Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Lebih Tua dari Orangutan, Kenalan dengan Tarsius, si Primata Purba yang Terlupakan

ilustrasi tarsius (pexels.com/Mervin Concepcion Vergara)
Intinya sih...
  • Tarsius adalah primata tertua yang lebih tua dari orangutan dan simpanse, dengan fosil berusia minimal 55 juta tahun.
  • Mata tarsius lebih besar dari otaknya untuk melihat dalam kegelapan hutan, serta memiliki kemampuan melompat 40 kali panjang tubuhnya.
  • Tarsius menggunakan komunikasi ultrasonik, hanya memakan daging, dan terancam punah karena hilangnya habitat dan perburuan.

Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan primata terbanyak di dunia, setelah Brazil dan Madagaskar. Bicara primata, mungkin kita lebih akrab dengan orangutan, gorila, atau monyet ekor panjang. Padahal, di balik rimbun hutan tropis Indonesia, ada satu primata paling unik yang jarang dibicarakan, yakni tarsius.

Tarsius adalah primata terkecil di dunia. Namun, tubuhnya yang kecil menyimpan banyak hal menarik yang mungkin tak kita sangka. Berikut enam hal menakjubkan yang tarsius miliki.

1. Primata kuno yang lebih tua dari orangutan dan simpanse

ilustrasi tarsius (unsplash.com/Bern Dittrich)

Tubuh tarsius memang mungil, tapi dibanding primata lainnya, ia adalah fosil hidup. Dilansir Nature, tarsius adalah salah satu primata tertua yang berusia setidaknya 55 juta tahun. Hal tersebut jauh lebih lama dibanding nenek moyang kera besar, orangutan dan simpanse, yang ada sekitar 15-19 juta tahun lalu.

Catatan fosil juga menunjukkan bahwa tarsius adalah salah satu cabang awal dari pohon evolusi primata. Hal ini ditunjukkan dari fosil tarsius purba yang memiliki kaki belakang panjang dan mencengkram. Dimana bentuk kaki tersebut banyak digunakan oleh spesies primata masa kini untuk melompat dari dahan ke dahan.

Menariknya, tarsius masa kini tak banyak mengalami perubahan dibanding nenek moyangnya 55 juta tahun lalu. Sisa fosil tarsius menunjukkan bahwa ia dulu hanya memiliki berat satu ons. Rongga mata pada fosil tarsius menunjukkan bahwa tarsius purba juga memiliki bola mata besar.

2. Mata tarsius lebih besar dari otaknya

ilustrasi tarsius (pexels.com/Mervin Concepcion Vergara)

Salah satu hal yang paling mencolok begitu melihat tarsius adalah matanya. Menariknya, mata tarsius lebih besar daripada otaknya sendiri. Saking besarnya, tarsius kesulitan untuk menggerakkan bola matanya. Maka dari itu, dia dibekali kemampuan untuk dapat memutar kepalanya 180 derajat.

Dilansir New Scientist, mata besar ini bukan sekedar untuk gaya, tapi memiliki kemampuan untuk melihat dalam kegelapan hutan. Selain itu, walau otak tarsius kecil, namun ia memiliki korteks visual yang sangat besar untuk memproses informasi dari mata mereka yang besar dan tajam. Ukuran mata dan korteks visual yang besar ini kemungkinan disebabkan oleh ketiadaan lapisan reflektif (tapetum) yang dimiliki oleh sebagian besar mata mamalia nokturnal lainnya.

3. Dapat melompat 40 kali panjang tubuhnya

ilustrasi tarsius (unsplash.com/Hongbin)

Ukuran tarsius memang mungil, hanya 9,5-15 centimeter, atau seukuran telapak tangan. Namun, ia memiliki gerakan yang lincah dan lompatan yang luar biasa.

Dilansir Animal Diversity Web, tarsius dapat melompat 40 kali panjang tubuhnya dalam satu lompatan! Hal ini tak lepas dari adanya tulang tarsus yang sangat panjang di kaki mereka. Panjang kakinya bisa dua kali panjang kepala dan tubuh tarsius.

Mereka juga dibekali jari-jari panjang untuk membantu mencengkeram dahan pohon. Ujung-ujung jari mereka dapat melebar menjadi bantalan perekat seperti cakram yang membantu mereka mencengkram. Anatomi unik ini membuat tarsius menjadi pelompat dan pemanjat handal. Ngomong-ngomong, keberadaan tulang tarsus yang panjang ini menjadi cikal bakal nama tarsius.

4. Memiliki bahasa rahasia untuk berkomunikasi

ilustrasi tarsius (pexels.com/Mervin Concepcion Vergara)

Dilansir Mongabay, tarsius dapat menghasilkan dan mendeteksi suara ultrasonik murni, yakni frekuensi yang melebihi ambang pendengaran manusia sebesar 20 kHz. Kemampuan ini menjadikan tarsius sebagai satu-satunya primata darat yang menggunakan komunikasi ultrasonik untuk berkomunikasi.

Komunikasi ultrasonik ini memiliki fungsi ganda. Pertama sebagai panggilan yang hanya terdengar oleh sesama tarsius, sehingga predator tidak menyadari keberadaan tarsius. Kedua sebagai sarana mendengarkan suara mangsa, seperti serangga. Ini menunjukkan adaptasi yang sangat canggih untuk berkomunikasi rahasia dan strategi berburu.

5. Satu-satunya primata yang sepenuhnya karnivora

ilustrasi tarsius (pexels.com/Charly Severino)

Tak seperti primata lain yang lebih banyak mengkonsumsi buah dan tumbuhan, tarsius adalah satu-satunya primata yang sepenuhnya karnivora. Mereka sepenuhnya hanya memakan serangga, burung kecil, katak, dan kadal.

Lompatan, kelincahan, dan pendengaran ultrasonik membuat mereka menjadi predator elit yang berbahaya. Tak heran jika tarsius dijuluki sebagai predator mini di tengah hutan. Mereka imut, namun juga mematikan.

6. Terdapat tiga jenis tarsius dan mereka terancam

ilustrasi tarsius (unsplash.com/Nick Kulyakhtin)

Terdapat tiga jenis tarsius, yaitu tarsius Filipina, tarsius barat, dan tarsius timur. Tarsius Filipina adalah yang mendiami Filipina, tarsius barat adalah yang mendiami Pulau Kalimantan, dan tarsius timur adalah yang mendiami Sulawesi dan pulau kecil di sekitarnya.

Sayangnya tarsius berada dalam tekanan. Dilansir Rewild, semua spesies tarsius dekat dengan ancaman kepunahan. Hilangnya habitat, perburuan, dan pet trade membuat populasi mereka menurun. Bahkan tarsius siau yang tinggal di Pulau Siau, Sulawesi, termasuk dalam 25 primata paling terancam punah di dunia.

Tarsius memang tak setenar orangutan atau gorilla, namun mereka memiliki tempat istimewa dalam dunia primata. Jadi jika lain kali kamu membahas primata, jangan lupakan untuk membicarakan tarsius.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us