7 Fakta Menarik Tuatara, Reptil Zaman Purba yang Belum Punah

Tuatara adalah reptil endemik Selandia Baru yang sering disebut sebagai "fosil hidup" karena kemiripannya dengan leluhur purba yang hidup sekitar 240 juta tahun lalu. Meskipun sekilas mirip kadal, tuatara memiliki ciri khas yang membedakannya dari reptil lain. Keberadaannya yang terbatas dan sifat-sifat uniknya menjadikan tuatara sebagai spesies yang menarik untuk dipelajari. Yuk! Simak 7 fakta menarik seputar tuatara.
1. Fosil hidup dari zaman dinosaurus

Tuatara merupakan satu-satunya anggota ordo Rhynchocephalia yang masih hidup, kelompok reptil yang muncul sekitar 240 juta tahun lalu pada periode Trias. Sebagian besar kerabatnya telah punah pada akhir periode Jura, menjadikan tuatara sebagai satu-satunya peninggalan hidup dari kelompok ini membuat mereka mendapat julukan "fosil hidup". Keberadaan mereka memberikan wawasan berharga tentang evolusi reptil dan kondisi ekosistem purba.
2. Punya mata ketiga

Salah satu keunikan tuatara adalah adanya mata parietal, atau mata ketiga, yang berada di bagian atas kepalanya. Mata ini memiliki lensa, retina, dan kornea, namun tidak digunakan untuk penglihatan seperti mata utama. Pada tuatara muda, mata parietal terlihat jelas, tetapi seiring pertumbuhan, mata ini tertutup oleh kulit dan sisik. Fungsi pasti mata ketiga ini masih menjadi perdebatan, namun diduga berperan dalam mengatur ritme sirkadian dan membantu dalam penyerapan sinar ultraviolet untuk sintesis vitamin D.
3. Bisa hidup sampai seratus tahun

Tuatara dikenal memiliki umur panjang, dengan beberapa individu yang diketahui hidup lebih dari 100 tahun di alam liar. Rata-rata, tuatara hidup sekitar 60 tahun, tetapi mereka terus tumbuh hingga usia 35 tahun, yang membuatnya berbeda dari banyak reptil lain yang berhenti tumbuh setelah mencapai kematangan seksual. Pertumbuhan lambat ini sejalan dengan reproduksi mereka, di mana tuatara baru mencapai kematangan seksual pada usia sekitar 10 hingga 20 tahun. Umur panjang dan pertumbuhan lambat ini memungkinkan mereka bertahan di lingkungan yang berubah meskipun tingkat reproduksinya rendah.
4. Mampu bertahan hidup di tempat dingin

Berbeda dengan kebanyakan reptil yang memerlukan suhu hangat untuk bertahan hidup, tuatara mampu bertahan hidup di lingkungan dengan suhu yang lebih rendah. Umumnya, mereka aktif pada suhu sekitar 12°C dan dapat bertahan pada suhu yang lebih rendah hingga 5°C. Adaptasi ini memungkinkan tuatara untuk mengisi relung ekologi yang tidak dapat dihuni oleh reptil lain, terutama di iklim sejuk Selandia Baru.
5. Jenis kelamin saat lahir ditentukan dari suhu saat inkubasi

Jenis kelamin tuatara ditentukan oleh suhu inkubasi telur. Telur yang diinkubasi pada suhu lebih tinggi cenderung menghasilkan jantan, sementara suhu lebih rendah menghasilkan betina. Fenomena ini membuat populasi tuatara rentan terhadap perubahan iklim global, karena peningkatan suhu dapat menyebabkan ketidakseimbangan rasio jenis kelamin dalam populasi, yang berdampak negatif pada reproduksi dan kelangsungan hidup spesies ini.
6. Gigi alami yang tidak tumbuh kembali

Tuatara memiliki gigi yang menyatu dengan tulang rahang, berbeda dengan gigi reptil lain yang biasanya terpisah dari tulang. Gigi ini tidak dapat tumbuh kembali jika aus atau hilang. Seiring bertambahnya usia dan gigi mereka aus, tuatara tua harus menggiling makanan dengan rahangnya. Adaptasi ini unik tetapi juga menjadi tantangan tersendiri bagi tuatara di usia lanjut.
7. Genetiknya lebih mirip burung

Meskipun sekilas mirip kadal, tuatara bukan bagian dari kelompok reptil modern seperti kadal atau ular. Mereka berasal dari cabang evolusi yang berbeda, menjadikan mereka lebih dekat secara genetik dengan dinosaurus dan burung seperti ayam. Keunikan ini menjadikan tuatara sebagai salah satu spesies paling penting dalam memahami evolusi reptil.
Gimana? Tuatara adalah makhluk yang luar biasa, bukan? Fosil hidup ini mampu membawa kita kembali ke zaman purba. Dari sejarah panjangnya sebagai fosil hidup hingga sifat-sifat unik seperti mata ketiga, kemampuan bertahan di suhu dingin, dan penentuan jenis kelamin berdasarkan suhu, tuatara adalah bukti nyata keajaiban evolusi. Fakta bahwa mereka bukan reptil biasa semakin menambah daya tariknya.
Meskipun keberadaannya terancam oleh perubahan iklim dan predator yang diperkenalkan manusia, upaya konservasi memastikan spesies langka ini tetap menjadi bagian dari dunia kita. Tuatara mengajarkan kita untuk lebih menghargai keanekaragaman hayati yang tak ternilai.