Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Harimau Lebih Jago Mengendap daripada Singa? Ini Alasannya!

Harimau (commons.wikimedia.org/Paul Asman and Jill Lenoble)
Harimau (commons.wikimedia.org/Paul Asman and Jill Lenoble)

Harimau dan singa sering dianggap sebagai dua predator yang paling dominan. Baik harimau maupun singa keduanya sama-sama kuat, sama-sama ditakuti, dan sama-sama hidup di puncak rantai makanan. Namun, ketika bicara soal kemampuan mengendap, harimau jauh lebih unggul dibandingkan singa.

Mengapa dua spesies kucing besar ini menunjukkan perbedaan strategi berburu padahal berasal dari keluarga yang sama? Lantas, apa yang membuat harimau lebih lihai menyelinap dalam senyap dibandingkan singa yang justru mengandalkan kekuatan kelompok? Berikut lima penjelasan yang bisa memberi gambaran kenapa perbedaan ini terjadi.

1. Lingkungan hidup memengaruhi strategi berburu

Singa (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)
Singa (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)

Habitat harimau umumnya berada di kawasan hutan lebat yang tertutup, salah satunya seperti hutan tropis di Asia. Kondisi ini membuat harimau harus mengandalkan kemampuan berkamuflase dan bergerak senyap agar bisa mendekati mangsanya tanpa terlihat. Lingkungan yang penuh rintangan juga memaksa harimau untuk menguasai teknik mengendap agar peluang berburu tidak terbuang sia-sia.

Sementara itu, singa hidup di sabana terbuka seperti di Afrika Timur, tempat penglihatan jarak jauh menjadi keuntungan utama. Strategi berburu mereka tidak bergantung pada penyamaran atau bergerak secara diam-diam, tetapi lebih kepada kerja sama kelompok dan kecepatan. Karena medan terbuka tidak menyediakan banyak tempat untuk bersembunyi, kemampuan mengendap menjadi kurang krusial bagi singa.

2. Kehidupan sosial singa dan harimau menentukan cara berburu mereka

Harimau (commons.wikimedia.org/Raghupraveera)
Harimau (commons.wikimedia.org/Raghupraveera)

Harimau adalah hewan soliter yang melakukan segala sesuatunya sendiri, termasuk berburu. Ketika bergerak sendirian, satu-satunya cara untuk memastikan keberhasilan yakni dengan mendekati mangsa tanpa terdeteksi. Pola ini melatih harimau untuk menjadi sangat hati-hati dalam setiap langkah, mengatur berat badan, dan memanfaatkan setiap semak yang tersedia.

Berbeda dengan itu, singa hidup dalam kelompok yang disebut pride. Ketika berburu, mereka bisa menyebar dan saling menutupi satu sama lain. Dalam formasi seperti ini, kemampuan mengendap tidak sepenting koordinasi dan kecepatan mengepung mangsa. Karena ada peran yang dibagi-bagi, tidak semua singa perlu menguasai teknik berburu diam-diam sebaik harimau.

3. Bentuk tubuh mendukung teknik berburu

potret singa (pexels.com/Charmain Jansen van Renburg)
potret singa (pexels.com/Charmain Jansen van Renburg)

Postur tubuh harimau lebih ramping dengan otot-otot panjang yang membantu mereka bergerak dengan lebih lentur dan senyap. Ukuran tubuh yang besar tetapi proporsional juga membuat harimau bisa menjejak tanah tanpa menimbulkan suara berlebihan. Cakar mereka bisa ditarik masuk sepenuhnya, memungkinkan langkah lebih hening saat mendekati mangsa.

Singa, meskipun sama-sama punya postur besar, memiliki bentuk tubuh yang sedikit lebih berat di bagian dada dan kaki depan. Struktur ini lebih cocok untuk melakukan pertarungan langsung dan serangan cepat dalam kelompok, bukan untuk pergerakan senyap. Meskipun mereka tetap kucing besar, anatomi singa tidak dioptimalkan untuk keheningan saat berburu, melainkan kekuatan dan kerjasama.

4. Pola berburu dipengaruhi oleh kebiasaan mangsa

Harimau (pixabay.com/TeeFarm)
Harimau (pixabay.com/TeeFarm)

Harimau biasanya memburu hewan-hewan yang lebih sensitif terhadap suara dan gerakan, seperti rusa atau babi hutan. Hewan-hewan ini sangat bergantung pada pendengaran dan penciuman, sehingga pendekatan yang terlalu cepat atau bising akan membuat mereka kabur sebelum harimau sempat menyerang. Itu sebabnya, kemampuan mengendap menjadi penting untuk mengecoh sistem kewaspadaan alami mangsa.

Singa justru mengejar mangsa dalam kondisi ramai dan berisik. Mangsa mereka seperti zebra atau wildebeest cenderung hidup dalam kawanan besar dan sering bergerak. Dalam situasi seperti itu, tekanan utama adalah waktu dan koordinasi, bukan sembunyi-sembunyi. Dengan berburu secara serempak, singa bisa memecah konsentrasi mangsa dan memaksa mereka ke arah perangkap kelompok.

5. Perbedaan insting dasar dan temperamen mereka secara alami

Singa (commons.wikimedia.org/Byrdyak)
Singa (commons.wikimedia.org/Byrdyak)

Secara umum, harimau cenderung lebih sabar dan tenang saat berburu. Ia bisa mengamati mangsa dari kejauhan selama puluhan menit, menunggu momen paling tepat untuk mendekat. Insting ini membuatnya efektif dalam berburu secara perlahan dan diam. Ketekunan ini adalah hasil dari proses evolusi yang menyesuaikan diri dengan medan berburu yang rumit dan berbahaya.

Singa, di sisi lain, lebih agresif dan impulsif. Sifat ini cocok dengan pola serangan cepat secara kelompok. Meski tetap terlatih dan efektif, gaya mereka lebih frontal. Singa jarang menghabiskan waktu terlalu lama untuk menunggu atau mengendap. Mereka mengandalkan kekuatan dan tekanan jumlah saat menggiring mangsa menuju perangkap alami atau anggota kawanan lain.

Kemampuan harimau dalam mengendap bukan sekadar kebetulan, tapi hasil dari adaptasi lingkungan hingga insting berburu. Dibanding singa, harimau memang lebih terlatih untuk bergerak senyap karena harus mengandalkan dirinya sendiri dalam setiap perburuan. Jadi, saat membandingkan dua hewan buas ini, penting memahami bahwa gaya berburu mereka terbentuk dari kondisi hidup yang sangat berbeda.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us