Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Musang Sulawesi, Predator Puncak di Habitat Alami!

keu18001bg2023bg08bg09bg02bg26bg47bg185bg0_bf13c955-cab1-42fd-89de-9fc616d64809.jpeg
potret musang sulawesi yang tertangkap kamera jebak tim Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (boganinaniwartabone.org)

Kalau berbicara soal hewan endemik Sulawesi, beberapa yang muncul di benak kita pasti adalah anoa (Bubalus quarlesi dan Bubalus depressicornis) maupun babirusa (genus Babyrousa). Padahal masih ada beberapa hewan endemik lain dari pulau terbesar keempat di Indonesia ini. Salah satu di antaranya adalah musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii).

Hewan ini tampil dengan rambut pendek berwarna kecokelatan pada bagian punggung dan putih pada bagian perut. Terdapat kumis dengan campuran warna putih dan cokelat, serta ekor bermotif cincin warna cokelat tua. Percaya tak percaya, musang ini jadi predator darat terbesar yang bisa kita jumpai di Pulau Sulawesi, lho. Sebesar apa ukuran dan apa saja fakta menarik dari mereka? Yuk, simak fakta lengkap musang sulawesi di bawah ini!

1. Berapa ukuran musang sulawesi?

ilustrasi musang sulawesi (commons.wikimedia.org/Königl)
ilustrasi musang sulawesi (commons.wikimedia.org/Königl)

Di awal sudah disebutkan kalau musang sulawesi merupakan predator darat terbesar di sepanjang peta persebaran. Namun, seberapa besar ukuran mereka? Ternyata ukuran musang yang satu ini tidak terlalu berbeda dengan kucing domestik berukuran besar, tapi dua kali lipat lebih panjang.

Dilansir Animalia, bobot musang sulawesi sekitar 3,9—6,1 kg dengan panjang tubuh antara 113—125 cm. Terkait dengan panjang tubuh musang sulawesi, proporsi ekor terbilang cukup besar karena rata-rata panjang tubuh dari kepala sampai pangkal ekor itu sekitar 89 cm, sementara ekor mereka mencapai 64 cm. Ada dimorfisme seksual dari hewan ini yang berkaitan dengan ukuran, dimana jantan sedikit lebih besar dari betina.

2. Habitat dan makanan favorit

ilustrasi peta persebaran musang sulawesi (commons.wikimedia.org/Chermundy)
ilustrasi peta persebaran musang sulawesi (commons.wikimedia.org/Chermundy)

Sebagai hewan endemik Pulau Sulawesi, musang sulawesi punya peta persebaran yang cukup tersebar. Mereka ditemukan di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Cambridge University Press melansir bahwa Taman Nasional Rawa Aopa, Suaka Margasatwa Tanjung Peropa, Hutan Mangolo, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus, dan beberapa hutan lindung lain di Sulawesi jadi rumah bagi hewan yang satu ini.

Sementara itu, habitat utama dari musang sulawesi berupa berbagai jenis hutan dengan vegetasi padat di dataran tinggi maupun rendah. Elevasi yang dipilih mereka berkisar dari 0—2.600 meter di atas permukaan laut. Selain hutan, padang rumput, lahan pertanian, dan perkebunan manusia tetap bisa ditinggali dengan nyaman oleh hewan yang satu ini. Oh iya, mereka tergolong hewan soliter dan nokturnal.

Seperti yang disebutkan di awal, musang sulawesi termasuk predator puncak di habitat alami. Namun, mereka justru bukan tergolong sebagai karnivor sejati, melainkan omnivor. Untuk kebutuhan makanan hewani, musang sulawesi memburu berbagai jenis pengerat, burung, kuskus, babi berukuran kecil, ayam hutan, sampai telur. Menariknya, mereka dapat memakan hampir seluruh bagian tubuh mangsa sampai tak tersisa. Selain daging, musang sulawesi turut mengonsumsi berbagai jenis buah, rumput, sampai buah palem.

3. Ahli memanjat pohon

ilustrasi struktur tulang dan tapak kaki musang sulawesi (commons.wikimedia.org/Königl)
ilustrasi struktur tulang dan tapak kaki musang sulawesi (commons.wikimedia.org/Königl)

Melihat tempat tinggal dan beberapa pilihan makanan, rasanya tak aneh kalau melihat musang sulawesi sebagai hewan arboreal. Maksudnya, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di atas pohon ketimbang berjalan di atas tanah. Beruntungnya, mereka memiliki karakteristik tubuh yang mendukung cara hidup ini.

Dilansir Animal Diversity, kaki musang sulawesi sangat fleksibel dan dilengkapi dengan cakar semi-retraksi sehingga kemampuan mencengkeram dahan atau batang pohon dapat dilakukan dalam berbagai sudut serta sangat kuat. Selain itu, ekor panjang mereka berfungsi untuk menyeimbangkan tubuh saat bergerak di ketinggian. Berkat sederet kemampuan itu, berpindah tempat ataupun berburu jadi lebih mudah dilakukan.

4. Sistem reproduksi

potret musang sulawesi yang tertangkap kamera jebak tim Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (boganinaniwartabone.org)
potret musang sulawesi yang tertangkap kamera jebak tim Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (boganinaniwartabone.org)

Mengingat sifat musang sulawesi yang pemalu, sangat sulit untuk mengetahui perilaku ketika hendak melakukan reproduksi. Oleh sebab itu, kita belum mengetahui soal apa yang dilakukan musang ini saat memasuki musim kawin atau bahkan kapan musim kawin itu sendiri dimulai. Akan tetapi, data soal masa kehamilan dan jumlah anak yang dilahirkan sudah cukup diketahui.

Dilansir Animal Diversity, musang sulawesi betina akan mengandung selama 30—60 hari dengan jumlah anak yang dilahirkan sekitar 1—2 ekor. Pada kesempatan yang langka, betina dapat melahirkan 3 ekor anak, padahal ia hanya memiliki 2 puting susu. Tak disebutkan berapa lama anak musang sulawesi bersama si induk, tetapi diperkirakan butuh waktu 1 tahun sampai mereka dikatakan dewasa dan matang secara seksual. Di alam liar, musang sulawesi diperkirakan hidup antara 5—20 tahun jika merujuk pada rata-rata usia spesies musang lain.

5. Status konservasi

ilustrasi lain dari musang sulawesi (commons.wikimedia.org/A.B. Meyer)
ilustrasi lain dari musang sulawesi (commons.wikimedia.org/A.B. Meyer)

Berdasarkan catatan IUCN Red List, saat ini musang sulawesi masuk dalam kategori hewan rentan punah (Vulnerable). Populasi mereka diperkirakan hanya tersisa 9 ribu individu dengan tren populasi yang kian menurun dari tahun ke tahun. Tentunya, ada berbagai alasan yang melatarbelakangi berkurangnya populasi hewan endemik Pulau Sulawesi ini.

Misalnya saja, persebaran yang terlalu jauh sehingga daerah dengan kepadatan populasi rendah tidak dapat bertahan, kerusakan hutan akibat alih fungsi lahan oleh manusia, pengenalan predator asing di habitat yang jadi saingan, sampai perburuan liar berkontribusi dalam menurunkan populasi predator endemik Pulau Sulawesi ini. Upaya konservasi tentu sudah dilakukan oleh pihak terkait. Namun, jika tak ada kerja sama maupun keseriusan dalam menjaga hutan dari masyarakat setempat dan perusahaan yang terus membuka lahan, maka hewan endemik ini berpotensi akan punah dalam waktu dekat.

Peran musang sulawesi sebagai satu-satunya predator endemik Pulau Sulawesi jelas sangat penting bagi kesehatan ekosistem. Mereka mengontrol populasi hewan kecil supaya tidak meledak sembari membantu pohon dalam menebar benih lewat kebiasaan mengonsumsi buah. Tentunya sayang, banget, kan, kalau hewan yang satu ini sampai punah? Semoga saja upaya konservasi yang sedang dijalankan membuahkan hasil yang positif, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us