Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Menarik Vulture Hutan, Burung Pemakan Bangkai Asli Amazon

Vulture hutan (commons.wikimedia.org/Christoph Moning)
Vulture hutan (commons.wikimedia.org/Christoph Moning)

Cathartes melambrotus atau vulture hutan merupakan salah satu burung karnivor yang berasal dari Hutan Amazon. Namun tak seperti karnivor lain yang memakan mamalia, ikan, atau reptil, burung berwarna hitam ini justru hanya mau memakan bangkai. Nah, untuk bisa memakan bangkai, hewan ini mengembangkan berbagai adaptasi. Selain itu, vulture hutan juga mudah dikenali dari kepalanya yang berwarna kuning.

Seperti spesies vulture lain, vulture hutan memiliki ukuran tubuh yang besar dan bentang sayap yang lebar. Ia juga kerap ditemukan bertengger di atas pohon, entah sendiri, berpasang-pasangan, atau berkelompok. Sayangnya, spesies ini tidak seterkenal vulture lain yang hidup di Afrika, Asia, dan Amerika Utara. Oleh karena itu, kali ini kita akan membahas beberapa fakta unik mengenai vulture hutan supaya kamu lebih mengenal burung ini!

1. Punya kepala kuning yang jadi ciri khasnya

Vulture hutan (inaturalist.org/Sébastien SANT)
Vulture hutan (inaturalist.org/Sébastien SANT)

Vulture hutan memiliki julukan lain, yaitu vulture kepala kuning raksasa. Nah, seperti julukannya tersebut, hewan ini memiliki tubuh besar dan kepala yang berwarna kuning. Pertama, panjangnya berkisar antara 64 sampai 75 centimeter, cukup besar untuk ukuran burung vulture. Jika berbicara bentang sayap, sayap hewan ini membentang sekitar 1,6 sampai 1,7 meter. Dengan ukuran sebesar itu, ia jadi salah satu burung terbesar di habitatnya.

Secara umum, seluruh tubuh hewan ini diselimuti bulu berwarna hitam yang pekat. Namun bagian leher dan kepalanya justru botak dan sama sekali tidak berbulu. Bagian tersebut juga tidak berwarna hitam dan justru memiliki warna cerah, seperti kuning dan pink. Karena perbedaan warna tersebut ia mudah dikenali, bahkan dari kejauhan sekalipun. Matanya juga besar, bulat, dan paruhnya melengkung serta runcing khas burung pemakan daging.

2. Hidup di Hutan Amazon yang terkenal

Vulture hutan (commons.wikimedia.org/Christoph Moning)
Vulture hutan (commons.wikimedia.org/Christoph Moning)

Dilansir BirdLife DataZone, vulture hutan merupakan hewan endemik Amerika Selatan dan bisa dijumpai di Brazil, Venezuela, Bolivia, Peru, Ekuador, Kolombia, sampai Guyana. Nah, secara spesifik ia sangat mudah ditemukan di Hutan Hujan Amazon yang merupakan salah satu hutan hujan tropis paling terkenal di dunia. Ia juga bukan termasuk burung migrasi yang akhirnya hewan ini tak akan berpindah tempat dalam jarak yang jauh.

Di Hutan Amazon, burung ini sering terlihat bertengger di atas pohon, beraktivitas di area lembab, atau mencari makanan di lantai hutan. Ia kerap berinteraksi dengan hewan lain, seperti kapibara, anaconda, dan jaguar. Hutan Amazon memang luas dan masih asri. Sayangnya, saat ini manusia mulai mengeruk dan merusak hutan tersebut. Alhasil, populasi vulture hutan dan hewan lain di sana mulai terusik dan terancam.

3. Vulture hutan hanya mau memakan bangkai

Vulture hutan (commons.wikimedia.org/Sidnei Dantas)
Vulture hutan (commons.wikimedia.org/Sidnei Dantas)

Sebagai vulture, vulture hutan merupakan pemakan bangkai sejati, jelas Animalia. Ia sering memakan hewan yang mati, sisa makanan hewan lain, atau hewan yang terlindas kendaraan. Saat memakan bangkai, vulture hutan lebih suka memakan daging yang masih segar. Uniknya, paruh burung ini tak terlalu kuat sehingga ia kerap kesulitan untuk mengoyak daging segar. Biasanya ia akan bisa memakan bangkai selama beberapa hari sebelum akhirnya bangkai tersebut terlalu membusuk dan mengandung bakteri berbahaya.

Dalam mencari makanan, vulture hutan mengandalkan penglihatannya yang tajam. Spesifiknya, hewan ini akan bertengger di atas pohon sembari mencari bangkai yang tergeletak di atas tanah. Nah, karena sangat suka memakan bangkai vulture hutan punya peran penting di alam sebagai dekomposer alami. Dengan memakan bangkai, ia mencegah penularan penyakit dan mempercepat penguraian bangkai.

4. Memiliki kebiasaan urohidrosis yang tidak biasa

Vulture hutan (inaturalist.org/Christoph Moning)
Vulture hutan (inaturalist.org/Christoph Moning)

Laman AviBase menjelaskan kalau vulture hutan memiliki kebiasan urohidrosis yang sangat unik. Urohidrosis sendiri merupakan kebiasaan di mana burung akan mengencingi atau membuang kotorannya dengan sengaja di bagian kaki. Nah, hal tersebut dilakukan untuk mendinginkan kakinya. Dalam hal ini, air yang menguap akan membuat kakinya dingin dan akhirnya menstabilkan suhu tubuh hewan ini. Kebiasaan urohidrosis ini tak dimiliki oleh semua jenis burung. Secara spesifik, hanya vulture dunia baru dan burung bangau yang sering melakukannya.

5. Termasuk spesies vulture dunia baru

Vulture hutan (inaturalist.org/Phil Kahler)
Vulture hutan (inaturalist.org/Phil Kahler)

Vulture hutan berasal dari famili Cathartidae yang artinya ia termasuk spesies vulture dunia baru atau condor, jelas iNaturalist. Cathartidae sendiri terdiri atas tujuh spesies, yaitu Coragyps atratus, Cathartes aura, Cathartes burrovianus, C. melambrotus, Gymnogyps californianus, Vultur gryphus, dan Sarcoramphus papa. Mereka semua hanya bisa ditemukan di benua Amerika, tepatnya di wilayah Kanada, Amerika Serikat, sampai Amerika Selatan. Beberapa spesies vulture dunia baru juga terancam punah, karenanya kita harus menjaga dan melestarikan mereka.

Seperti namanya, vulture hutan merupakan burung berukuran besar yang hidup di hutan. Sebagai burung vulture, ia hanya mau memakan bangkai dan sisa-sisa hewan lain. Hewan ini juga termasuk burung berukuran besar, bahkan bentang sayapnya lebih dari 1,5 meter. Tak hanya itu, vulture hutan juga sering mengencingi kakinya yang mana hal tersebut berguna untuk menstabilkan suhu tubuh. Terakhir, ia merupakan vulture dunia baru yang hanya bisa ditemukan di Amerika.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us