setelah peristiwa Big Bang atau Ledakan Besar. Dalam era ini, plasma yang super panas dan padat mengamuk.

Setelah itu, terjadilah peristiwa fisika ketika alam semesta diisi dengan partikel-partikel subatomik seperti kuark, elektron, dan foton. Sehabis itu, dalam waktu 20 menit, partikel-partikel mendingin dan saling menempel. Atom-atom yang mulai stabil terbentuk sekitar 380.000 tahun setelah Big Bang, yang saat ini dikenal sebagai radiasi latar belakang gelombang mikro kosmik. Elektron melahap foton, itulah sebabnya ruang angkasa berwarna hitam atau gelap.

Era Stelliferous memberi kesempatan bagi materi untuk menyatu menjadi awan gas masif, lalu menjadi bintang neutron dan hidrogen yang menyala-nyala. Materi ini terperangkap membentuk kelompok yang berjumlah ratusan miliar, di sekitar lubang hitam supermasif, seperti yang ada di pusat galaksi kita, yakni Bima Sakti. Akhirnya, seluruh galaksi akan bertabrakan satu sama lain, seperti yang akan terjadi pada Bima Sakti dan Galaksi Andromeda dalam 4 miliar tahun mendatang. Penggabungan demi penggabungan bintang akan menciptakan sistem yang semakin besar dan mendingin. Sampai akhirnya mati.

3. Setelah Era Stelliferous, alam semesta akan beku tanpa adanya cahaya serta dipenuhi lubang hitam

ilustrasi lubang hitam supermasif (commons.wikimedia.org/NOIRLab/NSF/AURA/J. da Silva/M. Zamani)
ilustrasi lubang hitam supermasif (commons.wikimedia.org/NOIRLab/NSF/AURA/J. da Silva/M. Zamani)

Dekade kosmologis menggambarkan adanya peningkatan sepuluh kali lipat dalam jumlah tahun sejak terjadinya Big Bang. Dengan kata lain, 10 dekade kosmologis sama dengan 10 miliar tahun (1010), seperti yang dikutip The New York Times. Itu berarti, setiap era alam semesta yang semakin lama, maka akan semakin panjang.

Pada Era Degenerasi (dekade kosmologis 15—37) nanti, satu-satunya benda langit adalah katai putih, katai cokelat, bintang neutron, dan lubang hitam. Galaksi akan mengalami destabilisasi, lubang hitam melahap lebih banyak materi, dan satu-satunya bintang baru yang terbentuk adalah katai cokelat yang bertabrakan setiap kuadriliun tahun (115). Sampai ketika seluruh galaksi tidak memancarkan cahaya yang lebih terang seperti yang dihasilkan satu bintang pada saat ini. Pada akhirnya, bahkan materi gelap akan menghilang, dan semua proton memudar.

Kemudian datanglah Era Lubang Hitam yang bisa dibilang sangat mengerikan (dekade kosmologis 38—100). Era Lubang Hitam adalah periode tanpa cahaya. Apa yang tersisa di alam semesta, termasuk planet, bintang, dan bahkan galaksi akan dilahap oleh hamparan lubang hitam seukuran galaksi yang memenuhi alam semesta. Lubang hitam ini dengan sendirinya akan saling bertabrakan dan tumbuh semakin besar.

Di sisi lain, Era Lubang Hitam lebih panjang dari tiga era sebelumnya jika digabungkan. Pasalnya, lubang hitam kecil saja membutuhkan waktu sekitar 1068 tahun untuk menguap. Sementara itu, lubang hitam supermasif membutuhkan waktu 1098—10100 tahun untuk menguap. Fenomena ini pun disebut radiasi Hawking.

4. Menurut teori, akan ada kematian alam semesta

ilustrasi garis waktu alam semesta (commons.wikimedia.org/NASA/WMAP Science Team)
ilustrasi garis waktu alam semesta (commons.wikimedia.org/NASA/WMAP Science Team)

Pernah dengar Heat Death of the Universe? Dulu, banyak peneliti mengira bahwa alam semesta akan berakhir dengan paritas, yaitu terjadinya Remukan Besar atau Big Crunch. Alam semesta akan berhenti mengembang dan menyusut menjadi titik yang sangat kecil. Hal ini akan menciptakan Big Bang lainnya. Jadi, alam semesta itu sendiri, seperti yang diajarkan Hinduisme, terperangkap dalam siklus reinkarnasi.

Sayangnya, alam semesta akan menuju Big Freeze atau Heat Death of the Universe, yang dikenal sebagai hukum entropi (ketidakteraturan) atau hukum kedua termodinamika. Dalam kasus ini, energi dalam sistem alam semesta akan merata dan entropi akan mencapai tingkat maksimumnya. Pada titik ini, tidak ada energi panas untuk digunakan dalam proses fisik atau kimia. Semua benda luar angkasa akan mencapai suhu yang sama dan tidak ada lagi perbedaan energi yang dapat diekstraksi.

Fenomena ini akan terus mendorong alam semesta menjauh dari titik asalnya. Hal ini menyebabkan pergeseran merah, di mana objek di ruang angkasa tampak lebih merah karena merenggang akibat perluasan ruang itu sendiri. Akhirnya, lubang hitam akan memancarkan titik-titik terakhir energi yang terperangkap dan lubang hitam pun akan mati.

Era ini disebut Era Kegelapan (melewati dekade kosmologi 100). Dalam era ini, suhu alam semesta secara efektif berada dalam suhu nol, yang dipenuhi dengan lautan partikel kompleks yang tersebar. Partikel-partikel ini pun akan musah.

Namun, perlu diingat, ya, semua konsep ini masih menjadi bahan diskusi dan penelitian dalam fisika dan kosmologi. Bahkan, ada teori yang berbeda dalam menjelaskan akhir dari alam semesta. Pendapat kamu sendiri gimana, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us