5 Fakta Darwin, Kota Tropis di Ujung Utara Australia

Darwin, ibu kota Northern Territory di Australia, mungkin tidak sepopuler Sydney atau Melbourne, tapi kota ini punya pesona yang berbeda. Dengan iklim tropis, pemandangan alam yang menakjubkan, dan suasana yang hangat, Darwin menjadi tempat di mana kehidupan modern berpadu harmonis dengan alam liar. Letaknya yang berada di ujung utara Australia membuat kota ini terasa unik, sekaligus menjadi pintu gerbang antara Australia dan Asia.
Meskipun tidak sebesar kota-kota lain di Australia, Darwin menyimpan banyak hal menarik yang membuatnya berbeda. Dari sejarah panjang yang penuh tantangan hingga keunikan alam dan tradisi warganya, kota ini memiliki banyak cerita yang layak untuk dikenal lebih dekat. Yuk, simak lima fakta menarik tentang Darwin berikut ini.
1. Lebih dekat ke Indonesia daripada ke Sydney

Darwin adalah kota di ujung utara Australia yang posisinya sangat dekat dengan Indonesia. Dari Darwin ke Denpasar, Bali, jaraknya hanya sekitar 1.761 kilometer, sedangkan jarak ke Sydney mencapai lebih dari 3.144 kilometer. Jarak ini membuat Darwin secara geografis lebih dekat ke Indonesia daripada ke sebagian besar kota besar di Australia. Tak heran kalau suasana tropisnya mirip dengan kota-kota di Asia Tenggara.
Kedekatan jarak antara Darwin dan Indonesia membuat hubungan keduanya semakin erat. Charles Darwin University menjalin banyak kerja sama dengan universitas di Indonesia, terutama di bidang pendidikan dan riset. Selain itu, kolaborasi juga berkembang di sektor budaya dan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa Darwin bukan hanya dekat secara jarak, tetapi juga menjadi mitra penting bagi Indonesia di kawasan Asia-Pasifik.
2. Kota yang dua kali hancur, tapi selalu bangkit

Darwin dikenal sebagai kota yang kuat karena pernah dua kali hancur total. Pertama, pada 19 Februari 1942, ketika pasukan Jepang melancarkan dua serangan udara besar dengan 188 pesawat tempur. Pelabuhan dan pangkalan udara hancur, lebih dari 230 orang tewas, dan kota nyaris lumpuh. Serangan ini menjadi peristiwa pertama di mana daratan Australia diserang langsung selama Perang Dunia II.
Tiga puluh dua tahun kemudian, pada malam Natal 1974, Cyclone Tracy menghantam Darwin dengan angin berkecepatan 217 km/jam. Sekitar 80 persen kota hancur, ribuan penduduk kehilangan rumah, dan sebagian besar harus dievakuasi. Meski sempat porak poranda, kota ini berhasil dibangun kembali hanya dalam waktu tiga tahun. Dua peristiwa besar ini membentuk identitas Darwin sebagai kota yang tangguh dan selalu mampu bangkit dari kehancuran.
3. Hanya mempunyai dua musim

Darwin hanya memiliki dua musim utama, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung dari November hingga April, dengan udara yang lembap, curah hujan tinggi, dan badai petir yang sering muncul di sore hari. Meskipun terkadang terasa panas dan pengap, banyak orang menikmati suasana tropis ini karena alam terlihat lebih hijau dan segar setelah hujan turun.
Sementara itu, musim kemarau berlangsung dari Mei hingga Oktober dengan cuaca yang cerah, kering, dan malam yang lebih sejuk. Suhu rata-rata berkisar antara 21 hingga 31 derajat Celsius. Ini adalah waktu terbaik untuk menjelajahi alam terbuka, pantai, dan taman nasional di sekitar Darwin. Dua musim ini menjadi ciri khas Darwin yang membuat kota ini terasa berbeda dari kebanyakan wilayah lain di Australia.
4. Rumah bagi buaya air asin terbesar di dunia

Darwin dikenal sebagai rumah bagi buaya air asin terbesar dan terbanyak di dunia. Hewan purba ini telah mendiami wilayah Top End (sebutan untuk kawasan paling utara Australia yang beriklim tropis) selama lebih dari 200 juta tahun dan menjadi bagian penting dari ekosistemnya. Di kawasan ini hidup dua jenis buaya, yaitu buaya air tawar yang relatif jinak dan buaya air asin atau “salties” yang terkenal ganas. Ukurannya bisa mencapai 5 meter dengan berat hingga 500 kilogram, menjadikannya predator terbesar di dunia reptil.
Buaya air asin banyak ditemukan di sungai, rawa, dan pesisir sekitar Darwin. Mereka berperan penting dalam menjaga keseimbangan alam dengan mengontrol populasi mangsa di habitatnya. Mary River National Park bahkan dikenal memiliki populasi buaya terpadat di Northern Territory. Dengan kekuatan dan daya adaptasi luar biasa, buaya air asin menjadi simbol alam liar tropis Australia yang kuat dan menakjubkan.
5. Kota kreatif dengan festival perahu kaleng bir

Setiap tahun, Darwin menunjukkan sisi kreatifnya lewat Beer Can Regatta, festival seru di Pantai Mindil yang pertama kali digelar pada 16 Juni 1974. Acara ini berawal dari ide sederhana untuk membersihkan kota dengan cara berbeda, yaitu membuat perahu dari kaleng bir bekas, botol susu, dan karton minuman. Seiring berjalannya waktu, kegiatan ini berkembang menjadi tradisi tahunan yang penuh semangat dan menjadi bagian dari identitas kota.
Sekarang, Beer Can Regatta selalu dinanti oleh warga dan wisatawan. Setiap tim biasanya membutuhkan sekitar 2.500 kaleng untuk membuat satu perahu, dan tidak ada aturan khusus tentang bentuknya. Festival ini diadakan pada musim kemarau, saat cuaca cerah dan pantai aman dari buaya, menjadikannya perayaan khas Darwin yang memadukan kreativitas, kebersamaan, dan kepedulian terhadap lingkungan.
Darwin mungkin tidak sebesar kota lain di Australia, tapi justru di situlah daya tariknya. Dengan sejarah panjang, alam tropis yang menawan, dan hubungan erat dengan Indonesia, Darwin tumbuh sebagai kota yang sederhana namun berpengaruh. Ia mengingatkan kita bahwa kekuatan sebuah kota terletak pada kemampuannya untuk terus beradaptasi dan membangun hubungan yang baik dengan lingkungannya.



















