Apa yang Terjadi Jika Krakatau Erupsi Dahsyat di Masa Kini?

- Ledakannya bisa terdengar hingga negara tetangga
- Tsunami raksasa bisa hantam pesisir Jawa dan Sumatra
- Abu vulkanik bisa lumpuhkan penerbangan regional
Tahun 1883, letusan Gunung Krakatau mengguncang dunia. Ledakannya terdengar hingga ribuan kilometer, menelan lebih dari 36 ribu korban, dan mengubah iklim global selama bertahun-tahun. Namun, pernahkah kamu membayangkan kalau bencana sebesar itu terjadi lagi di zaman modern yang serba digital ini? Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 dikenal sebagai salah satu bencana paling dahsyat dalam sejarah manusia. Suaranya terdengar hingga ribuan kilometer, langit menggelap total selama berhari-hari, dan catatan ilmiah mencatat banyak dampak besar letusan terhadap iklim dunia. Di era modern seperti sekarang, apa yang tejadi jika letusan besar Krakatau 1883 kembali terjadi? Jika hal tersebut terjadi lagi dengan teknologi yang lebih maju, pengamatan aktivitas vulkanik Indonesia tentu lebih akurat, tetapi magnitude bencana alam vulkanik tetap sulit diprediksi.
Jika hal tersebut benar-benar terjadi, dampaknya tidak hanya soal abu vulkanik dan guncangan lokal. Wilayah sekitar Selat Sunda terkena tsunami besar, jaringan komunikasi bisa terganggu, dan efek atmosfer mungkin berkontribusi pada perubahan iklim global sementara. Karena itu, memahami potensi dampak letusan gunung berapi seperti Krakatau bukan hanya penting untuk edukasi, tetapi juga sebagai upaya meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap skenario terburuk yang mungkin terjadi.
1. Ledakannya bisa terdengar hingga negara tetangga

Letusan 1883 menghasilkan suara paling keras dalam sejarah umat manusia. Kalau terajadi lagi sekarang, sistem pemantauan seismik dunia pasti langsung mendeteksinya, bahkan sebelum letusan utama terjadi. Beberapa catatan sejarah seperti yang dituliskan dalam Buku Para Raja karya Raden Ngabahi Ranggawarsita tahun 1869, dilansir laman Institut Teknologi Bandung, pada letusan Krakatau purba terdengar suara letusan dahsyat, gemuruh, disertai hujan lebat dan badai. Suara ledakannnya dilaporkan terdengar hingga 4.800 km (3.000 mil) jauhnya, orang-orang menggambarkan suaranya seperti tembakan meriam dari kapal terdekat.
2. Tsunami raksasa bisa hantam pesisir Jawa dan Sumatra

Akibat dari letusan ini, jika dilihat dari zaman sekarang. Sistem peringatan dini cukup membantu, tapi padatnya permukiman di sekitar Selat Sunda tetap saja membuat potensi kerugian yang begitu besar. Dengan intensitas wisata maritim yang tinggi, kepadatan penduduk di pesisir, serta perkembangan infrastruktur modern yang menjamur di sepanjang pantai barat Jawa dan selatan Sumatra, dampaknya bisa jauh lebih besar dibandingkan dengan abad ke-19. Gelombang tinggi dapat melanda pemukiman, pelabuhan, hingga kawasan wisata dalam hitungan menit, sementara teknologi peringatan dini mungkin belum cukup cepat untuk mengimbangi potensi ledakan ultra-vulkanik. Ancaman ini membuat Krakatau tetap menjadi salah satu gunung berapi paling diawasi di Indonesia karena letusan besar di era modern bisa memicu bencana berskala global.
3. Abu vulkanik bisa lumpuhkan penerbangan regional

Sebaran awan abu bisa menjangkau hingga ribuan kilometer, menutup bandara di Jakarta, Lampung, bahkan Singapura dan Malaysia. Awan abu bisa menjangkau hingga ribuan kilometer, menutup akses bandara hingga ratusan penerbangan bakal dibatalkan, dan lalu lintas udara kacau total. Dilansir laman National Geographic Indonesia, jika pesawat masih melakukan penerbangan ketika banyaknya awan abu di udara, bisa menyebabkan mesin pesawat mati karena menyedot debu vulkanik. Contohnya sebaran debu silica yang dihasilkan letusan gunung berapi, bisa terbawa angin dengan mudah hingga membubung tinggi sampai ketinggian jelajah pesawat.
4. Perubahan iklim global bisa terjadi lagi

Pada tahun 1883, suhu global turun drastis karena aliran debu dan aerosol di atmosfer. Akibatnya, jika terulang kembali bisa memperparah krisis iklim dan mengganggu pola cuaca dunia. Letusan dahsyat Gunung Krakatau di era modern bukan hanya mengancam wilayah pesisir, tetapi juga memicu dampak perubahan iklim global yang serius. Abu vulkanik yang terlontar tinggi ke atmosfer berpotensi menghalangi sinar matahari, menurunkan suhu Bumi secara sementara, dan mengganggu pola cuaca di berbagai belahan dunia. Jika terjadi sekarang, dampaknya bisa meluas ke sektor strategis seperti pertanian dan perkebunan.
5. Kehidupan di kota besar bisa terhenti

Kalau Gunung Krakatau meletus dahsyat di masa kini, dampaknya bisa bikin kehidupan di kota besar benar-benar lumpuh bahkan menjadi kota mati. Abu vulkanik tebal berpotensi menutupi langit selama berhari-hari, membuat siang terasa seperti malam. Aktivitas masyarakat di kota seperti Jakarta dan Bandung bisa berhenti total, listrik padam, pasokan air terganggu, dan transportasi lumpuh akibat debu yang menumpuk. Selain itu, udara yang tercemar abu vulkanik juga bisa memicu gangguan pernapasan massal, bikin situasi makin kacau dan berbahaya bagi jutaan orang di Pulau Jawa.
Meski teknologi dan ilmu pengetahuan semakin maju, letusan besar seperti Gunung Krakatau tetap bisa membawa dampak global. Alam memang tak bisa dikendalikan, tapi manusia bisa belajar dari sejarah untuk lebih siap jika peristiwa serupa terjadi lagi.


















