Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kisah Perjuangan Hidup Angsa Teritip, Lompat dari Tebing usai Menetas!

anak angsa teritip (commons.wikimedia.org/Thermos)

Hidup di alam liar memang penuh perjuangan. Gak cuma menghadapi ancaman predator, tingkat ketersediaan makanan hingga kondisi iklim yang gak menentu membuat kehidupan di alam liar sangat berat. Hanya yang terkuatlah yang bisa selamat. Namun, dari penghuni alam liar, kita bisa belajar banyak, salah satunya tentang perjuangan hidup. 

Mari, berkenalan dengan angsa teritip atau barnacle goose! Mereka merupakan jenis angsa berleher pendek yang sudah langsung menghadapi pilihan pelik begitu menetas: lompat dari tebing atau ditinggalkan saudara dan induknya. Mengapa angsa teritip harus menghadapi pilihan tersebut? Bagaimana mereka selamat dari ketinggian? Yuk, simak kisah perjuangan hidup angsa teritip berikut ini!

 

1. Mereka jenis angsa berleher pendek atau goose

tampak sekujur tubuh angsa teritip (commons.wikimedia.org/Bengt Nyman)

Angsa teritip merupakan salah satu jenis angsa berleher pendek atau goose. Mereka unggas yang indah dengan perpaduan warna hitam dan putih yang menawan. Tubuhnya bulat dengan berat antara 1,4—2,2 kilogram, mengutip laman Animal Diversity. Sementara, paruh hitamnya pendek dan mungil. 

Angsa dengan nama ilmiah Branta leucopsis ini merupakan jenis goose bercorak hitam. Tampilannya mirip banget dengan angsa kanada, tapi mereka tampil unik dengan leher dan dada bagian atas berwarna hitam serta perut berwarna putih. 

Sayapnya yang bisa selebar 145 sentimeter pun tampak menarik. Bulunya berwarna abu-abu keperakan dengan belang hitam putih yang membuatnya terlihat berkilau saat terpantul cahaya. 

2. Cuma ada di belahan Bumi utara

angsa teritip mengepakkan sayapnya (commons.wikimedia.org/Michael Graf)

Angsa teritip cuma bisa kamu temukan di belahan Bumi utara. Mereka terbagi jadi empat populasi besar, di antaranya ada di Greenland, Svalbard, Rusia, dan Novaya Zemlya. Masing-masing populasi menghabiskan musim dingin di tempat yang berbeda-beda. Ada yang di Skotlandia, Inggris, Jerman, sampai Belanda.

Di antara keempat wilayah tersebut, Rusia jadi rumah bagi populasi terbanyak unggas air ini. Jumlahnya lebih dari 100 ribu ekor!

Habitat berkembang biak angsa ini umumnya berupa tundra di wilayah pesisir yang memiliki tebing, singkapan berbatu, dan lereng curam. Tak jauh dari sana juga perlu terdapat danau, sungai, atau rawa paya.

3. Induk bersarang di atas tebing

induk angsa teritip bersama anaknya (commons.wikimedia.org/Bengt Nyman)

Salah satu hal yang menarik tentang angsa berleher pendek ini adalah kebiasaan betina membangun sarangnya di atas tebing tinggi. Bukan tanpa alasan, induk angsa teritip memang bermaksud menjauhkan telur-telurnya dari predator yang mengintai setiap saat, seperti rubah arktik, beruang kutub, sampai alap-alap kawah!

Sayangnya, hal itu juga berarti kalau mereka jauh dari sumber makanan. Betina harus mengerami telur dan jantan siap siaga menjaganya sampai kehilangan 30—40 persen dari total berat tubuhnya, tutur laman Animal Diversity.

Tak berhenti sampai di situ, anak-anak yang baru saja menetas pun harus menghadapi dilema. Ia harus melompat dari sarangnya di atas tebing untuk mencari makan atau tetap berada di sarang, tapi mati kelaparan. 

4. Lompatan mengerikan anak angsa teritip

anak angsa teritip (commons.wikimedia.org/Jamain)

Ya, angsa teritip merupakan hewan precocial yang berarti langsung bisa berdiri dan bergerak untuk mencari makan sendiri begitu menetas. Induk tidak bisa membawakan mereka makanan, melainkan hanya mengarahkan anak-anaknya ke arah padang rumput yang penuh makanan. Jadi, begitu menetas dan kering, anak-anak angsa teritip yang belum bisa terbang langsung terjun bebas dari atas tebing untuk mengikuti arahan induknya.

Walaupun kedengarannya mengerikan, melompat dari tebing adalah langkah yang harus diambil angsa teritip begitu menetas. Bila memilih tetap berada di sarang, mereka akan kelaparan dan tak terurus. Lebih buruknya lagi, mereka bisa jadi santapan predator. 

5. Anak angsa teritip banyak yang selamat

induk angsa teritip bersama anak-anaknya (commons.wikimedia.org/Albznska)

Luar biasanya, anak-anak angsa teritip selamat dari lompatan mengerikan tersebut! Tubuhnya yang kecil, ringan, dan diselimuti bulu superlembut menyelamatkan mereka dari cedera serius. Saat menghantam dasar tebing, mereka terlihat seperti memantul layaknya bola. 

Sekitar 90 persen anak angsa teritip selamat dari lompatan tersebut, ungkap David Cabot, seorang profesor dari Universitas Cork Irlandia untuk laman National Geographic. Beberapa yang mati biasanya tersangkut di retakan bebatuan, jurang, atau menghantam bebatuan tajam. Bahaya yang sebenarnya justru datang dari predator yang bisa melenyapkan separuh dari jumlah angka tersebut. 

Menariknya lagi, justru karena mereka masih sangat muda, anak-anak angsa teritip bisa selamat dari ketinggian. Tulang mereka belum berkembang sepenuhnya dan cenderung lentur pada usia tersebut. Hasilnya akan fatal bila mereka menunggu terlalu lama. Mereka mungkin tidak akan selamat bila usianya seminggu, ungkap laman Wildfowl and Wetlands Trust.

Nah, dari anak-anak angsa teritip kita bisa belajar tentang perjuangan hidup, salah satunya untuk berani dan yakin dalam mengambil keputusan. Kesempatan tidak akan datang untuk kedua kalinya. It's now or never. Semoga kamu bisa mengambil hal positif dari tulisan ini, ya!

 
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha
EditorYudha
Follow Us