Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pompeii dari Timur, 7 Fakta Kota Pamatan di Pulau Lombok yang Hilang

ilustrasi kota hilang (pixabay.com/DUOTONE_)

Tak hanya Pompeii di Italia, ternyata Indonesia juga punya kota yang terkubur akibat bencana letusan gunung api. Kota Pamatan terletak di pulau Lombok. Diyakini kota ini hilang akibat adanya bencana alam sekitar abad ke-13.

Menurut Lavigne dkk, sekelompok peneliti yang melakukan observasi terkait kota ini, mengungkapkan jika kota ini dapat ditemukan, maka dapat disebut sebagai Pompeii dari Timur. Biar gak semakin penasaran, simak informasi tentang Kota Pamatan yang hilang berikut ini, yuk!

1. Terkubur oleh letusan Gunung Samalas

Kompleks Gunung Rinjani (instagram.com/visitmountrinjani)

Letusan Gunung Samalas yang terjadi pada 1257 merupakan salah satu letusan gunung api terdahsyat dalam sejarah peradaban manusia. Gunung Samalas sendiri terletak di kompleks Gunung Rinjani. Para peneliti melakukan penelitian penanggalan karbon pada inti es yang ditemukan di Kutub Utara dan Kutub Selatan, hasilnya ditemukan kandungan endapan batu apung, sulfat yang berasal dari letusan gunung api yang sama dan memiliki usia sekitar abad ke-13. Kesimpulannya, maka ada sebuah letusan dahsyat hingga melontarkan material hingga ke kedua kutub.

Melalui uji geokimia batuan dan pohon di Gunung Samalas, ditemukan kandungan yang sama dengan yang ditemukan di kedua kutub sebelumnya. Melalui penanggalan karbon juga, umur material yang ditemukan di sekitar Rinjani memiliki umur letusan yang sama yaitu di abad-13.

Letusan Samalas pada abad ke-13 ini sangat dahsyat. Pelepasan belerang dan aerosol dari letusan ini mencapai hingga lapisan stratosfer. Hasil letusan sampai ke kedua kutub dan menyebabkan penurunan suhu bumi. Akibatnya bertahun-tahun bumi gelap dan menyebabkan wabah penyakit dan gagal panen. Diperkirakan sekitar 20 ribu jiwa di seluruh dunia meninggal akibat peristiwa ini. Letusan yang mengerikan tersebut dan juga terkuburnya Kota Pamatan dijelaskan pada dokumen Babad Lombok.

2. Tertulis dalam sejarah Babad Lombok

Babad Lombok (youtube.com/Kanal Pengetahuan Dan Informasi Fakultas Geografi)

Babad Lombok menyebutkan bahwa terdapat sebuah peradaban yang dibangun oleh penduduk dari Desa Lae. Dalam Babad Lombok tersebut mengatakan bahwa penduduk Desa Lae pindah dan membangun kota yang indah yang mereka namakan dengan Pamatan. Mereka membangun benteng, tembok tinggi, dan pagar.

Kota Pamatan memiliki bangunan yang cukup lengkap. Disebutkan bahwa di sana terdapat rumah, lumbung, dapur, balai penginapan, balai pertemuan, jalan, dan taman yang mengelilingi kota. Kondisi kota selalu ramai dengan aktivitas masyarakat.

3. Belum ditemukan hingga saat ini

ilustrasi kota di lereng kaki gunung (pixabay.com/DEZALB)

Akibat letusan Gunung Salamas tersebut, Kota Pamatan diperkirakan terkubur. Hingga saat ini keberadaan pastinya belum di ketahui. Asumsi yang dibuat ialah keberadaan kota ini berada pada lereng-lereng Gunung Samalas bagian utara, barat, dan timur.

Hal tersebut juga disebutkan pada Babad Lombok, bahwa mereka tinggal di bawah lereng kaki sebuah gunung. Saat ini penelitian lanjutan masih terus dilakukan untuk mengungkap keberadaan kota ini.

4. Merupakan ibu kota Kerajaan Pamatan yang memiliki peradaban maju

ilustrasi kota kuno (pixabay.com/Skitterphoto)

Kota Pamatan adalah ibukota dari Kerajaan Pamatan. Peradaban saat itu cukup maju. Tertulis dalam Babad Lombok, bahwa bangunan-bangunan di kota ini cukup lengkap dan kehidupan masyarakatnya yang sejahtera dan makmur tanpa kekurangan. Diperkirakan jumlah penduduk di Kota tersebut sekitar 10 ribu jiwa.

Kerajaan Pamatan memiliki seorang raja yang dipilih melalui musyawarah antar masyarakat. Saat terjadinya letusan Samalas, disebutkan juga bahwa keluarga raja selamat dan menyelamatkan diri di tempat yang disebut Jeringo.

5. Diperkirakan merupakan kota pesisir

ilustrasi kota pesisir (pixabay.com/rosemaria)

Babad Lombok juga menyebutkan bahwa digambarkan saat letusan masyarakat banyak yang melarikan diri menggunakan kapal. Disebutkan juga bahwa rumah masyarakat hanyut hingga lautan. Maka kemungkinan kota ini cukup dekat dengan laut.

Kota ini memiliki hasil laut yang melimpah. Selain itu, dikatakan bahwa para pedagang dari orang-orang Suku Bajo bahkan datang untuk berdagang di kota ini.

6. Sumber daya alam yang melimpah dan subur

ilustrasi lahan subur (pixabay.com/chienba)

Menurut para peneliti, posisi geologi Pamatan merupakan wilayah vulkanik yang menyebabkan lahan di kota ini cukup subur. Selain subur, pada wilayah vulkanik biasanya mata air melimpah. Sedangkan pada wilayah lebih rendah memiliki cukup banyak simpanan air tanah.

Suburnya lahan di Kota Pamatan juga disebutkan dalam dokumen Babad Lombok. Banyak tanaman yang hidup subur di tanah Pamatan, mulai dari sayuran hingga buah-buahan. Diungkapkan juga bahwa kota ini menghasilkan hasil laut cukup melimpah seperti ikan, kepiting, tiram, dan rumput laut. Selain hasil tani dan laut, dijelaskan juga bahwa Pamatan memiliki hutan yang indah dan dihuni banyak hewan.

7. Penemuan ini hasil dari penelitian kolaborasi peneliti asal Indonesia dan sejumlah negara

Universitas Gadjah Mada (ugm.ac.id)

Penemuan tentang Pamatan dan Samalas ini dipublikasikan pada sebuah paper  tahun 2013. Sejumlah peneliti ternama dari Indonesia, Perancis, Swiss, dan Inggris bekerja sama dalam penelitian ini.

Penelitian ini dilakukan oleh oleh Franck Lavigne dari Université Paris Panthéon-Sorbonne, Perancis. Ia ditemani oleh Vincent Robert dan Edouard de Belizal yang berasal dari universitas yang sama. Jean-Philippe Degeai berasal dari Université Paris Panthéon-Sorbonne dan Université Montpellier, Perancis. Jean-Christophe Komorowski dan Céline M. Vida berasal dari Institut de Physique du Globe, Perancis serta Patrick Wassmer dari Université Paris Panthéon-Sorbonne, Perancis dan Université de Strasbourg, Perancis.

Selain dari Perancis, juga terdapat peneliti dari Swiss dan Inggris yaitu Sébastien Guillet dari Institute of Geological Sciences, University of Bern, Swiss. Pierre Lahitte dari Département des Sciences de la Terre (IDES), Université Paris. Clive Oppenheimer dari University of Cambridge, UK. Markus Stoffel dari Institute of Geological Sciences, University of Bern, Swiss dan Department of Earth Sciences, Institute for Environmental Sciences, University of Geneva, Swiss serta Irka Hajdas dari Laboratory of Ion Beam Physics, Eidgenössiche Technische Hochschule, Swiss.

Selain peneliti dari luar negeri, juga ada beberapa peneliti asal Indonesia yaitu Danang Sri Hadmoko dari Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Surono dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung dan Indyo Pratomo dari Museum Geologi, Bandung.

Nah, itu tadi informasi mengenai Kota Pamatan yang hilang. Menarik bukan? Tuliskan komentar kalian tentang kota satu ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Chalimatus Sa'diyah
EditorChalimatus Sa'diyah
Follow Us