Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Buaya Siam (flickr.com/ lonelyshrimp)

Buaya siam (Crocodylus siamensis) merupakan spesies buaya yang ditemukan di wilayah Asia, lebih tepatnya Asia Tenggara. Dulunya, buaya ini banyak ditemukan di hampir seluruh wilayah Asia Tenggara, hidup di berbagai habitat lahan basah, seperti sungai, danau, rawa, dan paya-paya.

Namun, saat ini populasi buaya siam semakin menurun akibat hilangnya habitat asli mereka. Bahkan, reptil satu ini menjadi salah satu reptil paling terancam punah di dunia. Kelangkaan ini membuat buaya siam menarik untuk dibahas. Mulai dari karakter khas fisik, sejarah kehidupan, sampai faktor penurunan populasinya sangat menarik untuk diulik lebih dalam. Yuk simak fakta selengkapnya mengenai buaya siam di artikel ini!

1. Memiliki ciri khas tonjolan tulang di bagian belakang matanya

Buaya Siam (flickr.com/Bernard DUPONT)

Dilansir Earth. Org, buaya siam merupakan buaya air tawar berbadan kekar berukuran sedang. Buaya jantan bisa mencapai panjang sekitar 3,5 meter, sedangkan betina sedikit lebih kecil, sekitar 2,7 meter. Berat badannya sendiri berkisar antara 40 hingga 120 kilogram. Buaya siam terbesar yang pernah ditemukan memiliki panjang 4 meter dengan berat 350 kilogram.

Buaya ini memiliki ciri fisik yang khas seperti tonjolan tulang di bagian belakang setiap mata, moncong yang lebar dan halus, serta barisan empat sisik besar di belakang tengkuknya. Tubuhnya berwarna hijau zaitun hingga hijau gelap yang membantu mereka berkamuflase di balik perairan berlumut yang hijau.

2. Termasuk predator purba yang telah hidup sejak 500 ribu tahun lalu

Buaya Siam (flickr.com/tontantravel)

Dilansir Fauna & Flora, buaya siam merupakan predator purba yang telah hidup sejak 500 ribu tahun lalu, lho! Mereka menjadi salah satu hewan yang bertahan sejak zaman Pleistosen, yaitu periode geologis yang dimulai sekitar 2,5 juta tahun yang lalu dan berakhir sekitar 12 ribu tahun yang lalu. Selama periode tersebut, buaya siam berhasil melewati berbagai perubahan iklim dan lingkungan yang ekstrem, termasuk zaman es yang membuat banyak spesies lain punah. Keberhasilan ini menunjukkan adaptasi buaya siam yang luar biasa terhadap lingkungan yang terus berubah pada masa itu.

3. Memiliki sifat antimikroba di dalam darahnya

Buaya Siam (flickr.com/ Javier Reina)

Menariknya, buaya siam memiliki darah yang mempunyai sifat antimikroba, lho! Dilansir Annals of Clinical Microbiology and Antimicrobials Journal, darah buaya siam diketahui memiliki aktivitas antibakteri yang cukup kuat. Plasma darahnya mampu menghambat pertumbuhan bakteri lebih dari 40% ketika diujikan pada enam jenis bakteri, yaitu Staphylococcus aureus, Salmonella typhi, Escherichia coli, Vibrio cholerae, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus epidermidis. Hal ini menjadi salah satu alasan para ilmuwan tertarik untuk meneliti buaya siam lebih dalam, karena bisa bermanfaat untuk pengobatan di masa mendatang.

4. Termasuk reptil yang terancam punah

Buaya Siam (flickr.com/tontantravel)

Saat ini, buaya siam termasuk dalam kategori terancam punah  (Critically Endangered) menurut data IUCN Red List. Padahal dulunya buaya ini tersebar luas di seluruh wilayah Asia Tenggara. Dilansir Fauna & Flora, populasinya saat ini hanya tersisa sedikit karena sekitar 99% habitat aslinya telah hilang. Sekarang mereka hidup terpecah-pecah di daerah lahan basah terpencil, terutama di Kamboja. Bahkan di Vietnam sendiri, buaya siam diperkirakan sudah punah di alam liar.

Jumlah buaya siam yang masih hidup di alam liar belum diketahui secara pasti, namun estimasi terbaru dari di Kamboja, tempat perlindungan utama mereka, tersisa sekitar 400 ekor. Meskipun ada sekitar satu juta buaya yang disebut “siam” di penangkaran, kebanyakan dari mereka sebenarnya adalah hasil persilangan dengan spesies lain atau tidak sepenuhnya merupakan buaya siam.

5. Faktor yang menyebabkan populasinya kian menurun drastis

Buaya Siam (flickr.com/tontantravel)

Pada mulanya, penurunan populasi buaya siam disebabkan oleh persaingan dengan petani padi yang membutuhkan lahan basah sebagai habitat. Namun, yang lebih parah lagi adalah adanya ledakan perburuan komersial besar-besaran pada tahun 1950-an, menyebabkan penurunan populasi reptil ini secara drastis. Perburuan dilakukan untuk memenuhi permintaan kulit buaya di pasar internasional. Hal ini karena kulit buaya siam memang dikenal halus dan lembut sehingga menjadi bahan yang sangat diminati.

Selain itu, buaya siam juga banyak dibudidayakan di penangkaran, namun mereka mengalami persilangan dengan spesies lain. Hal ini menyebabkan kemurnian genetik mereka menurun dan mengurangi jumlah buaya di alam liar.

Bagaimana, menarik kan fakta-fakta dari buaya siam ini? Reptil purba satu ini menunjukkan adaptasi luar biasa sehingga mampu bertahan hingga saat ini. Sayangnya, populasinya sekarang menghadapi ancaman kepunahan yang serius akibat beberapa faktor, seperti hilangnya habitat alami, perburuan besar-besaran, hingga penurunan kemurnian genetik karena persilangan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team