5 Fakta Black Hawk-Eagle, Burung yang Mirip Elang Jawa

- Elang jawa dan black hawk-eagle mirip secara penampilan, tetapi berasal dari genus yang berbeda.
- Black hawk-eagle dapat ditemukan di Benua Amerika, terutama di kawasan hutan tropis dan dataran tinggi.
- Black hawk-eagle memiliki beragam mangsa, suara unik saat terbang, dan reproduksi yang melibatkan peran betina serta jantan.
Di Indonesia, elang jawa (Nisaetus bartelsi) merupakan spesies burung elang yang jadi ikon negara kita. Penampilan burung ini terbilang sangat gagah sehingga sangat identik dengan makhluk dalam mitologi Hindu-Buddha, yakni burung garuda. Menariknya, ada satu spesies burung elang lain yang secara penampilan cukup mirip dengan elang jawa, lho. Nama mereka adalah black hawk-eagle (Spizaetus tyrannus), sosok burung elang yang memiliki bulu berwarna hitam.
Ukuran burung elang ini cukup mirip seperti elang jawa. Panjang tubuh mereka sekitar 58—70 cm, rentang sayap 135—145 cm, dan bobot 800—1.300 gram. Bulu milik black hawk-eagle memang didominasi warna hitam, tetapi pada bagian sayap bawah dan ekor mereka terdapat garis-garis putih atau abu-abu. Ciri fisik yang membuat burung elang ini mirip dengan elang jawa ialah keberadaan jambul di atas kepala mereka yang dibalut warna hitam.
Meski mirip, sebenarnya elang jawa dan black hawk-eagle berasal dari genus yang berbeda. Karena itu, kedua burung elang ini memiliki banyak perbedaan yang sangat mencolok. Pembahasan kali ini akan berfokus pada fakta-fakta menarik dari black hawk-eagle. Kalau penasaran, langsung gulir layar ke bawah, ya!
1. Peta persebaran dan habitat

Black hawk-eagle merupakan spesies burung yang bisa ditemukan di Benua Amerika. Secara khusus, distribusi mereka dimulai dari Meksiko, negara-negara Amerika Tengah (kecuali wilayah sekitar Kepulauan Karibia), Peru, Kolombia, Venezuela, Paraguay, Bolivia, hingga Brasil. Berdasarkan peta tersebut, mereka termasuk dalam kategori hewan yang hidup di zona neotropis.
Pilihan habitat black hawk-eagle berpusat pada kawasan hutan tropis hingga kawasan yang basah atau dekat dengan sumber air. Dilansir Eagle Encyclopedia, black hawk-eagle menyukai daerah dataran tinggi. Mereka biasa ditemukan mulai dari ketinggian 200—1.500 meter di atas permukaan laut. Namun, beberapa individu juga diketahui bisa hidup di sekitar pegunungan dengan ketinggian 3 ribu meter di atas permukaan laut.
2. Makanan favorit dan cara berburu

Black hawk-eagle ternyata memiliki begitu banyak daftar mangsa yang bisa mereka buru. Tak main-main, burung elang yang satu ini bahkan bisa memburu hewan dengan ukuran dua kali lipat lebih besar dari mereka. Bayangkan saja, burung ini bisa memburu berbagai jenis monyet, oposum, pengerat berukuran besar, iguana, ular, berbagai spesies burung, sampai kelelawar. Berkat kebiasaan mereka memburu banyak primata di hutan, masyarakat Brasil memberi julukan black hawk-eagle dengan nama gavião-pega-macaco yang berarti burung elang pemburu monyet.
Cara berburu burung elang ini cukup mirip dengan spesies elang lain yang seukuran. The Peregrine Fund melansir kalau black hawk-eagle mula-mula akan mengamati keberadaan mangsa dari atas pohon. Jika sudah menemukan mangsa potensial, mereka akan terbang ke atas hingga berada tepat di atas target. Kemudian, mereka akan terbang menukik dengan cepat dan mencengkeram mangsa dengan kedua cakar kuat dalam waktu yang relatif singkat. Oh, ya, saat sedang terbang, sayap black hawk-eagle akan mengeluarkan suara siulan yang unik dan cukup keras.
3. Predator vokal yang memiliki indra pendengaran tajam

Selain dari warna bulu mereka yang sangat mencolok di angkasa, salah satu cara untuk mengidentifikasi keberadaan black hawk-eagle ialah melalui suara yang mereka keluarkan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bulu di sayap mereka mengeluarkan suara yang nyaring saat burung ini terbang. Tak hanya itu, burung elang ini juga akan mengeluarkan suara nyaring dan melengking yang diulang-ulang selama mereka terbang.
Untuk mengidentifikasi keberadaan mangsa, black hawk-eagle akan memanfaatkan indra penglihatan dan pendengaran yang sangat tajam. Khusus pada indra pendengaran, jambul di area kepala burung ini ternyata bermanfaat untuk menangkap suara sekecil apa pun dan diteruskan menuju telinga mereka, dilansir The Peregrine Fund. Kalau dibayangkan, fungsi jambul black hawk-eagle ini mirip seperti ketika kita meletakkan telapak tangan di belakang daun telinga sehingga suara yang kita tangkap jadi lebih keras. Karena itu, suara yang ditangkap predator langit ini dapat menjadi semakin jelas sekalipun target berada dalam jarak yang jauh.
4. Sistem reproduksi

Musim kawin bagi black hawk-eagle dimulai dari Agustus—Desember. Dilansir Dallas World Aquarium, pasangan burung elang ini akan melakukan ritual kawin berupa terbang bersama, kontak fisik, hingga saling berguling di sarang. Ya, mereka termasuk jenis burung elang yang membangun sarang di atas pohon dengan berbagai jenis ranting atau dahan yang bisa ditemukan. Rata-rata sarang black hawk-eagle berada di ketinggian 13—25 meter di atas permukaan tanah.
Dalam satu musim kawin, betina hanya akan menghasilkan 1—2 butir telur dan baru bisa kawin lagi setelah 2—3 tahun kemudian. Telur mereka memerlukan masa inkubasi selama 44 hari sebelum menetas. Betina mengambil peran dalam menjaga sarang sekaligus mengerami telur. Sementara, tugas jantan terlihat saat anak mereka sudah menetas. Black hawk-eagle jantan akan aktif berburu untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, pasangan, dan anak-anak mereka.
Adapun, alasan mengapa black hawk-eagle dewasa hanya bisa bereproduksi tiap 2—3 tahun sekali karena anak mereka sangat ketergantungan pada induk pada periode awal hidup mereka. Sebenarnya, anak-anak burung elang ini sudah bisa belajar terbang saat berusia 71 hari. Meski begitu, mereka akan tetap berada dalam perawatan induk hingga mencapai usia dewasa atau setelah berusia hampir 1 tahun.
5. Status konservasi

Beruntungnya, saat ini black hawk-eagle masuk dalam kategori kekhawatiran rendah (Least Concern) dalam catatan IUCN Red List. Akan tetapi, tren populasi mereka cenderung menurun tiap tahunnya karena kerusakan habitat dan perburuan liar yang kian meningkat. BirdLife International melansir kalau populasi mereka saat ini berkisar antara 50—500 ribu individu di alam liar.
Meski terlihat banyak, jumlah ini bisa berkurang drastis akibat aktivitas manusia seperti yang sudah disebutkan sebelumnya. Karena itu, menjaga populasi mereka dengan melindungi habitat alami burung elang ini bisa jadi langkah awal yang bisa dilakukan. Selain untuk melindungi black hawk-eagle secara khusus, perlindungan pada spesies ini juga secara tak langsung turut membantu menjaga populasi hewan-hewan kecil yang memiliki siklus reproduksi cepat agar tidak meledak dan merusak ekosistem.
Oh, ya, black hawk-eagle termasuk jenis burung yang soliter. Meski terlihat kompak saat bersama pasangan ketika memiliki anak, sebenarnya burung ini cukup agresif pada sesama jika kebetulan bertemu. Di luar musim kawin, mereka tak segan menyerang sesama jika memasuki wilayah masing-masing. Gimana? Menarik sekali, ya, burung elang yang satu ini!