5 Fakta Tikus Kesturi, Arsitek Alam Terbaik?
- Tikus kesturi mirip biwara, tetapi memiliki perbedaan fisik pada ekor dan ukuran tubuh.
- Tikus kesturi merupakan pengerat endemik Amerika Utara.
- Sebagai arsitek alam, tikus kesturi membangun sarang di pinggiran air dan pondok di atas air untuk memberikan manfaat bagi hewan lain.
Dibanding dengan biwara (genus Castor), nama tikus kesturi (Ondatra zibethicus) mungkin tidak begitu populer. Hal ini wajar mengingat di alam liar sekalipun, ciri fisik kedua spesies pengerat besar ini memang sangat mirip sehingga membuat orang-orang salah mengidentifikasi keduanya. Tubuh tikus kesturi gumpal dan membulat dengan rambut tebal berwarna cokelat cerah, cokelat tua, hingga abu-abu.
Bagian fisik yang membedakan antara tikus kesturi dengan biwara terletak pada bagian ekor dan ukuran mereka. Ekor tikus kesturi cenderung pipih memanjang layaknya tikus dengan sisik di sekeliling badan mereka, sedangkan biwara pipih dan lebar. Secara ukuran, tikus kesturi lebih kecil karena memiliki panjang 40—70 cm dengan bobot 600—2 ribu gram. Oh, ya, kaki belakang milik pengerat ini terbilang besar dan memiliki selaput yang membantu mereka ketika hendak berenang
Selain masalah perbedaan dengan biwara, tikus kesturi juga memiliki beberapa fakta menarik lain, salah satunya soal kehadiran pengerat ini sebagai sosok arsitek alam yang membawa manfaat bagi hewan lain di sekeliling mereka. Penasaran, kan? Yuk, simak pembahasannya di bawah ini!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Berbeda dengan biwara yang memiliki dua spesies di dua benua berbeda, ternyata tikus kesturi merupakan pengerat endemik dari Amerika Utara. Secara alami, mereka dapat ditemukan di Kanada dan Amerika Serikat. Namun, dilansir Britannica, spesies ini mulai diperkenalkan ke luar peta persebaran asal mereka sehingga saat ini dapat ditemukan pula di Eropa, sebagian besar Rusia, Mongolia, China, hingga Jepang.
Sebagai hewan semiakuatik, pilihan habitat bagi pengerat ini terbilang cukup beragam. Mereka dapat hidup dengan nyaman di sekitar sungai, danau, ataupun kolam. Namun, tikus kesturi lebih nyaman hidup di sekitar rawa-rawa dan paya (sejenis rawa yang ditumbuhi vegetasi berupa rumput atau tumbuhan terna) yang tidak terlalu dalam karena dapat memberi mereka banyak lahan yang dapat mereka manfaatkan.
Kemudian, kalau berbicara soal makanan, tikus kesturi termasuk hewan omnivor. Pilihan makanan mereka berupa berbagai jenis tanaman air, akar-akaran, siput, krustasea, salamander, ikan, hingga burung kecil. Tikus kesturi tergolong hewan nokturnal sehingga mereka lebih banyak mencari makan ketika hari sudah gelap. Pengerat ini terbilang cukup rakus. Dalam 1 hari, mereka dapat makan hingga sepertiga dari total bobot tubuh mereka.
2. Si arsitek alam

Meski tidak sampai membangun bendungan yang impresif di aliran air seperti biwara, tikus kesturi pun sebenarnya termasuk arsitek alami. Saking pentingnya "bangunan" yang dapat mereka ciptakan, beberapa spesies burung, semisal burung dalam ordo Anseriformes, sangat terbantu dengan kehadiran tikus kesturi di sekitar perairan. Ada dua tipe arsitektur yang dapat dibangun tikus kesturi, yaitu lubang di pinggiran sumber air dan pondok di atas air.
Dilansir Animalia, tikus kesturi yang membangun sarang berupa lubang biasanya kelompok yang hidup di sekitar sungai atau danau. Sarang tersebut memiliki pintu masuk dengan diameter sekitar 15—20 cm dan memiliki terowongan rahasia yang menghubungkan sarang itu dengan aliran air di bawah tanah. Sementara itu, tikus kesturi yang membangun pondok di atas air didominasi oleh kelompok yang hidup di rawa dan paya. Pengerat ini akan membangun semacam tumpukan kayu, vegetasi, hingga lumpur dengan tinggi mencapai 91 cm. Hebatnya lagi, di bagian atas pondok tersebut ada mekanisme seperti pintu yang dapat dibuka dan ditutup oleh tikus kesturi yang terbuat dari sisa-sisa tanaman.
Nah, pondok milik tikus kesturi yang ada di rawa ini ternyata bermanfaat untuk menahan arus air meski tak seefektif bendungan milik biwara. Muka air yang jadi agak lebih tinggi jelas memberi tempat bersembunyi tambahan bagi tikus kesturi ketika mendeteksi keberadaan predator. Selain itu, dengan memanfaatkan tanaman air untuk membangun pondok, intensitas tanaman air di sekitar rawa menjadi tidak terlalu lebat. Ini membuat hewan-hewan lain dapat mengakses rawa tersebut dengan lebih leluasa ataupun memanfaatkan bagian kosong pondok untuk dijadikan rumah sendiri.
Oh, ya, sebagai pengerat semiakuatik, sudah pasti kemampuan berenang tikus kesturi sangat jempolan. Ekor pengerat ini berfungsi layaknya dayung ketika berenang dan kaki berselaput mereka dapat membantu pergerakan saat di dalam air. Untuk urusan menyelam, tikus kesturi diketahui dapat bertahan di dalam air selama 12—17 menit hanya dalam satu tarikan napas, lho.
3. Hidup sosial, tetapi punya kebiasaan buruk

Tikus kesturi hidup berkelompok dalam jumlah besar. Kelompok ini umumnya terdiri atas pasangan jantan dan betina beserta anak-anak keturunan mereka. Dalam kelompok, tikus kesturi akan saling menjaga dan berkomunikasi lewat berbagai media, semisal aroma kelenjar khusus, gestur tubuh, hingga suara. Kelompok keluarga pengerat ini punya batas yang jelas dengan keluarga lain dan mereka tak segan mempertahankan wilayah tersebut secara agresif.
Meski terlihat kompak, sebenarnya ada beberapa kebiasaan buruk tikus kesturi dalam bersosialisasi. Dilansir Animal Diversity, anggota kelompok sekalipun kadang akan bertengkar satu sama lain hingga tak jarang mengakibatkan cedera serius. Parahnya lagi, tingkat kanibalisme tikus kesturi dewasa terhadap anak-anak mereka terbilang tinggi. Ditambah lagi, pada kasus kelompok yang kelebihan anggota, induk pengerat ini tak segan mengusir anak mereka dengan keras demi menjaga kestabilan anggota kelompok.
4. Sistem reproduksi

Musim kawin bagi tikus kesturi berlangsung antara Maret—Agustus. Pengerat ini termasuk hewan monogami. Artinya, mereka hanya akan kawin dengan pasangan dalam kelompok. Menariknya, terjadi beberapa kali perkawinan dalam musim kawin. Betina diketahui dapat melahirkan hingga tiga kali dalam 1 tahun.
Adapun, rata-rata jumlah anak yang dilahirkan betina dalam 1 kali melahirkan sekitar 5—10 anak dengan masa kehamilan kurang dari 1 bulan, dilansir Animalia. Hebatnya, dalam waktu 1 bulan saja, anak tikus kesturi sudah dapat hidup secara mandiri. Namun, untuk mencapai ukuran dewasa sepenuhnya, mereka masih butuh waktu selama 6 minggu pascalahir. Anak tikus kesturi akan selalu berada dalam kelompok tempat kelahiran mereka. Akan tetapi, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, jika anggota kelompok tikus kesturi terlalu banyak, sang induk akan segera mengusir mereka dari kelompok.
5. Status konservasi
Dalam catatan IUCN Red List, tikus kesturi masuk dalam kategori hewan dengan kekhawatiran rendah (Least Concern) dengan tren populasi yang stabil. Kondisi populasi pengerat ini didukung oleh peta persebaran mereka yang cukup luas setelah diperkenalkan dari Amerika Utara ke daerah-daeraah lain. Hanya saja, kehadiran mereka ternyata berdampak negatif di luar Amerika Utara, lho.
Di Eropa, misalnya, tikus kesturi dianggap sebagai hama karena dapat memakan tanaman pertanian dan menghalangi akses air akibat pondok yang mereka bangun, dilansir Live Science. Hal ini membuat tikus kesturi sering diburu oleh manusia. Namun, alasan perburuan hewan ini tak melulu soal anggapan hama yang melekat pada mereka.
Rambut tebal milik tikus kesturi yang tebal diketahui dapat menyimpan hawa panas dengan baik sekaligus antiair. Karena itu, banyak orang yang memburu pengerat ini demi memperoleh rambut pengerat ini untuk dijadikan pakaian musim dingin. Tak disebutkan apakah aktivitas perburuan ini mengakibatkan disrupsi populasi tikus kesturi atau tidak. Biarpun begitu, jika tidak dikontrol dari sekarang, bisa saja populasi tikus kesturi akan berkurang drastis seperti yang dialami biwara amerika pada abad ke-19—20 silam.
Serupa, tapi tak sama, jadi ungkapan paling pas untuk menggambarkan tikus kesturi dengan biwara. Dari ciri fisik saja, seharusnya kita sudah bisa membedakan mereka dengan mudah. Hanya saja, ada kesamaan menakjubkan dari dua spesies pengerat ini, yaitu keahlian mereka sebagai arsitek alam. Siapa sangka kalau selain biwara, ternyata ada sosok pengerat lain bernama tikus kesturi yang dapat membuat ekosistem sekitar mereka menjadi lebih hidup, bukan?