Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Blanus (commons.wikimedia.org/Mario modesto)

Intinya sih...

  • Kadal dari genus Blanus sering disebut sebagai kadal cacing
  • Genus ini memiliki 7 spesies yang hidup, tersebar di Eropa dan Afrika utara
  • Kadal cacing adalah predator oportunis yang memakan serangga dan larva, serta bergantung pada habitat untuk mengatur suhu tubuh

Ular bukanlah satu-satunya reptil yang tak memiliki kaki, nyatanya beberapa spesies kadal juga tidak punya kaki, lho. Kadal-kadal tersebut disebut legless lizard atau kadal tanpa kaki. Mereka kadang juga disebut sebagai kadal ular, penyebutan tersebut dipakai karena banyak orang yang tidak bisa membedakan ular dan kadal tanpa kaki. Kadal tanpa kaki juga punya banyak jenis, salah satu yang terkenal adalah kadal dari genus Lialis yang juga kerap disebut kadal pensil.

Namun kadal pensil bukanlah satu-satunya jenis kadal tanpa kaki yang ada di dunia. Bahkan kadal tanpa kaki tak melulu mirip dengan ular, ada beberapa jenis kadal tanpa kaki yang bahkan lebih menyerupai cacing. Kadal tersebut adalah kadal-kadal yang berasal dari genus Blanus yang juga sering disebut sebagai kadal cacing. Bentuk tubuh, gaya hidup sampai kebiasaannya sangat mirip dengan cacing. Genus Blanus juga punya beberapa fakta unik yang akan dibahas di artikel ini!

1. Bentuk tubuhnya sangat mirip dengan cacing

Blanus (commons.wikimedia.org/Benny Trapp)

Walaupun merupakan jenis kadal dan reptil namun hewan ini hampir tidak menunjukkan ciri-ciri reptil jika hanya dilihat sekilas. Seperti namanya yaitu kadal cacing justru hewan ini sangat mirip dengan cacing yang kekerabatannya sangat jauh dengan reptil. Badannya yang kecil, kepalanya yang kecil, badan yang tanpa kaki, bentuk tubuh silinder, kebiasaannya menggali tanah, dan badan yang terlihat beruas sangat mirip dengan cacing tanah.

Ciri fisik reptilnya akan terlihat jika kamu memperhatikan kadal ini dengan detail dan dari jarak yang dekat. Layaknya kadal dan reptil lain ia punya mata dan mulut di kepalanya, hanya saja mata yang ia miliki sangat kecil, berwarna hitam dan punya penglihatan yang buruk. Mulutnya juga terbilang kecil dan tidak sanggup membuka dengan lebar. Sisik-sisik halus dan kecil juga bertebaran di sekujur tubuhnya mulai dari di kepala, punggung, ekor, sampai perut.

2. Memiliki 7 spesies yang masih hidup

Blanus (commons.wikimedia.org/^ozo^)

Genus ini punya cukup banyak spesies, setidaknya ada 7 spesies dari genus Blanus yang masih hidup hingga saat ini, jelas The Reptile Database. Beberapa diantaranya adalah Blanus cinereus, Blanus aporus, Blanus vandellii, dan Blanus mettetali. Selain spesies yang masih hidup para ahli juga menemukan berapa fosil dari genus Blanus di Eropa. Namun para ahli sebenarnya juga masih bingung apakah fosil-fosil tersebut masuk dalam genus Blanus atau hanya masuk di famili blanidae. Penelitian lebih lanjut terhadap fosil-fosil tersebut harus dilakukan demi menjawab misteri yang menyelimuti genus kadal primitif ini.

3. Tersebar di wilayah Eropa dan Afrika bagian utara

Blanus (commons.wikimedia.org/Kristof Zyskowski)

Kadal cacing merupakan hewan yang penyebarannya tidak terlalu luas karena ia hanya bisa ditemukan di daerah Mediterania, terang iNaturalist. Daerah yang jadi wilayah penyebarannya meliputi Benua Eropa dan Afrika bagian utara. Portugal, Spanyol, Turki, Syria, Yunani, Irak, dan Maroko jadi beberapa negara yang jadi tempat tinggal hewan ini. Biasanya ia menguni daerah dengan ketinggian sekitar 400 sampai 1.400 meter di atas permukaan laut. Area bertanah, area yang ditumbuhi rerumputan sedang dan area berbatu jadi tempat kesukaan kadal tanpa kaki ini.

4. Merupakan hewan fosorial yang sering menggali tanah

Blanus (commons.wikimedia.org/Konstantinos Kalaentzis)

Kadal-kadal dari genus Blanus dapat menghuni berbagai macam habitat, namun secara umum mereka lebih memilih daerah kering dan berpasir atau bertanah. Laman EOL menjelaskan kalau pemilihan tempat tersebut berhubungan dengan kebiasaan kadal satu ini yang suka menggali tanah atau bersembunyi di bawah bebatuan dan tanaman. Uniknya kadal ini juga sangat bergantung pada habitatnya untuk mengatur suhu tubuh.

Jika merasa kepanasan kadal cacing akan bersembunyi di bawah batu, menggali tanah atau bersembunyi di semak-semak. Sebaliknya jika merasa kedinginan kadal ini akan keluar dari persembunyiannya untuk mendapatkan sinar matahari. Namun karena ukurannya yang kecil ada banyak hal yang tidak diketahui mengenai kebiasaan dan gaya hidup hewan ini walau sebenarnya populasinya sangat melimpah. Para ahli butuh data dan observasi lebih lanjut untuk mengetahui gaya hidup hewan unik ini.

5. Sering memakan hewan kecil seperti larva serangga

Blanus (commons.wikimedia.org/Bernard DUPONT)

Dilansir Animalia, kadal cacing adalah predator oportunis yang artinya ia akan memakan apapun yang bisa masuk ke mulutnya. Awalnya para ahli berpendapat kalau kadal satu ini hanya memakan hewan-hewan kecil yang hidup di bawah bebatuan dan tanah. Namun penelitian lebih lanjut membuktikan kalau makanannya lebih bervariasi. Hewan-hewan yang masuk ke menu makanan kadal ini biasanya adalah serangga dan larva serangga.

Walau begitu kadal ini sebenarnya lebih memilih untuk memakan larva serangga yang berukuran besar. Jika dibandingkan jenis kadal lain kadal cacing juga tidak terlalu sering berburu dan makan. Karena hal itu saat sekali makan mereka lebih memilih untuk memakan hewan yang punya banyak kandungan energi saat dicerna. Uniknya lagi salah satu spesies kadal cacing, yaitu Blanus cinereus punya preferensi makanan yang unik karena ia tidak mau memakan beberapa spesies semut. 

6. Panjang maksimalnya sekitar 20 cm

Blanus (commons.wikimedia.org/Antonio)

Laman Diputación de Málaga dan Moroccoherps menjelaskan kalau kadal cacing punya panjang sekitar 20 cm. Diketahui kalau panjang maksimal hewan ini bisa mencapai sekitar 28 cm, sama seperti ukuran anakan ular. Karenanya tak jarang ia juga disangka sebagai ular oleh sebagian orang. Tiap spesies punya ukuran yang berbeda namun bentuk tubuh dan warna dari tiap spesies cenderung serupa. Tubuh panjang dan ramping kadal ini biasanya juga dipadukan dengan warna-warna seperti merah muda, cokelat, hitam, cokelat kehitaman, cokelat keunguan, dan abu-abu.

Genus Blanus atau kadal cacing memang terdengar asing di telinga kita, hal ini karena kadal tak berkaki ini tidak dapat ditemukan di Indonesia. Jangankan di Indonesia di negara asalnya saja hewan ini juga cukup sulit ditemukan. Bahkan para ahli masih belum sepenuhnya mengenal hewan ini dan masih terus meneliti tentang kehidupan dan kebiasaannya. Walau begitu kadal satu ini punya banyak keunikan seperti warna, ukurannya sampai habitatnya. Keunikan-keunikan tersebut membuat kadal ini semakin menarik untuk diulik dan ditetili oleh para ahli.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team