Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Fakta Menarik Burung Pelatuk yang Bikin Kamu Terpana 

sarang burung pelatuk (pexels.com/Iván Hernández-Cuevas)
sarang burung pelatuk (pexels.com/Iván Hernández-Cuevas)
Intinya sih...
  • Burung pelatuk, penjaga ekosistem yang membantu regenerasi hutan dengan adaptasi fisik luar biasa
  • Tengkorak kaku dan paruh burung pelatuk meminimalkan getaran saat mematuk pohon, sementara lidahnya dilengkapi kait mikroskopis dan lendir lengket
  • Mereka menggali sarang berbentuk lorong lurus ke dalam pohon, membantu membersihkan hutan dengan mematuk pohon mati atau sekarat
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Burung pelatuk, si ahli mematuk pohon, menyimpan segudang keunikan yang kerap luput dari perhatian. Spesies ini tidak hanya pandai membuat lubang di batang kayu, tetapi juga memiliki adaptasi fisik luar biasa untuk bertahan dari benturan keras. Bagaimana mereka mematuk hingga 20 kali per detik tanpa cedera otak? Mengapa keberadaan mereka vital bagi kesehatan hutan? Simak jawabannya dalam deretan fakta tak terduga berikut!

Burung pelatuk tersebar di hampir seluruh benua kecuali Australia, Madagaskar, dan kutub ekstrem, dengan lebih dari 200 spesies yang teridentifikasi. Mereka tidak sekadar “tukang kayu” alam, melainkan penjaga ekosistem yang membantu regenerasi hutan. Dari struktur tubuh dan kebiasannya yang unik , inilah sisi lain burung pelatuk yang patut dikagumi!

1. Burung pelatuk mematuk 20 kali per detik tanpa cedera

ilustrasi burung pelatuk mematuk pohon (pexels.com/Mirco Violent blur)
ilustrasi burung pelatuk mematuk pohon (pexels.com/Mirco Violent blur)

Selama ini, banyak yang mengira burung pelatuk terlindungi dari cedera otak karena "bantalan" di tengkoraknya. Faktanya, menurut laman Science membuktikan tengkorak mereka justru bersifat kaku seperti palu untuk meminimalkan getaran. Kombinasi paruh lurus, otak kecil (2 gram), dan posisi otak yang sejajar dengan arah benturan menjadi kunci utamanya.

Penelitian Brown University menjelaskan, durasi kontak paruh dengan kayu yang super singkat (0,5–1 milidetik) mencegah penumpukan energi perusak. Tulang hyoid yang melingkari tengkorak berfungsi sebagai penstabil mekanis, bukan penyerap guncangan. Ditambah massa otak yang minim, burung pelatuk mengalirkan energi benturan ke seluruh tubuh—seperti karateka yang memecahkan batu tanpa merusak tangan!

2. Lidahnya mencapai 3 kali panjang paruh, seperti sabuk

burung pelatuk (pexels.com/Patrick Droog)
burung pelatuk (pexels.com/Patrick Droog)

Lidah burung pelatuk merupakan contoh evolusi yang spektakuler. Saat tidak digunakan, lidah ini terlipat rapi di belakang tengkorak, melingkari tulang hyoid layaknya kumparan tali. Ketika berburu, lidahnya dapat dijulurkan hingga 15 cm untuk menjangkau serangga di celah kayu yang sempit.

Selain itu, ujung lidahnya dilengkapi kait mikroskopis dan lendir lengket untuk mencengkeram mangsa. Beberapa spesies, seperti pelatuk hijau, bahkan memiliki ujung lidah berbentuk sikat untuk mengumpulkan larva. Fungsi ini mirip dengan alat perangkap serbaguna yang mampu beradaptasi dengan berbagai jenis mangsa!

3. Pendengaran tajam untuk mendeteksi mangsa di balik kayu

ilustrasi burung pelatuk mencari mangsa (pexels.com/Rajiv Krishnan)
ilustrasi burung pelatuk mencari mangsa (pexels.com/Rajiv Krishnan)

Burung pelatuk mengandalkan pendengaran super sensitif untuk menemukan serangga yang bersembunyi di balik lapisan kayu. Mereka mengetuk permukaan pohon secara ritmis, lalu menganalisis gema suara untuk mengidentifikasi lokasi rongga atau gerakan larva. Teknik ini mirip dengan dokter yang mengetuk dinding untuk mencari bagian kosong!

Menurut Commonwealth of Pennsylvania, getaran suara dari aktivitas serangga (seperti suara mengunyah atau merayap) menjadi petunjuk utama. Burung pelatuk bahkan bisa membedakan suara kayu berlubang yang berisi mangsa dan yang kosong. Kemampuan ini didukung struktur telinga unik yang mampu menangkap frekuensi rendah hingga 1.000 Hz—rentang suara dominan dari gerakan serangga.

4. Sarang dalam pohon, apartemen gratis untuk hewan

burung pelatuk sedang membuat sarang (pexels.com/Bernhard Rauch)
burung pelatuk sedang membuat sarang (pexels.com/Bernhard Rauch)

Burung pelatuk menggali sarang berbentuk lorong lurus ke dalam pohon, dengan kedalaman mencapai 50–75 cm—sekitar panjang lengan orang dewasa! Kedalaman ini melindungi telur dan anaknya dari predator seperti ular atau musang. Serpihan kayu sisa galian tertinggal di dasar sarang, berfungsi sebagai alas empuk alami.

Sarang ini tidak hanya nyaman, tetapi juga membantu menjaga suhu tetap stabil (25–30°C) meski cuaca di luar panas atau hujan. Menurut Cornell Lab of Ornithology, bekas sarang burung pelatuk sering dimanfaatkan burung lain, seperti burung layang-layang atau kelelawar, layaknya apartemen gratis. Jadi, mereka tak cuma membangun rumah sendiri, tapi juga menyediakan tempat tinggal untuk makhluk hutan lainnya!

5. Lebih suka pohon mati

sarang burung pelatuk (pexels.com/Iván Hernández-Cuevas)
sarang burung pelatuk (pexels.com/Iván Hernández-Cuevas)

Burung pelatuk justru membantu membersihkan hutan dengan mematuk pohon mati atau sekarat. Kayu yang sudah lapuk lebih mudah digali dan kaya serangga seperti semut atau larva kumbang. Di pohon mati ini, mereka juga menggali sarang tanpa merusak ekosistem—bahkan mempercepat proses penguraian alami.

Meski lebih suka pohon mati, burung pelatuk sesekali “inspeksi” pohon hidup untuk mencari serangga di balik kulit kayu. Mereka mengelupas kulit kayu untuk menjangkau mangsa di lapisan dalam. Bagi pemilik kebun, ini kabar baik: burung pelatuk jarang merusak pohon sehat, karena target utamanya adalah area yang sudah terinfeksi hama!

6. Tukang kayu hutan yang menyuburkan ekosistem

burung pelatuk (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)
burung pelatuk (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Burung pelatuk disebut insinyur ekosistem karena lubang yang mereka buat di pohon mati menjadi rumah bagi ratusan spesies, mulai dari burung layang-layang hingga kelelawar. Lubang ini juga mempercepat dekomposisi kayu oleh jamur dan bakteri, menyuburkan tanah hutan. Bahkan, kebanyakan hewan pemakai lubang sarang bergantung pada hasil galian burung pelatuk ini.

Mereka juga membantu petani hutan dengan memakan hama penggerek kayu seperti kumbang bark beetle. Selain itu, satu burung pelatuk dewasa bisa memakan 1.000–2.000 larva serangga per hari. Jadi, mereka bukan sekadar penjaga hutan, tapi juga pembersih hama alami!

Burung pelatuk adalah bukti bahwa alam menyimpan jutaan keajaiban yang belum sepenuhnya kita pahami. Dari teknik bertahan hidup hingga kontribusi ekologis, mereka layak disebut sebagai insinyur alam sejati. Mari menjaga habitatnya agar keunikan ini tetap lestari!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us