5 Fakta Tikus-Kutub Cokelat, Pengerat yang Cepat Dewasa!

- Tikus-kutub cokelat tinggal di Siberia, Rusia.
- Mereka tidak melakukan hibernasi pada musim dingin.
- Populasi tikus-kutub cokelat terancam akibat pemanasan global.
Keluarga pengerat (ordo Rodentia) bisa dibilang menjadi salah satu hewan yang paling banyak tersebar di seluruh dunia. Mereka ditemukan di seluruh benua, kecuali Antarktika. Bahkan, saking besarnya keluarga hewan yang satu ini, sekitar 42 persen dari seluruh spesies mamalia yang ada di dunia ternyata masuk dalam keluarga pengerat, dilansir Science Direct.
Keanekaragaman jenis pengerat itu membuat kita bisa menemukan mereka di tempat-tempat yang tak terduga, contohnya di habitat yang penuh dengan es. Nah, salah satu spesies pengerat yang menyukai habitat tersebut adalah tikus-kutub cokelat (Lemmus sibiricus). Pengerat dengan penampilan mirip marmot ini terbilang berukuran kecil dengan panjang tubuh 13—18 cm dan bobot 45—130 gram.
Ciri fisik khas dari tikus-kutub cokelat terletak pada bulu mereka yang berwarna cokelat tua atau cokelat muda yang tebal. Ekor pengerat ini terbilang pendek dan telinga mereka tersembunyi di bawah bulu tebal mereka. Selain soal ciri fisik, tikus-kutub cokelat juga memiliki beberapa fakta menarik lain yang akan diulas pada kesempatan kali ini. Jadi, jangan sampai ketinggalan, ya!
1. Peta persebaran dan habitat

Tikus-kutub cokelat saat ini tinggal di sepanjang wilayah Siberia, Rusia. Dilansir Global Biodiversity Information Facility, secara khusus pengerat ini tersebar mulai dari Sungai Lena hingga wilayah Kolymskaya. Menariknya, tikus-kutub cokelat ini sebenarnya sempat dikira sama dengan spesies tikus-kutub lain, yakni tikus-kutub siberia timur (Lemmus paulus). Namun, ternyata keduanya terpisah secara genetik akibat terisolasi pascalapisan es yang memisahkan habitat keduanya saat mencair ribuan tahun lalu.
Berbicara soal habitat, tikus-kutub cokelat tinggal di kawasan yang dingin. Secara spesifik, mereka menyukai daerah tanpa pohon atau sekitaran padang rumput dataran rendah. Menariknya, saat musim dingin tiba, pengerat ini sebisa mungkin akan pergi ke daerah yang ada lumut dalam jumlah besar dan memiliki lapisan salju permanen. Oh, ya, pengerat ini memiliki beberapa nama lain, semisal tikus-kutub siberia dan tikus-kutub berkaki hitam.
2. Makanan favorit

Tikus-kutub salju tentunya merupakan herbivor sejati. Akan tetapi, mereka terbilang cukup pilih-pilih makanan. Animal Diversity melansir kalau mereka hanya mau memakan tanaman yang masih hidup. Adapun, tanaman yang jadi favorit mereka antara lain alang-alang, rumput, dan lumut.
Uniknya, saat musim dingin, tikus-kutub cokelat mampu mengonsumsi tanaman dalam keadaan beku. Akan tetapi, mengingat jenis makanan yang mereka konsumsi ini sangat sedikit mengandung nutrisi, tikus-kutub cokelat harus mencari makan dalam jumlah yang sangat besar. Dalam 1 hari saja, pengerat ini menghabiskan waktu 1—2 jam untuk mencari makan, beristirahat selama 3 jam, dan kembali mencari makan dalam durasi yang sama secara terus-menerus dalam kurun waktu 24 jam.
Saking banyaknya tanaman yang dikonsumsi tikus-kutub cokelat, dalam sehari satu individu saja bisa menghabiskan 110—130 gram tumbuhan. Artinya, dalam waktu 1 tahun, satu individu tikus-kutub cokelat dapat mengonsumsi sekitar 40—50 kg tumbuhan, dilansir Global Biodiversity Information Facility.
3. Meski tinggal di daerah dingin, tikus-kutub cokelat tidak melakukan hibernasi

Tikus-kutub cokelat merupakan hewan soliter yang jarang berinteraksi dengan sesama, kecuali pada musim kawin. Jika melihat habitat alami mereka, sebagian besar waktu pengerat ini sepanjang hidup mereka hanya akan dihabiskan di bawah tumpukan salju ataupun di dalam tanah. Hal ini karena tikus-kutub cokelat membangun sarang berupa terowongan yang cukup kompleks dan terhubung dengan sumber makanan sehingga mereka hampir tak butuh keluar dari sarang mereka.
Berkat cara hidup mereka yang mengandalkan sarang, berbeda dengan mayoritas mamalia yang tinggal di daerah dingin lain, tikus-kutub cokelat tidak melakukan hibernasi pada musim dingin, dilansir Animalia. Namun, akibat tetap beraktivitas saat musim dingin, mereka juga menjadi rawan diburu oleh beberapa predator. Diketahui kalau burung hantu salju dan rubah arktik jadi predator utama bagi tikus-kutub cokelat.
Ketika musim panas tiba dan es di sekitar sarang mereka mencair, tikus-kutub cokelat akan pindah ke tempat lain. Akan tetapi, jarak perpindahan mereka tak lebih dari satu km saja. Selain itu, betina yang sedang merawat anak akan jarang berpindah tempat, apa pun kondisi mereka. Di sisi lain, para jantan dan individu muda akan sering berpindah-pindah demi mencari tempat yang sesuai dan dapat menopang hidup mereka.
4. Sistem reproduksi

Musim kawin bagi tikus-kutub cokelat berlangsung mulai April—Juli. Tak diketahui apakah ada ritual perkawinan khusus bagi pengerat yang satu ini. Selain itu, peran untuk merawat anak-anak mereka nanti hanya akan diambil oleh betina. Pada masa itu, para betina akan jadi lebih agresif pada siapa pun yang coba menghampiri sarang mereka.
Animal Diversity melansir kalau tikus-kutub cokelat betina akan hamil selama 3 minggu sebelum melahirkan 2—13 anak dalam 1 musim kawin, tergantung dengan kapan bulan mereka kawin dan melahirkan. Hebatnya, anak tikus-kutub cokelat tak memerlukan waktu yang panjang untuk mencapai usia kematangan seksual. Diketahui kalau anak berjenis kelamin betina sudah dapat aktif secara seksual hanya dalam kurun waktu 2 bulan pascakelahiran mereka. Sementara itu, rata-rata usia dari pengerat ini berkisar antara 2—8 tahun di alam liar.
5. Status konservasi

Jika melihat data dari IUCN Red List, sebenarnya tikus-kutub cokelat saat ini masih masuk dalam kategori kekhawatiran rendah (Least Concern). Selain itu, tren populasi mereka masih dalam tingkat yang stabil meski data jumlah individu secara spesifik tidak tersedia. Meski begitu, populasi dari pengerat yang satu ini terbilang sangat mudah berfluktuasi.
Dilansir Global Biodiversity Information Facility, fluktuasi ini disebabkan oleh tingkat kepadatan populasi di satu habitat terbilang sangat rendah. Masalah ini diperkirakan dapat menimbulkan osilasi populasi, sebuah kondisi saat fluktuasi populasi tersebut dapat berujung pada posisi yang tidak seimbang. Apalagi, habitat tikus-kutub cokelat saat ini sedang mengalami masalah serius akibat pemanasan global.
Diketahui kalau lapisan es yang menjadi rumah bagi pengerat ini dan tanaman favorit mereka mulai mencair dalam taraf yang sangat cepat. Mencairnya lapisan es tersebut juga berimplikasi pada makin sempitnya peta persebaran mereka. Jika kondisi ini terus terjadi tanpa perubahan, dikhawatirkan populasi tikus-kutub cokelat akan merosot tajam dalam beberapa tahun ke depan.
Semoga saja ke depannya kita bisa menemukan solusi konkret atas masalah pemanasan global yang semakin mengkhawatirkan. Sebab, kalau masalah ini terus terjadi, bukan hanya tikus-kutub cokelat yang akan terdampak. Seluruh ekosistem di dunia, termasuk manusia, sekurang-kurangnya akan mengalami kerugian besar jika pemanasan global tidak berkurang atau berhenti sepenuhnya.