Kenapa Kucing Terkadang Muntah Sesaat setelah Makan?

Pemilik kucing pasti senang bila anabul kesayangannya makan dengan lahap. Namun, terkadang kebahagiaan itu mendadak berganti dengan kekhawatiran saat kucing muntah tidak lama setelah menyelesaikan sesi makan yang tadinya penuh semangat. Anehnya, kucing tampak baik-baik saja, tetap beraktivitas seperti biasa seolah tidak terjadi apa-apa. Tidak hanya itu, sebagian kucing bahkan tidak segan untuk meminta makan lagi, padahal baru saja muntah.
Sebenarnya, apa yang sedang terjadi? Nah, mungkin yang dialami kucing tersebut bukanlah muntah, tetapi regurgitasi. MSD Manual Veterinary Manual menjelaskan bahwa regurgitasi merupakan gerakan keluarnya makanan dari kerongkongan secara pasif. Kejadian ini biasanya tidak disertai kontraksi otot-otot perut, sehingga kucing cenderung terlihat tenang. Nah, supaya kamu bisa lebih paham tentang regurgitasi, simak dulu ulasan berikut ini, ya!
1.Kemungkinan kucing mengalami regurgitasi, apa bedanya dengan muntah biasa?

Kucing memang terkadang muntah, terutama saat sedang dalam keadaan sakit. Kendati demikian, kucing juga bisa tampak muntah, tetapi ternyata mengeluarkan makanan secara regurgitasi. Sebenarnya, apa perbedaan dari dua kejadian tersebut?
Muntah didefinisikan sebagai pengeluaran isi lambung dan sebagian usus secara paksa. Biasanya kondisi ini didahului dengan adanya tanda-tanda seperti mual dan gerakan otot perut yang hebat.
Di sisi lain, saat kucing mengalami regurgitasi, makanan yang baru sampai di kerongkongan akan dikeluarkan, sehingga tidak memerlukan tenaga besar seperti pada saat muntah. Oleh sebab itu, kucing yang mengalami regurgitasi biasanya akan beraktivitas seperti biasa, bahkan bisa melanjutkan makan seperti tidak terjadi apa-apa.
2.Ciri-ciri regurgitasi pada kucing

Kejadian regurgitasi ini cukup mudah untuk dikenali. Ketika diperhatikan secara cermat, ternyata materinya memang berbeda dengan isi muntahan. PetMD melansir, regurgitasi biasanya terjadi sesaat setelah makan.
Kucing tampak menundukkan kepala dan makanan akan keluar begitu saja. Berhubung makanan belum sempat tercerna, maka isi regurgitasi biasanya makanan yang masih dalam wujud aslinya, hanya saja sedikit hancur dan bercampur dengan air liur atau air, serta berbentuk tabung layaknya hasil “cetakan” dari kerongkongan.
Selain itu, regurgitasi tidak disertai dengan adanya tanda mual seperti berliur-liur, kontraksi perut yang hebat, pH materi yang dikeluarkan cenderung netral atau basa karena belum bercampur dengan cairan lambung, serta tentu tidak mengandung cairan empedu, seperti dilansir Veterinary Partner. Kondisi yang detail seperti ini hanya bisa dicek oleh pihak profesional, yaitu dokter hewan. Oleh sebab itu, bila kamu ragu, bisa periksakan saja kucingmu ke dokter hewan terdekat dan bawa sampel materi yang dikeluarkan, ya.
3.Penyebab dan cara pencegahan regurgitasi pada kucing

Dilansir PetMD, penyebab kucing mengalami regurgitasi ada beberapa, seperti makan terlalu banyak, makan terlalu cepat, minum banyak air, hingga permasalahan pada kerongkongan. Guna memastikan penyebab utama, maka diperlukan cek oleh dokter hewan. Jika dirasa ada kondisi yang cukup mengkhawatirkan, biasanya akan dilakukan pemeriksaan lanjutan menyeluruh yang lebih kompleks.
Berhubung penyebab regurgitasi sangat beragam, maka cara pencegahannya pun harus disesuaikan. Jika kucing mengalami regurgitasi karena makan terlalu banyak dalam tempo cepat, maka bisa menggunakan bantuan slow-feeder sambil terus diawasi. Namun, bila ternyata ada faktor lain, sekali lagi kamu memerlukan saran dari dokter hewan untuk mendapatkan penanganan terbaik.
Regurgitasi bukan hal yang langka dan bisa terjadi kapan saja pada kucing. Selama regurgitasi hanya dijumpai sesekali tanpa disertai gejala lain, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Namun demikian, tetap diperlukan observasi dan pemeriksaan bila ternyata frekuensi peristiwa tersebut semakin meningkat.