6 Keystone Species, Hewan dengan Peran Ekologi Paling Besar di Alam

Segala organisme yang ada di semesta pasti memiliki kontribusi dan peran masing-masing dalam menjaga keseimbangan alam. Namun, tak banyak yang perannya benar-benar kentara. Tak sedikit yang bahkan dikategorikan oleh manusia sebagai hama atau pengganggu, padahal kontribusi mereka amat dibutuhkan.
Apalagi ketika bumi makin memanas dan tak baik-baik saja seperti sekarang. Mulai dari berang-berang sampai rayap, berikut hewan dengan peran ekologi paling besar di alam. Beberapa di antaranya tak terduga, lho.
1. Berang-berang

Dulunya, berang-berang dianggap sebagai musuh karena populasinya yang terus melonjak serta kebiasaannya menggali tanah dan membuat bendungan. Siapa sangka kebiasaan tersebut ternyata mampu mengurangi suhu udara di kompleks permukiman mereka.
Hal ini terbukti dalam penelitian yang dilakukan Dittbrenner, dkk yang dipublikasikan jurnal Ecosphere dengan judul "Relocated Beaver can Increase Water Storage and Decrease Stream Temperature in Headwater Streams". Mereka melakukan relokasi berang-berang di satu kawasan dan melakukan pengamatan berkala selama beberapa waktu.
Dari siru terbukti bahwa sistem bendungan buatan berang-berang memiliki kedalaman dan struktur yang sempurna untuk menjaga temperatur air di permukaan. Salah satu mekanismenya adalah mendorong sirkulasi air dari permukaan yang terbendung untuk turun melalui tanah sehingga terjadi proses penyaringan.
Air yang mengalir melalui bendungan berang-berang akan bersuhu lebih rendah dan lebih bersih. Tak hanya untuk spesies mereka sendiri, organisme air di sekitarnya pun akan ikut diuntungkan.
2. Rayap

Rayap adalah binatang yang berperan penting dalam mengurai sisa organisme. Melansir tulisan Chaudhary dan Kumar yang berjudul "Sustainable Use of Termite Activity in Agro-Ecosystems with Reference to Earthworms", rayap bisa mengeluarkan senyawa kimia tertentu selama proses tersebut dan akhirnya akan turut memperkaya nutrisi serta memperbaiki struktur tanah di sekitarnya.
Tanah hasil daur ulang rayap biasanya adalah spot yang kaya nutrisi, terutama berupa nitrogen dan karbon. Mereka juga bisa mendorong terbentuknya lapisan humus di permukaan tanah yang biasanya terdiri dari clay, lanau, dan material organik.
Sementara, aktivitas mereka mencari makanan (foraging) ternyata mampu memperbaiki pori-pori tanah. Dengan begitu tanah akan memiliki daya serap air dan sirkulasi udara yang lebih baik.
3. Hiu

Sama dengan rayap dan berang-berang, hiu juga banyak dihindari karena dilabeli musuh manusia. Ia dianggap predator berbahaya, tetapi di sisi lain jadi korban eksploitasi industri perikanan.
Dilansir Oceana Europe, hiu ternyata memiliki kecenderungan memangsa ikan dan organisme air yang paling lemah terlebih dahulu. Dengan begitu, ia bisa mengurangi risiko penyebaran penyakit secara tidak langsung.
Menurut liputanThe Guardian, mekanisme memangsa yang dilakukan dengan cara yang terarah. Secara tidak langsung, mereka mampu menjaga kelestarian terumbu karang. Terbukti dengan berkurangnya populasi hiu, kualitas terumbu karang dan jumlah ikan kecil akan ikut terdampak.
4. Cacing tanah

Cacing tanah adalah jenis hewan yang sangat umum ditemukan dulu. Keberadaannya adalah pertanda kesuburan tanah. Sayangnya, akhir-akhir ini cacing tanah berkurang drastis jumlahnya.
Blouin, dkk dalam riset mereka yang berjudul "A Review of Earthworm Impact on Soil Function and Ecosystem Services" menemukan bahwa cacing tanah bisa mempercepat proses pembentukan humus. Humus biasanya bisa terbentuk sendiri melalui proses kimiawi dan biologi yang panjang. Cacing tanah bisa mempercepatnya dengan mengubur sisa-sisa organisme ke dalam tanah, dan sebaliknya membawa lapisan terdalam tanah menuju permukaan.
Sama dengan rayap, cacing bisa memperbaiki struktur tanah dan menjaga porositasnya di level ideal. Porositas yang ideal akan mempermudah penyerapan air serta menjamin sirkulasi udara sehingga tanah akan lebih mudah ditanami.
5. Polinator (kupu-kupu, lebah, hingga burung)

Kupu-kupu, lebah, burung, dan beberapa serangga lain seperti hoverflies bisa dikategorikan sebagai polinator atau agen penyerbukan tanaman. Sayangnya dengan popularitas pestisida yang terus naik, fungsi dan tugas mereka pun terganggu.
Dilansir U.S. Department of Agriculture, sekitar 35 persen tanaman di dunia proses reproduksinya bergantung pada polinator. Tanpa mereka, penyerbukan sejumlah spesies tanaman akan terancam. Bahkan untuk mengatasi jumlah polinator yang berkurang karena bahan kontaminan yang disemprotkan pada tanaman, terkadang pegiat agribisnis akan menggunakan lebah yang mereka ternak sendiri.
6. Kelelawar

Merujuk tulisan Geda dan Balakrishnan yang berjudul "Ecological and Economic Importance of Bats", kelelawar punya beberapa peran ekologi yang krusial. Mereka antara lain berperan sebagai polinator, pemangsa hama, penyebar biji tanaman, hingga menyuburkan tanah lewat aktivitasnya dalam mencari makanan.
Keenam hewan di atas dijuluki oleh para ilmuwan sebagai keystone species, yaitu organisme yang punya peran prominen untuk menjaga keseimbangan alam. Tidak hanya hewan, tumbuhan bisa juga dimasukkan ke dalamnya. Misalnya saja pohon bakau.
Biasanya keystone species ini adalah organisme yang memiliki peran sebagai predator (berada di lapisan piramida paling atas dalam rantai makanan), arsitek (bisa menciptakan struktur atau sistem tertentu) dan mutualis (menghasilkan sinergi atau simbiosis mutualisme).