Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Anjing Laut Bulu Selandia Baru, Bisa Bertarung dengan Leher

seekor anjing laut bulu selandia baru yang sedang berjemur (commons.wikimedia.org/Pseudopanax)
Intinya sih...
  • Anjing laut bulu selandia baru tersebar di Selandia Baru, Australia, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya.
  • Habitat utama mereka adalah daerah pesisir berbatu yang memberikan perlindungan dari ombak tinggi dan predator.
  • Populasi anjing laut bulu selandia baru sempat terancam punah akibat perburuan besar-besaran pada abad ke-17 hingga 19.

Anjing laut bertelinga (famili Otariidae) jadi 1 dari 3 keluarga utama Pinnipedia atau kelompok mamalia semiakuatik dengan ciri khas kaki berbentuk kaki katak (flipper). Ukuran anjing laut bertelinga bermacam-macam dan mereka dapat ditemukan di belahan Bumi utara maupun selatan. Nah, salah satu spesies anjing laut bertelinga yang akan dibahas kali ini adalah anjing laut bulu selandia baru (Arctocephalus forsteri).

Mereka termasuk dalam golongan Pinnipedia berukuran sedang dengan panjang tubuh antara 1,2—2,5 meter dan bobot 30—180 kg. Tubuh anjing laut bulu selandia baru dewasa didominasi warna cokelat keabu-abuan gelap pada bagian punggung dan menjadi lebih cerah pada bagian perut. Mereka memiliki kumis panjang, daun telinga kecil, dan bulu dengan warna yang unik. Bulu ini akan berwarna gelap saat basah dan menjadi putih atau perak saat kering. Khusus pada anjing laut bulu selandia baru jantan, terdapat bulu ekstra panjang di area leher sehingga terlihat seperti surai yang kasar.

Soal ukuran, spesies ini juga mengalami dimorfisme seksual, jadi ukuran jantan bisa tiga kali lebih besar dari betina. Nah, selain fakta soal ukuran anjing laut ini, ada beberapa hal menarik lain yang akan dibahas pada kesempatan kali ini. Jadi, kalau sudah penasaran, jangan sampai kelewatan pembahasan ini, ya!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

kelompok anjing laut bulu selandia baru yang sedang berenang (commons.wikimedia.org/Donald Hobern)

Meski ada Selandia Baru pada nama mereka, ternyata anjing laut bulu selandia baru bukan hewan endemik negara tersebut. Mereka juga tersebar hingga Australia dan pulau-pulau kecil di sekitar dua negara tersebut. Dilansir Animal Diversity, di Australia, mereka tersebar di sekitar pesisir barat dan selatan, Pulau Kanguru, Pulau Tasmania, dan pesisir Victoria. Sementara itu, di Selandia Baru, anjing laut ini ditemukan di pulau utara maupun selatan. Mereka pun ada di beberapa pulau kecil, semisal pulau Big Green, Open Bay, Wakakura, Cascade, Fiordland, Snares, Campbell, Chatham, Antipodes, Bounty, dan Stewart.

Sebagai mamalia semiakuatik, habitat utama bagi anjing laut bulu selandia baru tentunya tak jauh-jauh dari pesisir pantai. Mereka menyukai daerah pesisir yang berbatu karena bisa memberikan perlindungan dari ombak yang tinggi ataupun kejaran predator. Pantai dengan batu-batuan halus dan tinggi juga cukup disukai anjing laut ini karena bisa jadi tempat istirahat saat cuaca panas. Mereka bukan spesies anjing laut yang bermigrasi sehingga hanya akan berada di sekitar tempat asal.

Sementara itu, untuk urusan makanan, anjing laut bulu selandia baru termasuk karnivor. Mereka sangat oportunistik sehingga bisa memakan berbagai jenis hewan di sekitar, misalnya saja burung laut, penguin, cumi-cumi, gurita, hewan bercangkang, dan tentunya ikan. Untuk mencari makan, anjing laut ini akan menyelam di kedalaman 60—380 meter dalam durasi 9—15 menit. Kumis panjang mereka memainkan peran penting dalam mencari makan karena sangat sensitif pada getaran sehingga bisa mendeteksi target.

Kendati berukuran cukup besar, anjing laut bulu selandia baru bukan predator puncak di habitat mereka. Justru, mamalia semiakuatik ini jadi mangsa potensial bagi berbagai predator puncak lautan. Beberapa predator mereka antara lain orca, hiu berukuran besar, dan anjing laut macan tutul.

2. Cara tidur yang berbeda tergantung musim

Cara bersantai anjing laut bulu selandia baru akan berbeda-beda tergantung dengan musim yang sedang terjadi. (commons.wikimedia.org/IcknieldRidgeway)

Di luar waktu mencari makan, musim kawin, atau merawat anak-anak mereka, anjing laut bulu selandia baru akan menghabiskan waktu untuk "bermalas-malasan". Baik jantan ataupun betina akan melakukan hal ini, tetapi biasanya jantan akan lebih banyak istirahat dalam 1 hari. Istirahat ini meliputi membersihkan diri, menggaruk-garuk bagian tubuh, ataupun tidur dalam waktu panjang.

Nah, menariknya, cara tidur anjing laut bulu selandia baru akan berbeda tergantung musim yang sedang dijalani. Dilansir Animalia, saat musim dingin, mereka akan menyelipkan sirip di bawah tubuh, meringkuk, dan mengandalkan bulu tebal mereka untuk mencegah panas tubuh keluar secara berlebih. Sementara itu, saat musim panas, mereka akan berbaring dengan tubuh dan sirip telentang supaya panas pada tubuh lebih cepat keluar.

3. Sistem kelompok hingga pertarungan antarjantan

dua anjing laut bulu selandia baru jantan yang akan bertarung demi wilayah (commons.wikimedia.org/Pseudopanax)

Di luar musim kawin, sebenarnya anjing laut bulu selandia baru akan tinggal dalam 1 kelompok besar atau koloni di 1 kawasan. Jumlah individu dalam satu koloni ini bisa mencapai ratusan individu dan mereka semua saling berkomunikasi lewat suara ataupun gestur tubuh untuk memanggil serta memperingatkan keberadaan predator. Namun, situasi di koloni anjing laut bulu selandia baru akan jadi panas saat musim kawin tiba.

Animal Diversity melansir kalau para jantan dewasa dan siap kawin akan membentuk wilayah masing-masing di sepanjang tempat tinggal koloni mereka. Ukuran wilayah masing-masing jantan ini sekitar 100 meter persegi yang akan dijaga dengan ketat. Para betina yang siap bereproduksi biasanya akan ikut dengan salah satu jantan di dalam wilayah mereka. Di sisi lain, anjing laut bulu selandia baru muda ataupun yang belum siap bereproduksi akan menghindari wilayah-wilayah yang dibentuk para jantan dominan tersebut.

Kemudian, jika ada pejantan lain yang menyusup ke wilayah jantan lain, pertarungan hampir pasti terjadi. Mula-mula, dua jantan yang berkonflik akan berhadapan dan saling memamerkan leher mereka. Biasanya, jika leher lawan lebih besar, si jantan yang lebih kecil itu akan segera menjauh. Namun, jika ukuran mereka kurang lebih sama, aksi berikutnya dari kedua jantan itu adalah pertarungan fisik.

Keduanya akan berdiri setinggi mungkin dengan kepala mengarah ke atas. Lalu, mereka akan saling mengayunkan leher dengan keras hingga membentur satu sama lain. Pertarungan ini akan terus dilakukan sampai salah satu merendahkan tubuh dan pergi dari lokasi pertarungan. Anjing laut bulu selandia baru jantan yang menang dari pertarungan itu selanjutnya seolah akan "mengumumkan" kemenangannya dengan mengeluarkan suara memekik yang keras.

4. Sistem reproduksi

induk anjing laut bulu selandia baru yang sedang menyusui anaknya (commons.wikimedia.org/Michal Klajban)

Musim kawin bagi anjing laut bulu selandia baru berlangsung pada November—Januari. Setelah para jantan dominan membentuk dan mempertahankan wilayah masing-masing, mereka akan mulai memanggil betina di sekitar mereka. Mamalia ini termasuk hewan poligini, yang berarti jantan akan kawin dengan beberapa betina berbeda. Umumnya, ada sekitar 5—8 betina yang ikut dengan 1 jantan.

Setelah kawin, betina akan mengandung selama 9 bulan dan hanya akan melahirkan seekor anak saja. Dilansir Department of Conservation Te Papa Atawhai, hanya betina yang akan mengambil peran merawat anak, setidaknya sekitar 300 hari pertama hidup mereka. Meski begitu, betina tidak selalu ada di dekat anak mereka selama periode itu karena harus mencari makan. Pola asuh yang dilakukan betina biasanya sekitar 1—2 hari untuk menyusui anak dan 1—20 hari berikutnya untuk pergi mencari makan. Durasi mencari makan tersebut tergantung dengan usia anak mereka karena semakin besar, akan semakin lama.

Uniknya, anak anjing laut bulu selandia baru sebenarnya sudah bisa berenang sejak dilahirkan. Namun, mereka perlu waktu untuk mengumpulkan keberanian sehingga biasanya hanya akan berenang di kolam-kolam kecil sekitar laut. Selain itu, anak-anak anjing laut bulu selandia baru yang sedang ditinggal induk mereka secara alami akan membentuk kelompok kecil dengan anak lain hingga si induk kembali.

Setelah usia 2 tahun, anak anjing laut bulu selandia baru sudah bisa dibilang dewasa. Namun, butuh waktu hingga usia 4—5 tahun sebelum mencapai kematangan seksual. Mereka akan memilih apakah tetap tinggal di koloni tempat mereka dilahirkan atau pindah ke koloni lain. Menariknya, individu yang memutuskan pindah koloni bisa bergerak cukup jauh dari koloni asal mereka, yakni hingga 1.000 km jauhnya.

5. Pernah hampir punah

Anjing laut bulu selandia baru sebenarnya hampir punah karena perburuan dari suku asli Selandia Baru dan orang-orang Eropa. (commons.wikimedia.org/Jörg Hempel)

Sekitar abad ke-17 hingga 19, anjing laut bulu selandia baru sempat jadi target perburuan besar-besaran. Natural Habitat Adventures melansir kalau pada saat itu, suku Maori yang jadi suku asli Selandia Baru banyak memburu anjing laut ini untuk berbagai keperluan. Situasi perburuan semakin parah saat orang-orang Eropa datang dan membuka perburuan komersial pada spesies ini demi bulu dan daging mereka. Alhasil, populasi anjing laut bulu selandia baru sempat anjlok hingga 90 persen sebelum abad ke-19 berakhir.

Beruntung, upaya konservasi cepat dilakukan dan perlindungan terhadap anjing laut ini sudah dimulai sejak tahun 1894. Atas respons sigap tersebut, hari ini populasi anjing laut bulu selandia baru sudah pulih. IUCN Red List mencatat kalau per 2015 saja, ada sekitar 100 ribu individu yang tersebar di Selandia Baru dan Australia.

Sumber lain, semisal Seal Conservation Society, bahkan menyebut kalau jumlah mereka setidaknya sudah menyentuh angka 200 ribu individu untuk saat ini. Angka ini terus meningkat tiap tahun sehingga saat ini anjing laut bulu selandia baru sudah masuk dalam kategori hewan dengan kekhawatiran rendah (Least Concern). Berita ini memang menggembirakan dan jadi tanda kalau spesies hewan bisa pulih dengan upaya konservasi yang maksimal.

Namun, sebenarnya, masih ada bahaya yang menghantui anjing laut bulu selandia baru dan spesies lain sampai sekarang. Polusi laut, pemanasan global, dan perburuan liar nyatanya memang masih terjadi sampai saat ini. Masalah masa depan juga bisa timbul jika spesies-spesies ikan ataupun hewan laut, yang jadi mangsa utama mereka, berkurang drastis karena ditangkap manusia. Duh, semoga saja status terancam punah tidak kembali disematkan pada spesies anjing laut ini pada masa mendatang, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us