Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jamur Pemakan Plastik, Harapan Baru untuk Bersihkan Laut!

tumpukan sampah yang ada di Great Pacific Garbage Patch (commons.wikimedia.org/Justin Dolske)

Sudah jadi rahasia umum kalau saat ini, laut di Bumi sudah benar-benar tercemar akibat aktivitas manusia. Adapun, salah satu elemen yang paling mencemari laut kita ialah plastik yang dibuang dari aliran sungai, danau, atau sumber air lain sampai mengalir menuju laut. Jenis sampah plastik ini punya beragam ukuran dan tentunya sangat sulit untuk diurai, apalagi ketika sudah mencapai lautan lepas.

Dilansir Mycosphere, setiap tahunnya, kita memproduksi sekitar 450 juta ton plastik. Sementara itu, untuk saat ini, diperkirakan ada sekitar 150 juta ton sampah plastik. Adapun, sampah-sampah itu berkumpul di satu tempat hingga membentuk pulau sampah, seperti yang ada di Great Pacific Garbage Patch. Keberadaan sampah di laut jelas membahayakan seluruh penghuni yang ada di dalamnya.

Mulai dari tersangkut plastik berukuran besar hingga menelan mikroplastik yang berbahaya bagi tubuh jadi risiko yang harus dihadapi biota laut saat ini. Masalahnya, mengatasi keberadaan sampah di laut jelas merupakan tantangan yang sangat berat, baik dari sisi inovasi yang efektif hingga masalah biaya yang besar. Namun, dua masalah itu ternyata tidak dialami oleh alam kita, lho.

Ya, alam memang selalu punya cara tersendiri untuk "bersih-bersih" dari objek-objek yang merusak ekosistem. Untuk urusan sampah di lautan ini, ternyata ada beberapa spesies jamur yang mampu mengurai sampah. Temuan ini jelas jadi harapan baru bagi kita dalam memerangi sampah plastik. Soal spesies jamur pemakan plastik ini jelas bikin penasaran, kan? Karena itu, yuk, simak pembahasannya di bawah ini!

1. Ada beberapa jenis jamur yang dapat memakan plastik

potret Pestalotiopsis microspora, salah satu spesies jamur pemakan plastik (commons.wikimedia.org/Alan Rockefeller)
potret Pestalotiopsis microspora, salah satu spesies jamur pemakan plastik (commons.wikimedia.org/Alan Rockefeller)

Dilansir Independent, saat ini, ada sekitar 180-an spesies jamur yang dapat mendegradasi plastik. Kebanyakan jenis jamur itu dapat "memakan" plastik berjenis polikaprolakton (PCL), yang pada dasarnya memang jenis plastik biodegradable. Selain itu, ilmuwan dari beberapa negara juga menemukan lagi beberapa jenis jamur pemakan plastik ini.

Di Ekuador, misalnya, ada satu spesies jamur bernama Pestalotiopsis microspora yang ditemukan di hutan hujan Ekuador, dilansir Mycosphere. Jamur ini dapat menguraikan plastik berjenis poliuretana (PU) yang digunakan pada busa, material elastis, hingga perekat. Ada pula jamur Aspergillus tubingensis yang ditemukan di Pakistan dan diketahui dapat memecah plastik jenis poliester yang biasa digunakan untuk pakaian, botol, dan kemasan makanan hanya dalam waktu beberapa minggu.

Belakangan, ditemukan pula jamur yang ternyata dapat "memakan" jenis plastik polipropilena (PP) yang sangat sulit diurai. University of Sydney melansir kalau jamur berjenis Aspergillus terreus dan Engyodontium album bisa memecah polipropilena hingga 25—27 persen dalam waktu 90 hari. Temuan jamur-jamur ini jelas membawa kabar baik dari perkembangan kita dalam melawan polusi akibat sampah plastik. Yang jadi pertanyaan, bagaimana cara jamur-jamur ini bekerja untuk memakan plastik?

2. Cara jamur pemakan plastik bekerja

ilustrasi proses biodegradasi plastik di laut (commons.wikimedia.org/Justine Jacquin, dkk.)

Hans-Peter Grossart, ketua dari peneliti di Leibniz Institute of Freshwater Ecology and Inland Fisheries, menyebut kalau kehadiran jamur-jamur pemakan plastik ini diduga merupakan respons atau adaptasi mereka terhadap semakin banyaknya karbon plastik yang ada di lingkungan. Jamur pemakan plastik pada dasarnya mengonsumsi karbon yang ada di dalamnya hingga berakhir pada penguraian plastik walaupun terjadi secara perlahan. Menariknya, jamur yang diteliti Grossart dan timnya ternyata dapat mengubah plastik yang dimakan menjadi biomassa.

Untuk proses dekomposisi yang jamur pemakan plastik ini lakukan, secara garis besar melalui dua jenis, tergantung aktivitas enzim si jamur. Mycosphere melansir kalau proses pertama terkait dengan hydrolysis, suatu proses saat enzim jamur akan menyerang ikatan ester pada polimer plastik. Proses ini akan memicu pemutusan rantai panjang hingga menjadi bagian yang kecil dan mudah dilarutkan.

Sementara, proses kedua, yang disebut biodegradation, merujuk pada proses setelah polimer plastik terpecah-pecah. Nantinya, jamur akan bekerja atau dalam konteks ini dimakan oleh jamur karena pecahan polimer plastik itu dianggap sebagai sumber karbon dan energi. Nah, proses kedua inilah yang membuat plastik tak hanya terurai, tetapi juga dapat diubah menjadi biomassa atau senyawa organik lain.

Potensi jamur-jamur pemakan plastik di atas jelas dapat dimanfaatkan untuk berbagai tempat pembuangan sampah. Meski belum dicoba secara massal, jamur pemakan plastik dapat diletakkan di tempat pembuangan akhir (TPA) yang ada di daratan ataupun sistem pembuangan limbah di air Dengan begitu, nantinya, sampah plastik yang akan terbawa ke laut dapat berkurang.

3. Bukan solusi akhir, tapi jadi harapan baru

anggota US Navy yang baru selesai membersihkan pantai dari sampah (commons.wikimedia.org/U.S. Navy NSF-DG by Petty Officer 3rd Class Stevin Atkins)

Ya, kehadiran jamur-jamur pemakan plastik ini memang jadi kabar menggembirakan bagi kita yang sedang mengalami masalah dari banyaknya sampah plastik yang ada di alam. Namun, jamur ini jelas bukan jadi solusi konkret yang dapat menjadi panasea untuk masalah sampah plastik, apalagi yang ada di lautan. Sejauh ini, penggunaan jamur pemakan plastik secara massal dan komersial pun belum dilakukan karena masih ada sejumlah masalah yang harus dihadapi.

Mulai dari urusan biaya, keseriusan pemegang kebijakan, hingga pengujian soal keamanan dalam menggunakan jamur pemakan plastik secara luas, semuanya masih terus ditelaah lebih lanjut. Hans-Peter Grossart bahkan menyebut kalau jamur pemakan plastik ini bukan solusi global dalam memerangi sampah plastik di lautan. Sebab, menurutnya, proses dekomposisi plastik yang dilakukan jamur pemakan plastik itu sama saja dengan proses pembakaran bahan bakar fosil karena akan menghasilkan gas karbon dioksida ke atmosfer.

Karena itu, perlu kajian mendalam soal dampak lingkungan yang mungkin saja terjadi jika nantinya kita memutuskan untuk melepaskan jamur pemakan plastik ini dalam jumlah besar. Dengan demikian, langkah utama dalam memerangi sampah plastik dari awal memang tidak berubah. Kitalah sebagai produsen dan konsumen plastik yang harus mengurangi volume penggunaan plastik jika tidak ingin dunia terus mengalami polusi akibat jenis sampah yang satu ini.

Selain itu, perlu juga inovasi penguraian dan daur ulang sampah plastik yang efektif. Percaya tak percaya, untuk saat ini, sistem daur ulang plastik di seluruh dunia tidak sampai 10 persen dari total sampah plastik yang kita lepaskan tiap tahunnya. Khusus di lautan, banyaknya sampah plastik jelas akan memengaruhi biota laut. Bahayanya lagi, biota laut yang kita konsumsi bisa saja mengandung mikroplastik karena si ikan tak sengaja menelan sampah plastik. Jadi, agar laut dan lingkungan yang lebih bersih, kurangi pemakaian plastik dalam aktivitas sehari-hari, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anjar Triananda Ramadhani
EditorAnjar Triananda Ramadhani
Follow Us