Kotoran Penguin Ternyata Bisa Bikin Teler Para Ilmuwan, Ini 5 Faktanya

Siapa, sih yang tidak kenal penguin? Burung yang tidak bisa terbang ini terkenal dengan cara berjalannya yang lucu, kemampuan berenangnya yang superior, serta habitat hidupnya yang ekstrem di kutub selatan (meskipun sebenarnya ada juga penguin yang hidup di kawasan tropis di Galapagos).
Nah, ternyata di balik mukanya yang polos, para penguin ini ternyata punya rahasia unik: (1) mereka menghasilkan banyak kotoran, dan (2) kotorannya ternyata bisa membuat ilmuwan teler! Duh, kok bisa ya?
1. Berbagai gas yang dihasilkan kotoran penguin

Sebuah penelitian yang dilakukan sekelompok ilmuwan dari Denmark memaparkan berbagai gas yang dihasilkan oleh "guano" (kotoran) dari penguin raja (Aptenodytes patagonicus) di Antartika.
Dilansir dari jurnal ilmiah yang dipublikasikan di jurnal Science of the Total Environment, beberapa gas yang dihasilkan antara lain karbondioksida (CO2), nitrogen oksida (N2O) dan Metana (CH4).
Untuk mempelajari ketiga gas tersebut, para ilmuwan ini menghabiskan waktu di sekitar koloni penguin yang berisi 300,000 individu di Pulau Georgia Selatan yang berada tepat di utara lingkar kutub.
2. Membuat teler para ilmuwan yang mempelajarinya

Salah satu dari gas tersebut, N2O disebut juga sebagai "gas tertawa" akibat efek euforia yang dihasilkan ketika dihirup oleh manusia. Dilansir ScienceAlert.com, ketua penelitian Professor Bo Elberling dari University of Copenhagen's Departement of Geoscience and Natural Resource Management melaporkan konsentrasi gas tertawa ini cukup tinggi untuk membuat timnya teler selama penelitian berlangsung.
Satu ilmuwan disebut menjadi "gila" setelah dikelilingi oleh kotoran penguin selama berhari-hari, sementara satu orang lain menjadi sakit dan menderita sakit kepala.
3. Hasil fermentasi kotoran penguin

Berdasarkan jurnal yang dipublikasikan, gas tertawa yang membuat ilmuwan ini teler ternyata tidak serta merta dihasilkan langsung dari kotoran penguin. Gas ini ternyata dihasilkan oleh proses fermentasi guano oleh bakteri di tanah, yang mengubah unsur nitrogen (N2) di kotoran penguin menjadi nitrogen oksida (N2O).
Karena makanan penguin sangat kaya nitrogen–seperti krill (udang mikroskopik) dan ikan, kotoran yang dihasilkan juga menjadi sumber pabrik N2O yang melimpah.
4. Efek rumah kaca yang dihasilkan penguin

Meskipun menyenangkan, tujuan utama dari penelitian ini ternyata bukan untuk memanen gas ini untuk kesenangan belaka lho! Para peneliti tersebut sedang berusaha jumlah gas rumah kaca (Green House Gas, GHG) yang dihasilkan oleh kotoran penguin dan efek pencairan gletser di Kutub Selatan.
Gas rumah kaca ini merupakan sebutan bagi beberapa gas yang dapat memerangkap radiasi cahaya matahari di atmosfer, sehingga menyebabkan efek pemanasan di bumi.
5. Tidak sebanding dengan polusi yang dihasilkan manusia

Meskipun ketiga gas yang ditemukan di kotoran penguin dalam penelitian ini termasuk dalam gas rumah kaca, namun jumlah gas yang dihasilkan tidak cukup untuk mempengaruhi pemanasan global di seluruh bumi.
Polusi yang dihasilkan penguin juga tidak sebanding dengan polusi akibat aktivitas manusia, seperti dari asap kendaraan, industri dan peternakan. Bagaimanapun juga, berdasarkan dari keterangan kepala peneliti sepertinya gas ini sudah lebih cukup untuk memberi kesenangan bagi para ilmuwan saat melakukan penelitian di kutub selatan yang serba dingin.
Jadi, apa kamu tertarik mencoba teler dengan kotoran penguin?