5 Fakta Menarik Kasuari Selatan, 'Dinosaurus' yang Hidup di Papua

Kalau dilihat dari penampilannya saja, kasuari (genus Casuarius) memang tak telihat seperti hewan biasa. Badannya penuh dengan rambut kasar berwarna hitam dan kehadiran sebuah tanduk—yang biasa disebut kaska—sekilas membuat mereka nampak seperti dinosaurus. Ada tiga spesies kasuari yang tersebar di kawasan Papua, Australia, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Salah satu yang paling menarik untuk dibahas tentunya adalah kasuari selatan atau kasuari gelambir-ganda (Casuarius casuarius).
Kasuari ini merupakan yang paling besar ketimbang saudaranya yang lain. Panjang tubuhnya sekitar 127—170 cm, tingginya saat berdiri tegak antara 150—180 cm, dan bobotnya ada dalam rentang 29—59 kg. Ukuran inilah yang membuat kasuari jadi jenis burung paling besar yang bisa ditemukan di Indonesia dan Papua Nugini. Kaska milik kasuari selatan juga yang paling besar karena bisa tumbuh sepanjang 13—16 cm. Sedangkan nama gelambir-ganda dari jenis ini berasal dari dua pial berwarna merah di area dagunya yang bisa tumbuh sepanjang 17,8 cm.
Bagian kepala burung ini punya perpaduan warna yang cukup unik. Pasalnya, pada bagian leher mereka memiliki warna biru, bagian belakang leher berwarna merah, dan warna agak putih kekuningan di area belakang mata. Selain soal penampilan, kasuari selatan juga memiliki sejumlah fakta menarik lain yang sayang dilewatkan. Penasaran dengan burung terbesar di negara kita ini, kan? Yuk, simak fakta lengkapnya berikut ini!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Sesuai dengan namanya, kasuari selatan dapat ditemukan di bagian selatan Pulau Papua. Selain itu, mereka juga berada di Australia bagian utara, tepatnya Cape York, dan beberapa pulau seperti Aru dan Seram. Di peta persebarannya, kasuari selatan hidup di kawasan hutan hujan, hutan eukaliptus, sabana, ataupun rawa-rawa. Biasanya, burung ini ditemukan pada ketinggian mulai dari 0 hingga 1.100 mdpl.
Dilansir Animal Diversity, kasuari selatan secara khusus merupakan pemakan buah-buahan. Oleh karena absennya kemampuan terbang pada burung yang satu ini, kasuari selatan harus berkeliling ke sekitar habitatnya demi mencari buah yang sudah jatuh dari pohonnya. Menariknya, terkadang burung ini akan mengonsumsi serangga, vertebrata kecil, sampai jamur-jamuran sebagai pelengkap menu makanannya sehari-hari. Uniknya, beberapa menu makanan mereka itu sebenarnya beracun, tetapi sistem pencernaan kasuari selatan dapat mengatasi racun-racun pada buah hingga jamur dengan baik.
2. Menghasilkan suara yang unik

Meski perawakan kasuari selatan nampak menyeramkan, mereka tetaplah keluarga burung yang dapat berkomunikasi lewat suara. Tentunya, ada beberapa jenis suara yang bisa dikeluarkan kasuari ini. Menariknya, kaska yang ada di atas kepalanya itu tak hanya berfungsi sebagai aksesoris, tapi juga bermanfaat untuk menghasilkan suara, lho.
San Diego Zoo melansir kalau kaska milik kasuari selatan diperkirakan berperan untuk memperkuat suara sekaligus memproyeksikannya dalam frekuensi yang rendah, yaitu sekitar 23 Hertz. Maka dari itu, saat sedang memanggil kasuari lain, mereka bisa menghasilkan suara yang keras dan dalam, tetapi sulit untuk manusia dengar. Salah satu alasan mengapa kasuari selatan perlu mengirimkan suara dalam frekuensi rendah diduga supaya suara mereka bisa menjangkau jarak yang lebih jauh. Sebab, sebagai hewan yang menyendiri, biasanya jarak antara satu individu dengan individu lain sangat jauh sehinga suara mereka perlu menjangkau seluruh kawasan di habitatnya.
Suara yang dihasilkan kasuari selatan meliputi panggilan pada pasangan di sekitar ketika musim kawin, bunyi-bunyi untuk menunjukkan agresifitas, serta suara seperti auman. Nah, auman dari kasuari ini justru mampu menghasilkan suara dengan desibel yang cukup tinggi, yakni sekitar 40 db. Sebenarnya, dengan desibel sebesar itu, suara dari kasuari masih lebih keras ketimbang suara-suara lain di sekitar hutan, lho.
3. Kaki kuat dengan berbagai fungsi

Kalau bicara soal kasuari, pasti tak akan lepas dari sepasang kaki milik burung ini yang sangat tersohor. Kaki kasuari selatan sangat besar sekaligus kuat dan masih memiliki senjata di ujungnya, yaitu cakar yang bisa mencapai panjang 12 cm! Tak bisa terbang tentunya bukan masalah sama sekali bagi kasuari selatan berkat sepasang kaki tersebut. Sebab, mereka bisa berlari hingga kecepatan 50 km per jam dan berenang dengan baik.
Tak berhenti sampai di situ, pada bagian tubuh inilah alat pertahanan utama kasuari selatan berada. Saat merasa terancam, kaki mereka mampu memberikan satu tendangan karate yang sangat kuat dan bisa mengoyak apapun yang ditendangnya, mengutip Fact Animal. Parahnya lagi, kasuari selatan bisa saja berperilaku agresif tanpa diprovokasi, khususnya ketika mereka sedang merawat anak-anaknya. Manusia pun tak lepas dari tendangan mematikan kasuari selatan.
4. Sistem reproduksi

Sebenarnya, kasuari selatan tergolong hewan poliandri, yang artinya betina akan kawin dengan beberapa pejantan sepanjang musim kawin yang dimulai sejak Juni hingga Oktober. Biarpun tergolong poliandri, para kasuari jantan biasanya jadi pihak yang aktif untuk mencari betina dengan panggilan, "bo-bo-bo-bo". Saat selesai kawin dengan satu jantan, kasuari selatan betina akan meletakkan 4—8 butir telur berwarna hijau di sarang yang terbuat dari sisa-sisa tanaman sebelum akhirnya pergi untuk mencari pejantan lain.
Nah, peran induk kasuari selatan di sini bisa dibilang cukup jarang ditemui. Pasalnya, kasuari selatan jantan akan bertugas menjaga telur-telur ini hingga menetas, melansir Australian Museum. Pada masa ini, kasuari jantan akan menjadi sangat agresif dan tak segan menyerang apapun yang mencoba mendekati telurnya. Butuh waktu sekitar 47—61 hari bagi telur kasuari selatan sebelum akhirnya menetas.
Sekalipun telur-telur itu sudah menetas, bukan berarti tugas induk jantan berakhir. Ia akan menjaganya dari predator yang bisa memburu anak-anak kasuari dan mengajarinya bagaimana cara bertahan hidup di alam liar. Sang jantan akan mengurus anak-anaknya ini hingga usia 9 bulan sebelum akhirnya pergi dan membiarkan mereka hidup mandiri.
5. Spesies penting untuk menjaga kelestarian hutan

Berkat kebiasaan makan buah dari kasuari selatan, burung yang satu ini bisa dibilang jadi salah satu hewan paling penting untuk ekosistemnya. Sebab, saat sedang makan buah, kasuari selatan biasanya turut mengonsumsi biji yang ada di dalamnya. Kemudian, sistem pencernaan kasuari yang tak dapat mencerna biji-biji itu dengan baik sehingga akan terus terbawa hingga mereka membuang kotoran.
Dilansir San Diego Zoo, kotoran dari kasuari terlihat berwarna-warni karena memang mengandung biji buah di dalamnya. Tak kurang dari 75 buah tanaman yang dikonsumsi burung ini sehingga menjadikannya polinator penting bagi tanaman. Sebab, biji tanaman yang dikeluarkan kasuari selatan akan tertanam secara alami dan memiliki pupuk alami sehingga regenerasi ekosistem hutan di habitat kasuari selatan bisa terjaga dengan baik.
Walaupun tak memiliki predator alami, manusia nyatanya tak hanya bisa memburu kasuari selatan, tetapi juga menghancurkan populasi mereka. Sejumlah aktivitas seperti pembukaan hutan, kerusakan hutan, hingga pengenalan hewan-hewan domestik perlahan membuat populasi kasuari selatan terus menurun hingga 30 persen dalam 30 tahun terakhir. Oleh sebab itu, saat ini IUCN Red List menempatkan kasuari selatan sebagai hewan yang rentan punah (vulnerable) dengan populasi di alam liar diperkirakan sekitar 20—49 ribu individu.
Jadi, itu dia kelima fakta dari kasuari selatan yang dijuluki sebagai burung paling berbahaya di dunia ini. Sayangnya, lagi-lagi manusia punya andil besar dalam rusaknya populasi hewan yang menakjubkan ini. Semoga saja kesadaran kita untuk menjaga alam semakin tumbuh supaya burung dengan penampilan seperti dinosaurus ini bisa terus eksis sampai generasi-generasi yang akan datang, ya!