Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta Sejarah Dataran Tinggi Golan, Area Suriah yang Dicaplok Israel

gambar pemandangan di dataran tinggi Golan (unsplash.com/Aviv Ben Or)
gambar pemandangan di dataran tinggi Golan (unsplash.com/Aviv Ben Or)

Selama ini, mayoritas orang hanya tahu bahwa Gaza menjadi wilayah yang berusaha diduduki oleh Israel. Nyatanya ada wilayah lain yang juga mengalami nasib serupa, yakni Dataran Tinggi Golan. Situasi di wilayah ini memanas baru-baru ini setelah roket-roket yang berasal dari Lebanon menyerang Kota Majdal Shams, menghantam sebuah lapangan sepak bola, dan menewaskan 12 orang yang kebanyakan anak-anak serta remaja pada Sabtu (27/7/2024) lalu.

Dataran Tinggi Golan terletak di wilayah barat daya Suriah dan sebetulnya merupakan bagian dari negara Suriah. Sayangnya, wilayah ini diambil paksa oleh militer Israel pada Desember 1981.

Dataran Tinggi Golan memang sudah lama menjadi rebutan antara kedua pihak tersebut. Namun kondisi ini bukan hanya terjadi di masa sekarang. Di masa lalu, wilayah itu juga menjadi rebutan banyak kerajaan besar. Kenapa bisa begitu? Berikut beberapa fakta sejarah Dataran Tinggi Golan yang perlu kamu ketahui!

1. Dataran Tinggi Golan merupakan saksi bisu perebutan kekuasaan di masa lalu

gambar peta negara Suriah (commons.m.wikimedia.org/CIA)
gambar peta negara Suriah (commons.m.wikimedia.org/CIA)

Dikenal dengan nama Golan dalam bahasa Ibrani, dan Jawlan dalam Bahasa Arab, Dataran Tinggi Golan merupakan wilayah yang penting. Bukan hanya bagi Suriah dan Israel saat ini, melainkan juga para penguasa di masa lalu.

Dilansir Britannica, wilayah ini pernah dikuasai Kaisar Herodes dari Kekaisaran Romawi, hingga Kesultanan Utsmaniyah. Pada tahun 1894, bangkir keturunan Yahudi-Prancis, Edmond de Rothschild dan beberapa kelompok lain berusaha membeli tanah di sini. Namun usaha itu gagal, karena permusuhan penduduk Arab, dan hukum tanah di bawah Kesultanan Utsmaniyah melarang orang selain pribumi mendirikan pemukiman di sana.

Kemudian, di era Perang Dunia I, wilayah ini berada di bawah kekuasaan Prancis. Namun setelah Suriah merdeka pada 1941, Prancis menyerahkan Dataran Tinggi Golan dan akhirnya menjadi bagian dari negara Suriah.

2. Israel menduduki wilayah ini secara sepihak sejak tahun 1967

gambar tentara Israel di Six War Day (commons.m.wikimedia.org/Rafi Rogel)
gambar tentara Israel di Six War Day (commons.m.wikimedia.org/Rafi Rogel)

Pada tanggal 5--10 Juni 1967, perang besar yang dikenal dengan nama Six Day War atau Perang Enam Hari meletus. Israel menghadapi tiga negara Arab sekaligus, yakni Yordania, Suriah, dan Mesir. Setelah mengalahkan Mesir dan Yordania, Israel kemudian membangun akses jalan ke Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Suriah dan menggempur wilayah itu dengan kendaraan lapis baja dan infanteri. Dilansir Barrons, akhirnya sebagian besar wilayah di Dataran Tinggi Golan berhasil diduduki oleh Israel.

Gak cukup sampai di situ, Israel juga kembali mengambil area seluas 510 kilometer persegi pada tahun 1973, tapi mengembalikannya pada Suriah setahun kemudian. Setelah Perang Yom Kippur pada tahun 1973, Suriah dan Israel setuju untuk menarik pasukan mereka dari Dataran Tinggi Golan. Wilayah ini kemudian masuk zona demiliterisasi yang dijaga oleh pasukan PBB. Namun seolah gak peduli dengan hukum internasional yang berlaku, Israel lagi-lagi mencaplok wilayah seluas 1.200 kilometer persegi pada Desember 1981.

3. Keamanan dan sumber air menjadi penyebab Israel menginginkan Dataran Tinggi Golan

gambar pemandangan di dataran tinggi Golan (unsplash.com/Elena)
gambar pemandangan di dataran tinggi Golan (unsplash.com/Elena)

Ada banyak alasan kenapa Israel begitu menginginkan Dataran Tinggi Golan. Pertama, wilayah ini memiliki tanah yang subur dan sumber air yang melimpah. Sementara itu, alasan kedua adalah karena aspek keamanannya.

Dataran Tinggi Golan berada di perbatasan antara Suriah dan Israel. Lokasinya yang hanya berjarak 60 kilometer dari ibukota Damaskus, membuat daerah ini sangat strategis. Di sisi lain, Israel juga khawatir Iran yang merupakan sekutu Presiden Bashar al-Assad akan menjadikan Dataran Tinggi Golan sebagai titik untuk menyerang mereka. 

4. Ribuan bangsa Arab masih menempati Dataran Tinggi Golan bersama pemukim Israel

ilustrasi orang berjubah sedang berjalan (unsplash.com/Mohamed Nohassi)
ilustrasi orang berjubah sedang berjalan (unsplash.com/Mohamed Nohassi)

Situasi yang gak kondusif selama puluhan tahun nyatanya gak membuat wilayah ini ditinggalkan. Alih-alih kosong, Dataran Tinggi Golan dihuni oleh sekitar 40 ribu orang. Sekitar 20 ribu di antaranya adalah pemukim Yahudi, sedangkan penduduk lainnya adalah warga Arab Druze yang sudah turun-temurun menetap di sana.

Dilansir Reuters, sejak mengambil Dataran Tinggi Golan secara paksa pada tahun 1981, Israel sebetulnya sudah menawarkan status kewarganegaraan Israel kepada penduduk Druze. Namun tawaran itu ditolak mentah-mentah karena kesetiaan mereka pada Suriah dan Presiden Bashar al-Assad. Mereka masih berharap jika suatu saat nanti, Dataran Tinggi Golan akan kembali ke tangan Suriah.

5. Sejumlah perundingan telah dilakukan untuk menyelesaikan konflik di Dataran Tinggi Golan

gambar bendera Suriah dan Israel (freepik.com/rawpixel.com)
gambar bendera Suriah dan Israel (freepik.com/rawpixel.com)

Hanya karena dikuasai Israel selama bertahun-tahun, bukan berarti Suriah gak berusaha merebut wilayah dataran tinggi Golan kembali. Dilansir AA, perundingan untuk mengatasi masalah di Golan sebetulnya sudah dilakukan sejak tahun 1991, termasuk mediasi yang diprakarsai oleh Amerika Serikat pada tahun 2000, hingga mediasi oleh Turki pada tahun 2008 lalu.

Sayangnya, semua usaha tersebut berakhir dengan jalan buntu. Pada tahun 2016 lalu, dalam sebuah rapat kabinet, Netanyahu, Perdana Menteri Israel menyerukan kepada komunitas internasional untuk mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai bagian dari Israel. Seruan itu mendapatkan sambutan yang kurang baik dari banyak pihak, kecuali Amerika Serikat yang merupakan sekutu dekat mereka.

Melihat sejarahnya, Dataran Tinggi Golan jelas merupakan wilayah Suriah. Pendudukan Israel yang terjadi selama bertahun-tahun di sana bukan sesuatu yang bisa dibenarkan. Saat ini, wilayah tersebut memang masih dijaga oleh pasukan keamanan PBB. Namun, toh, itu gak menghapus fakta bahwa pendudukan di Dataran Tinggi Golan masih terjadi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us