Kenapa Permukaan Planet Mars Berwarna Merah?

Di tata surya kita, ada banyak planet dengan ragam warna berbeda pula. Bumi punya julukan "planet biru" karena kalau dipotret dari luar angkasa, planet kesayangan kita ini menampilkan warna biru cerah yang menawan. Warna tersebut dihasilkan berkat adanya air yang menyelimuti sekitar 71 persen permukaan Bumi dan partikel air tersebut mampu memantulkan cahaya kebiruan ke luar angkasa. Sementara itu, ada pula Mars yang memiliki julukan "planet merah".
Baik dilihat dari luar angkasa maupun melalui wahana khusus dari lembaga antariksa dunia, permukaan Mars itu memang selalu nampak agak kemerahan. Sama seperti Bumi, ada alasan khusus yang menyebabkan planet yang satu ini menampilkan warna tersebut. Nah, pada pembahasan kali ini, yuk, kita ungkap misteri warna merah pada planet Mars! Segera gulir layarmu ke bawah, ya!
1. Ada pelapukkan material
Berbeda dengan Bumi yang menghasilkan warna biru dari material cair yang ada di dalamnya, Mars memperoleh warna merah dari material yang lebih padat. Dilansir NASA, Mars memiliki banyak mineral bernama ferrihydrite yang mengandung zat besi. Ferrihydrite ini berasal dari air dingin sehingga jadi salah satu tanda-tanda kalau Mars pernah memiliki air di masa lalu.
Kemudian, ferrihydrite dalam jumlah besar ini mengalami pelapukkan saat terkena oksigen dan air di udara sampai menjadi partikel debu yang sangat halus. Kalau dibayangkan, proses pelapukkan ferrihydrite ini mirik seperti besi yang berkarat di Bumi. Nah, partikel debu hasil pelapukan inilah yang berwarna merah dan karena jumlahnya yang sangat banyak, maka keseluruhan permukaan Mars ikut berubah menjadi merah.
Oh iya, debu hasil pelapukan ini punya sebutan Debu Martian atau tanah regolit. CNN Science melansir kalau komposisi utama dari debu ini adalah bijih besi dengan ukuran yang sangat amat kecil. Bayangkan saja, sebutir Debu Martian itu hanya punya ukuran 3—20 mikrometer. Ukuran ini masih jauh lebih kecil ketimbang rambut kita yang dianeter per helainya berukuran 50—120 mikrometer. Selain besi, Debu Martian juga terdiri atas perklorat, silika, gipsum, arsenik, kromium, dan berilium.
Debu ini tak hanya mempengaruhi rupa Mars dari permukaan. Mengingat ukurannya yang sangat kecil, Debu Martian dapat dengan mudah terbawa ke udara sampai ke atmosfer Mars. Dengan demikian, tampilan Mars dari luar angkasa pun ikut menjadi merah.
2. Mars mungkin punya warna lain di masa lalu
Sama seperti Bumi yang dulu belum berwarna biru sebelum memiliki air, Mars pun tidak langsung tampil dengan warna merah. Proses pelapukan ferrihydrite itu berlangsung selama 4 miliar tahun dan sebelum itu, Mars diperkirakan punya warna yang berbeda. The Planetary Society melansir kalau dulunya Mars itu lebih condong berwarna abu-abu, ditutupi air, dan punya banyak gunung berapi, lho.
Gunung api yang ada di Mars dulu sangat aktif sampai berperan sebagai sumber panas yang mampu mencairkan es di sekitar. Kemudian, es yang mencair itu membentuk sungai, danau, ataupun lautan kuno sambil membawa material yang jadi cikal bakal warna merah Mars, yakni ferrihydrite. Seiring dengan matinya gunung api, menghilangnya air, atmosfer yang menipis, dan angin yang melapukkan ferrihydrite, Mars pun perlahan kehilangan warna abu-abu di permukaannya.
3. Warna Mars jadi petunjuk soal keberadaan kehidupan di masa lalu
Keberadaan ferrihydrite di Mars itu bukan hanya membuktikan soal asal usul warna merah pada planet ini. Nyatanya, material itu dipercaya sebagai petunjuk kuat soal keberadaan makhluk hidup di Mars pada masa lalu. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ferrihydrite itu berasal dari air yang dingin dan perlahan menguap sampai airnya habis.
Selain itu, dilansir Earth Sky, keberadaan ferrihydrite itu menandakan lingkungan dengan temperatur yang lebih dingin. Dengan kombinasi eksistensi air dan temperatur yang lebih bersahabat, seharusnya ini jadi salah satu pintu masuk bagi makhluk hidup sederhana, semisal bakteri, untuk berkembang di Mars. Temuan ini memang sangat menarik, tetapi masih perlu banyak penelitian lebih lanjut soal hubungan ferrihydrite dengan potensi kehidupan di Mars pada masa lalu.
Dilansir NASA, untuk membuktikan hal itu mula-mula peneliti harus memahami kondisi sebenarnya planet Mars saat mineral tersebut terbentuk. Selain itu, perlu juga bagi kita untuk mengetahui kondisi oksigen ataupun sumber lain yang bereaksi pada ferrihydrite karena pasti keadaannya sangat berbeda antara permukaan Mars yang dulu dengan sekarang. Jalan kita untuk menjawab hal tersebut masih panjang dan berliku, tetapi alurnya sudah mulai dapat dipetakan.
Setelah Bumi, Mars jelas jadi planet yang sudah paling banyak kita teliti di tata surya. Rupa planet yang mirip dan potensi menampung kehidupan di atasnya membuat banyak peneliti berlomba-lomba untuk memecahkan berbagai misteri yang tersimpan dari planet merah ini. Malahan, kalau semua berjalan lancar, manusia bisa saja menginjakkan kakinya secara langsung di planet ini dalam waktu beberapa dekade ke depan. Menarik banget, ya!