Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta tentang Tunikata, Invertebrata Laut untuk Antibiotik! 

potret tunikata (commons.wikimedia.org/Nhobgood)
Intinya sih...
  • Tunikata merupakan invertebrata laut yang hidup di perairan laut dan memiliki empat kelas, dengan Ascidiacea sebagai kelas terbesar.
  • Tunikata hidup secara sesil menempel pada substrat, namun ada juga yang hidup layaknya plankton. Hewan ini dikenal sebagai filter feeder dan bisa merugikan ekosistem laut.
  • Tunikata bermanfaat bagi manusia karena dapat menghasilkan senyawa antitumor, antibakteri, dan antifungi, serta dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan manusia dan pakan hewan. Tunikata juga berperan sebagai bioindikator untuk pencemaran lingkungan di laut.

Pernahkah kamu mendengar tentang hewan tunikata? Tunikata (tunicate) atau disebut juga mantel laut merupakan salah satu invertebrata laut. Hewan ini masih termasuk ke dalam subfilum urochordata yang merupakan kelompok chordata yang primitif.

Urochordata sendiri berasal dari bahasa latin yakni ‘Uri’ berarti ekor dan ‘Chordata’ berarti batang. Sehingga urochordata mengacu pada hewan yang memiliki penyokong tubuh di bagian ekor. Tunikata mempunyai empat kelas yakni, Ascidiacea, Sorberacea, Thaliacea, dan Appendicularia. Di antara empat kelas tersebut Ascidiacea merupakan kelas terbesar.

Tertarik ingin tahu lebih banyak tentang tunikata? Berikut beberapa fakta menarik dan penjelasannya agar kamu makin mengenalnya.

1.Tubuhnya seperti tabung dan ditutupi mantel

potret tunikata (commons.wikimedia.org/Pierre mkrs)

Menurut Brodie dkk. dalam (Made, 2018) tunikata umumnya hidup di perairan laut dan memiliki bentuk tubuh seperti kantong berukuran kecil. Tubuhnya tertutupi oleh mantel (tunic) yang berasal dari senyawa protein dan polisakarida. Oleh sebab itu, hewan ini diberi nama ‘tunikata’.

Lapisan luar tubuh tunikata terdiri dari lapisan transparan dan tebal. Mantel tubuh tunikata ini merupakan jaringan ektoderm dan jaringan ikat yang membungkus berkas benang (Pechenik, 1996 dalam Fikruddin, 2013). Tunikata bernapas melalui faring atau brankhialis yang termasuk salah satu ciri organ urochordata tingkat tinggi.

2.Sebagian besar tunikata hidup menempel

potret tunikata (commons.wikimedia.org/Chika Watanabe)

Sebagian besar tunikata hidup secara sesil atau diam menempel pada substrat seperti karang, galangan kapal, hingga bebatuan. Namun, ada pula yang hidup layaknya plankton (Suwignyo dkk, 2015 dalam Naspira, 2022). Tunikata dikenal juga sebagai sea squirts (penyemprot laut) karena ketika merasa terganggu tunikata akan menyemprotkan air dengan keras melalui sifon arus keluarnya.

Tunikata juga termasuk salah satu filter feeder , yakni hewan yang mendapatkan makanan dengan cara menyaring. Akan tetapi, terkadang keberadaan tunikata akan bersifat parasit dan merugikan. Itu karena tunikata bisa mengambil makanan yang dibutuhkan hewan yang ditempeli atau hidup di dekatnya. Selain itu, tunikata sering menempel pada kapal sehingga menambah bobot kapal. Kemampuannya yang mudah beradaptasi juga akan mendominasi dan membunuh organisme asli setempat (Ali dkk, 2014).

3.Tunikata menghasilkan senyawa sebagai antibiotik

potret tunikata (commons.wikimedia.org/Nhobgood)

Walaupun dalam beberapa kasus tunikata merugikan, tetapi hewan ini juga bermanfaat bagi manusia. Waterman dalam (Nenis, 2015) menjelaskan tunikata dapat berasosiasi dengan bakteri sehingga menghasilkan senyawa yang dapat dimanfaatkan sebagai antitumor, antikanker, antibakteri, dan antifungi.

Tunikata yang bersifat sesil akan bersimbiosis dengan bakteri yang mengandung senyawa metabolit sekunder antara lain alkaloid, flavonoid, dan stenoid. Ditemukan juga senyawa 4-methoxypyrrole, methanol, etanol, butanol, dan heksana (Karthikeyan dkk, 2009 dalam Nenis, 2015). Kandungan senyawa-senyawa tersebut membuat bakteri simbion dapat dieksplorasi sebagai salah satu bioaktif untuk pembuatan antibiotik.

4. Tunikata bisa menjadi sumber makanan tambahan

potret tunikata (commons.wikimedia.org/Rickard Zerpe)

Tunikata menjadi salah satu biota laut yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk sumber pangan manusia dan pakan hewan (Pingping, 2023). Bahkan beberapa negara seperti Korea Selatan, Brazil, dan Jepang telah memanfaatkan tunikata sebagai makanan laut yang lezat. Pada umumnya negara-negara di Asia dan Mediterania mengonsumsi tunikata yang berjenis Halocynthia roretziHalocynthia aurantium, dan Microcosmus hartmeyeri.

Adapun manfaat tunikata sebagai alternatif pakan hewan, menurut (Samuelsen dkk, 2022) tunikata adalah salah satu organisme laut yang melimpah dan sebagai penghasil protein berkualitas baik untuk mengganti pakan ikan. Samuelsen dan timnya telah menguji pemberian bubuk tunikata dapat menggantikan 64% pakan ikan tanpa mengurangi kualitas pakan.

5.Memiliki peran penting bagi kestabilan ekosistem laut

potret tunikata (commons.wikimedia.org/Nick Hobgood)

Sebagai hewan penyaring, tunikata mampu menyaring makanan dengan efektif. Pada saat menyaring makanan, air akan masuk ke rongga tubuh yang disebabkan adanya gerakan silia yang berada di sepanjang permukaan stigma dalam rongga tubuh. Seekor tunikata dewasa sepanjang 8 cm mampu menyaring 3-4 liter air laut per jam (Rahmat, 2014).

Adapun peran tunikata dalam menjaga kestabilan ekosistem laut, hewan ini bisa menjadi bioindikator untuk mengetahui pencemaran lingkungan di laut. Tunikata mampu mengakumulasi racun berbahaya khususnya logam berat seperti besi, vanadium, titanium, cadmium, dan kromium. Akan tetapi, ini juga akan menimbulkan risiko saat tunikata dikonsumsi sebagai makanan (Tzafriri, 2019). Oleh sebab itu, hanya tunikata tertentu yang bisa dijadikan makanan.

Itulah lima fakta menarik tentang tunikata. Walaupun hewan ini terkadang merugikan, tetapi sea squirts satu ini ternyata punya banyak manfaat baik untuk manusia maupun untuk keberlangsungan ekosistem laut. Oleh sebab itu, kita sepatutnya harus menjaga dan melestarikannya.

Referensi:

Fikruddin, M. B. ABD. H. (2013). Distribusi Dan Keanekaragaman Tunikata (Ascidiacea) Pada Kondisi Perairan Yang Berbeda Di Pulau Badi, Bone Batang Dan Lae-Lae. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar. Diakses dari https://repository.unhas.ac.id/ pada 5 Juni 2024.
Binti, Naspira J. (2022). Keanekaragaman Tunikata (Ascidiacea) Di Perairanpulau Pannikiang Kabupaten Barru Sulawesi Selatan. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar. Diakses dari https://repository.unhas.ac.id/ pada 5 Juni 2024.
Made, Ni P. M. S., dkk. (2018). Kelimpahan dan Keanekaragaman Tunikata (Ascidiacea) di Perairan Jemeluk dan Penuktukan, Bali. Journal of Marine and Aquatic Sciences 5(1), 11-21.
Ali, H. A. J., Tamilselvi, M., & Sivakumar, V. (2014). Non-indigenous ascidians in VO Chidambaram port, Thoothukudi India. Indian Journal of Geo-Marine Sciences, 43(11), 2147-2157.
Sardani, Nenis, dkk. (2015). Potensi Tunikata Rhopalaea Sp Sebagai Sumber Inokulum Bakteri  Endosimbion Penghasil Antibakteri; 1. Karakterisasi Isolat. Jurnal Alam dan Lingkungan Vol.6 No.11.
Gao, Pingping, et al. (2023). Tunicates as Sources of High-Quality Nutrients and Bioactive Compounds for Food/Feed and Pharmaceutical Applications: A Review. Jurnal foods 12(19), 3684; https://doi.org/10.3390/foods12193684.
Samuelsen, T.A.; Haustveit, G.; Kousoulaki, K. (2022). The use of tunicate (Ciona intestinalis) as a sustainable protein source in fish feed—Effects on the extrusion process, physical pellet quality and microstructure. Anim. Feed. Sci. Technol, 284, 115193.
Tzafriri-Milo, R.; Benaltabet, T.; Torfstein, A.; Shenkar, N. (2019). The potential use of invasive ascidians for biomonitoring heavy metal pollution. Front. Mar, Sci. 6, 611.
Mawaleda, Rahmat. (2014). Distribusi Dan Preferensi Habitat Urochordata Kelas Ascidiacea Di Daerah Terumbu Karang Pulau Barranglompo Kota Makassar. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar. Diakses dari https://repository.unhas.ac.id/ pada 5 Juni 2024.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us